Jumat, 13 Juli 2018

Bab 10

Edit Posted by with No comments


Sudah seminggu hari Rafi tidak masuk kuliah banyak teman-temannya yang datang silih berganti untuk menjenguknya.Tadinya, aku mengusulkan untuk memberitahu kakak iparku kalau dia sedang sakit, tapi dia menolaknya.Dia tidak ingin membuat kakak semata wayangnya itu cemas hanya memikirkan dirinya.Aku menjadi bosan sendiri di rumah.Rafi selalu sibuk ngobrol dan melayani teman-temannya yang berkunjung.Tidak hanya teman-teman cowoknya yang datang malah lebih banyak teman-teman ceweknya.Yang nggak ku suka teman-teman cewek satu kelasnya itu pada centil-centil abis.
Bahkan hari Sabtu ini pun sudah berkali-kali teman ceweknya masuk bergonta ganti untuk mengunjunginya.Aku berpikir apakah dia benar setenar itu di kalangan anak cewek kampus seperti kata Sari.Karena ku tahu bahwa cewek-cewek itu tidak mungkin hanya berasal dari fakultas teknik saja, dapi dari fakultas lainnya pun juga dateng.Ponselku berbunyi ketika aku sedang melirik Rafi dengan cewek-cewek itu ketika melewati ruang tamu.
“Hallo..Karin...,” ucap seorang cowok dari seberang sana yang sudah ku hafal suara siapa itu.
“Oh, Kak Arif... ada apa?” tanyaku. Aku memang sering bertemu dan ngobrol dengan Kak Arif hingga hubungan kami menjadi dekat akhir-akhir ini.
“Em... loe ada acara nggak nanti malem?”
“Kayaknya sih nggak ada, memangnya kenapa?”
“Ada film yang mau gue tonton di bioskop. Tapi, gue males pergi sendiri. Rencananya gue mau ngajak loe, buat temenin gue. Tapi, itu kalau loe nya nggak keberatan..,”
“Emmm...,” pikirku.“Oke deh, aku temanin,” ucapku.
*****
            Aku menyiapkan pakaianku untuk pergi nanti malam. Ku setrika dress merah marunku dan ku gantung di almariku. Tanpa sadar aku melihat Rafi sudah berdiri di ambang pintu kamarku.
“Loe, mau pergi ntar malem..?”
“Iya,” jawabku singkat.“Cewek-cewek loe udah pada balik?” tanyaku.
“Loe bilang apa. Mereka cuman temen-temen gue,”
“Oh...,”
“Kenapa?Loe cemburu..?” tanyanya yang mengejutkanku.
“Kenapa harus cemburu... Nggak ada alasan buatku cemburu,”
“Em..benarkah?” tanyanya penuh selidik dalam mataku. Kalau loe mau pergi siapkan makanan dulu untukku nanti malem.Bersihkan juga selurus rumah,” titahnya seenaknya padaku.
“Loe kok jadi nyuruh-nyuruh gue?”
“Loe tahu sendiri kan gue lagi sakit.Gue nggak akan cepat sembuh kalau rumah masih kotor,” ucapnya.
Akupun langsung melakukan titahnya dengan manyun.Aku tidak mau semua pekerjaan itu belum selesai sebelum aku pergi dengan Kak Arif nanti malam.Makanya aku buru-buru mengerjakannya sekarang.
*****
            Jam sudah menunjukkan jam setengah delapan malam. Aku sudah siap dengan dress merah marunku. Ku gerai rambut panjangku dan ku kenakan jepit kecil untuk menyibak poniku. Aku menunggu bel berbunyi di depan TV. Sementara itu, Rafi yang sudah menongkrongi TV terlebih dulu melirik ke arahku.
“Kenapa loe liat gue seperti itu?Ada yang salah?” tanyaku.
“Nggak, tumben-tumbenan aja loe pakai dress. Gue jarang liat loe pakai dress,”
“Oh, ini..gue hanya pengen memakainya saja,”
“Dress dari Farish? Kenapa loe pakai buat keluar dengan Arif?”
“Loh, kok loe tahu kalau gue mau keluar sama Kak Arif?”
“Memangnya cowok mana lagi yang mau ngedeketin cewek kayak loe kalau bukan cowok kayak Arif..,”
“Loh tuh...,” ucapku geram sambil menjitak kepalanya.
Dia menggenggam tanganku yang tadi telah menjitaknya.“Loe gak cocok dengan model rambut seperti itu,” ucapnya.
