Sudah seminggu hari Rafi tidak masuk kuliah banyak
teman-temannya yang datang silih berganti untuk menjenguknya.Tadinya, aku
mengusulkan untuk memberitahu kakak iparku kalau dia sedang sakit, tapi dia
menolaknya.Dia tidak ingin membuat kakak semata wayangnya itu cemas hanya
memikirkan dirinya.Aku menjadi bosan sendiri di rumah.Rafi selalu sibuk ngobrol
dan melayani teman-temannya yang berkunjung.Tidak hanya teman-teman cowoknya
yang datang malah lebih banyak teman-teman ceweknya.Yang nggak ku suka
teman-teman cewek satu kelasnya itu pada centil-centil abis.
Bahkan hari Sabtu ini pun sudah berkali-kali teman
ceweknya masuk bergonta ganti untuk mengunjunginya.Aku berpikir apakah dia
benar setenar itu di kalangan anak cewek kampus seperti kata Sari.Karena ku
tahu bahwa cewek-cewek itu tidak mungkin hanya berasal dari fakultas teknik
saja, dapi dari fakultas lainnya pun juga dateng.Ponselku berbunyi ketika aku
sedang melirik Rafi dengan cewek-cewek itu ketika melewati ruang tamu.
“Hallo..Karin...,” ucap seorang cowok dari seberang
sana yang sudah ku hafal suara siapa itu.
“Oh, Kak Arif... ada apa?” tanyaku. Aku memang sering
bertemu dan ngobrol dengan Kak Arif hingga hubungan kami menjadi dekat
akhir-akhir ini.
“Em... loe ada acara nggak nanti malem?”
“Kayaknya sih nggak ada, memangnya kenapa?”
“Ada film yang mau gue tonton di bioskop. Tapi, gue
males pergi sendiri. Rencananya gue mau ngajak loe, buat temenin gue. Tapi, itu
kalau loe nya nggak keberatan..,”
“Emmm...,” pikirku.“Oke deh, aku temanin,” ucapku.
*****
Aku
menyiapkan pakaianku untuk pergi nanti malam. Ku setrika dress merah marunku
dan ku gantung di almariku. Tanpa sadar aku melihat Rafi sudah berdiri di
ambang pintu kamarku.
“Loe, mau pergi ntar malem..?”
“Iya,” jawabku singkat.“Cewek-cewek loe udah pada
balik?” tanyaku.
“Loe bilang apa. Mereka cuman temen-temen gue,”
“Oh...,”
“Kenapa?Loe cemburu..?” tanyanya yang mengejutkanku.
“Kenapa harus cemburu... Nggak ada alasan buatku
cemburu,”
“Em..benarkah?” tanyanya penuh selidik dalam mataku.
Kalau loe mau pergi siapkan makanan dulu untukku nanti malem.Bersihkan juga
selurus rumah,” titahnya seenaknya padaku.
“Loe kok jadi nyuruh-nyuruh gue?”
“Loe tahu sendiri kan gue lagi sakit.Gue nggak akan
cepat sembuh kalau rumah masih kotor,” ucapnya.
Akupun langsung melakukan titahnya dengan manyun.Aku
tidak mau semua pekerjaan itu belum selesai sebelum aku pergi dengan Kak Arif
nanti malam.Makanya aku buru-buru mengerjakannya sekarang.
*****
Jam
sudah menunjukkan jam setengah delapan malam. Aku sudah siap dengan dress merah
marunku. Ku gerai rambut panjangku dan ku kenakan jepit kecil untuk menyibak
poniku. Aku menunggu bel berbunyi di depan TV. Sementara itu, Rafi yang sudah
menongkrongi TV terlebih dulu melirik ke arahku.
“Kenapa loe liat gue seperti itu?Ada yang salah?” tanyaku.
“Nggak, tumben-tumbenan aja loe pakai dress. Gue
jarang liat loe pakai dress,”
“Oh, ini..gue hanya pengen memakainya saja,”
“Dress dari Farish? Kenapa loe pakai buat keluar
dengan Arif?”
“Loh, kok loe tahu kalau gue mau keluar sama Kak
Arif?”
“Memangnya cowok mana lagi yang mau ngedeketin cewek
kayak loe kalau bukan cowok kayak Arif..,”
“Loh tuh...,” ucapku geram sambil menjitak kepalanya.
Dia menggenggam tanganku yang tadi telah
menjitaknya.“Loe gak cocok dengan model rambut seperti itu,” ucapnya.
“Benarkah...?” ucapku.Aku langsung balik ke kamarku
dan memandangi diriku di cermin.Benarkah aku tidak cocok jika rambutku ku
gerai,” batinku.Aku memang jarang sekali menggerai rambutku karena aku lebih
sering mengikatnya. Akhirnya aku pun merubah gaya rambutku dan ku ikat seperti
gayaku biasanya.
*****
Terdengar
bel berbunyi dan aku tahu siapa yang datang.Sudah ku duga Kak Arif datang
dengan mobil sedan hitamnya.Aku mempersilahkannya masuk dan kami pun
berbincang-bincang terlebih dulu sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi.Aku
hendak masuk ke mobil ketika Kak Arif membukakan salah satu pintunya
untukku.Tapi, tiba-tiba seseorang menarik pergelangan tanganku.
“Jangan pergi....,” ucapnya. Aku berbalik dan melihat
orang itu, Rafilah yang tengah berdiri di sana. “Ku mohon jangan pergi...,”
ucapnya lagi dengan raut muka penuh harap agar aku tidak jadi pergi.
Aku tidak tega melihatnya seperi itu.Aku melihat ke
arah Kak Arif dan membungkuk kecil.
“Ma’af Kak..aku...aku tidak bisa pergi,” ucapku dengan
penuh bersalah.
Kak Arif memandangku dengan tatapan masih penuh tanya.
Tapi, setelah di lihatnya mataku yang meminta ma’af dengan tulus ke padanya
akhirnya dia pun mengiyakan keinginanku untuk tidak jadi pergi dengannya.Dia
hanya tersenyum simpul lalu memasuki mobilnya dan melesat dari hadapan kami.
*****
Aku masuk dan duduk-duduk di halaman rumah.Rafi pun
mengikutiku dan duduk di sampingku. Kami duduk di sana dan diam beberapa saat
menikmati angin malam yang membelai lembut tubuh kami.
“Kau... kenapa memutuskan tidak pergi?” tanya Rafi
seketika.
Aku mendesah.“Bukankah kau yang minta?” tanyaku.Rafi
seolah tak percaya dengan perkataanku dan menunggu aku berucap lagi.“Aku hanya
tidak ingin pergi.Aku dulu juga pernah memintamu untuk tidak pergi bukan?Tapi,
kau tetap saja pergi.Karena itu, saat kau memintaku tidak pergi, maka aku tidak
pergi..,”jelasku.
“Karin...”desah Rafi.
“Raf...,”
“Ya..,”
“Setelah lulus nanti, aku akan pergi ke Jepang dan
melanjutkan studiku di sana,” ucapku.
“Kau... Kenapa?Kenapa tidak meneruskannya di sini saja
bersamaku?”
“Aku dapat beasiswa dan aku tidak ingin menyia-nyiakan
kesempatanku,”
Rafi masih tidak percaya dengan perkataanku.Dia
memalingkan wajahku yang tengah menatap langit malam dengan tatapan mata kosong
ke arahnya.
“Karin... tidak bisakah kau melihatku
sekarang...?”tanyanya.“Aku tahu kau memutuskan pergi hanya untuk menghindar
dariku,”ucapnya kemudian.
“Raf...,” desahku dengan mata berkaca-kaca.
“Aku sudah berusaha begitu keras untuk menata hati dan
perasaanku.Dan ku tahu kau juga seperti itu.Aku sudah berusaha begitu keras
agar kau bersedia melihatku. Dan kau, tidak mungkin tidak menyadari hal itu,”
“Tapi Raf.....,” kali ini aku mendesah dengan
menitikkan air mataku.“Diantara kita tidak mungkin berhasil.Kau dan aku tidak
mungkin bersama,” ucapku kemudian yang di iringi dengan air mataku yang tak
bisa ku tahan lagi.
“Aku tahu itu,” ucap Rafi.“Aku hanya minta satu hal
darimu...,”ucapnya lagi.
“Apa...?”tanyaku dengan memandangnya. Kini dapat ku
lihat dengan jelas mata laki-laki di depanku itu juga mulai berkaca-kaca.
“Tidak bisakah kau melupakannya, dan hanya mulai
melihatku..?” pintanya.
Aku
tidak bisa menjawab pertanyaannya.Tapi, aku juga tidak bisa membohongi diriku
sendiri bahwa sebenarnya aku juga tidak ingin meninggalkannya.Aku hanya diam,
dan mengangguk kecil.Dia langsung meraihku dalam pelukannya.
*****
0 comments:
Posting Komentar