“Benarkah...?” ucapku.Aku langsung balik ke kamarku dan memandangi diriku di cermin.Benarkah aku tidak cocok jika rambutku ku gerai,” batinku.Aku memang jarang sekali menggerai rambutku karena aku lebih sering mengikatnya. Akhirnya aku pun merubah gaya rambutku dan ku ikat seperti gayaku biasanya.
*****
            Terdengar bel berbunyi dan aku tahu siapa yang datang.Sudah ku duga Kak Arif datang dengan mobil sedan hitamnya.Aku mempersilahkannya masuk dan kami pun berbincang-bincang terlebih dulu sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi.Aku hendak masuk ke mobil ketika Kak Arif membukakan salah satu pintunya untukku.Tapi, tiba-tiba seseorang menarik pergelangan tanganku.
“Jangan pergi....,” ucapnya. Aku berbalik dan melihat orang itu, Rafilah yang tengah berdiri di sana. “Ku mohon jangan pergi...,” ucapnya lagi dengan raut muka penuh harap agar aku tidak jadi pergi.
Aku tidak tega melihatnya seperi itu.Aku melihat ke arah Kak Arif dan membungkuk kecil.
“Ma’af Kak..aku...aku tidak bisa pergi,” ucapku dengan penuh bersalah.
Kak Arif memandangku dengan tatapan masih penuh tanya. Tapi, setelah di lihatnya mataku yang meminta ma’af dengan tulus ke padanya akhirnya dia pun mengiyakan keinginanku untuk tidak jadi pergi dengannya.Dia hanya tersenyum simpul lalu memasuki mobilnya dan melesat dari hadapan kami.
*****
Aku masuk dan duduk-duduk di halaman rumah.Rafi pun mengikutiku dan duduk di sampingku. Kami duduk di sana dan diam beberapa saat menikmati angin malam yang membelai lembut tubuh kami.
“Kau... kenapa memutuskan tidak pergi?” tanya Rafi seketika.
Aku mendesah.“Bukankah kau yang minta?” tanyaku.Rafi seolah tak percaya dengan perkataanku dan menunggu aku berucap lagi.“Aku hanya tidak ingin pergi.Aku dulu juga pernah memintamu untuk tidak pergi bukan?Tapi, kau tetap saja pergi.Karena itu, saat kau memintaku tidak pergi, maka aku tidak pergi..,”jelasku.
“Karin...”desah Rafi.
“Raf...,”
“Ya..,”
“Setelah lulus nanti, aku akan pergi ke Jepang dan melanjutkan studiku di sana,” ucapku.
“Kau... Kenapa?Kenapa tidak meneruskannya di sini saja bersamaku?”
“Aku dapat beasiswa dan aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatanku,”
Rafi masih tidak percaya dengan perkataanku.Dia memalingkan wajahku yang tengah menatap langit malam dengan tatapan mata kosong ke arahnya.
“Karin... tidak bisakah kau melihatku sekarang...?”tanyanya.“Aku tahu kau memutuskan pergi hanya untuk menghindar dariku,”ucapnya kemudian.
“Raf...,” desahku dengan mata berkaca-kaca.
“Aku sudah berusaha begitu keras untuk menata hati dan perasaanku.Dan ku tahu kau juga seperti itu.Aku sudah berusaha begitu keras agar kau bersedia melihatku. Dan kau, tidak mungkin tidak menyadari hal itu,”
“Tapi Raf.....,” kali ini aku mendesah dengan menitikkan air mataku.“Diantara kita tidak mungkin berhasil.Kau dan aku tidak mungkin bersama,” ucapku kemudian yang di iringi dengan air mataku yang tak bisa ku tahan lagi.
“Aku tahu itu,” ucap Rafi.“Aku hanya minta satu hal darimu...,”ucapnya lagi.
“Apa...?”tanyaku dengan memandangnya. Kini dapat ku lihat dengan jelas mata laki-laki di depanku itu juga mulai berkaca-kaca.
“Tidak bisakah kau melupakannya, dan hanya mulai melihatku..?” pintanya.
            Aku tidak bisa menjawab pertanyaannya.Tapi, aku juga tidak bisa membohongi diriku sendiri bahwa sebenarnya aku juga tidak ingin meninggalkannya.Aku hanya diam, dan mengangguk kecil.Dia langsung meraihku dalam pelukannya.
*****
THE END
           






0 comments:

Posting Komentar