Whenever I'm alone with you
You make me feel like I am home again
Whenever I'm alone with you
You make me feel like I am whole again
You make me feel like I am home again
Whenever I'm alone with you
You make me feel like I am whole again
~Love Song, Adele~
Rumah sakit
sangat sibuk di malam hari ini.Terdapat begitu banyak korban kecelakaan di
ruang UGD yang membuat semua dokter jaga sibuk termasuk juga dengan para
perawatnya.Para residen pun ikut andil dalam membantu para korban tersebut
pasalnya tidak cukup dokter yang mampu menangani semua itu mengingat jam sudah
menunjukkan tengah malam.Raka sibuk memeriksa para pasien itu dan memerintahkan
beberapa residen dan suster untuk menyiapkan ruang operasi karena operasi
darurat harus dilaksanakan untuk salah seorang korban yang menderita cukup parah.
Beberapa jam kemudian keadaan ruang UGD sudah kembali stabil sementara Raka
masih bergelut di ruang operasi untuk menyelamatkan salah seorang korban yang
terluka cukup parah itu.
Operasi
berjalan lancar dan dia memerintahkan suster dan residen yang ikut dalam
operasi tersebut untuk memindahkan pasien ke ruang ICU.Sementara yang lainnya
sibuk memindahkan pasien Raka membersihkan lengannya dari lumuran darah dan
bergegas berganti pakaian. Di ambilnya ponsel dalam sakunya dan dilakukannya
panggilan pada seseorang di seberang sana.
“Hallo..,” ucapnya.
“Ya, ada apa? Loe tau ini jam berapa?”
“Sorry, gue ganggu loe. Loe sedang tidur?”
“Ya, iyalah. Ini sudah lewat tengah malam,”
“Ya, sudah kalau gitu. Tidur lagi gih, gue cumin mau
ngasih tau loe kalau gue gak pulang malamini,”
“Kenapa?Ada masalah?”
“Ya, banyak korban kecelakaan yang di rawat di ruang
UGD. Jadi gue harus menginap di sini untuk memantau keadaan mereka jika
tiba-tiba terjadi masalah,”
“Ya, baiklah kalau begitu.Loe dokter yang hebat,
ngapain loe malah milih bantu-bantu di ruang UGD. Pekerjaan disana pasti tak
akanada habisnya,”
“Tapi, gue suka.
Gue suka kalau gue sibuk..,”
“Gue tau alasan loe buat nyibukin diri.Sudahlah gue
ngantuk nieh. Besok gue ada kuliah pagi,”
“Ya,
baiklah.Tidur lagi deh. Sorry udah gangguin loe,”
*****
Usai mengganti
pakaiannya, Raka memantau keadaan ruang UGD.Dan semua sudah dapat di atasi
hingga sudah kembali pada keadaan stabil.Tapi, tiba-tiba seorang wanita datang
dengan menggandeng seorang wanita lainnya di sampingnya. Wanita itu mengenakan
kaus longgar dan jins dengan rambut yang acak-acakan. Wajahnya tampak ketakutan
dan khawatir.Dengan tergesa-gesa dia membopong wanita lainnya yang mengenakan
piyama biru muda.Wanita yang dibopong itu terlihat sangat pucat pasi.Keringat
dingin membasahi tak hanya keningnya tapi juga seluruh wajahnya. Meskipun tak
dapat terlihat dengan jelas karena wajahnya tertutupi oleh rambutnya yang
terurai, tapi dapat di tebak bahwa sang wanita yang inilah yang membutuhkan
pertolongan.
Wanita berkaus
longgar itu meninggalkan wanita itu di tempat duduk sementara dia mengurus
administrasi.Tapi, sang wanita berpiyama itu bahkan tak mampu untuk menopang
tubuhnya sendiri hingga dia terjatuh pingsan.
“Astaga, dia pingsan..,” seru seorang perawat.Wanita
yang tengah sibuk mengurus administrasi itu pun kalang kabut tak karuan saking
terkejutnya.
Sementara itu, Raka yang tengah berada di tempat
perawat untuk memeriksa catatan beberapa pasien itu berlari untuk menolong
gadis yang pingsan tak jauh beberapa langkah darinya itu.Di gendongnya gadis
itu menuju salah satu ranjang di ruang UGD. Semua ranjang di ruang itu sudah
penuh dan tak ada pilihan lain selain membawa gadis itu ke salah satu ruang
inap pasien. Wanita berkaus longgar itupun hanya mengikuti kemana temannya itu
dibawa dengan di ikuti pula oleh beberapa residen dan suster.Raka masuk ke
ruang 205 dan membaringkan gadis itu di ranjang pasien.Di singkirkannya rambut
gadis itu yang menutupi wajahnya.Dan ketika dia melihat wajah gadis itu,
dahinya berkerut dan nafasnya tercekat.
“Naura…,” desahnya.Setelah itu, dia pun mulai
memeriksa gadis itu. Beberapa residen di suruhnya untuk memasang infuse pada
sang gadis sementara Raka berbicara dengan teman Naura.
“Bagaimana keadaan teman saya dok?” Tanya sang gadis
berkaus longgar.
“Sudah tidak apa-apa, sebentar lagi dia akan sadar.Dia
menderita usus buntu, dan harus segera di operasi karna takutnya seperti saat
ini, dia tidak akan sanggup untuk menahan rasa sakitnya,” jelas Raka.
“Ah, usus buntu. Tapi, bagaimana ya, orang tuanya sedang
berada di luar kota. Bukankah harus mendapat persetujuan walinya untuk
melakukan operasi?”
“Iya anda
benar,”
“Saya, tidak cukup berani untuk bertindak sebagai
walinya. Saya takut…,”
“Ini hanya
operasi ringan saja. Kau tak perlu khawatir..,”
“Masalahnya saya tidak ada biaya untuk…,”
Raka mengerti tentang apa yang hendak dikatakan gadis
itu dan diapun dapat menebaknya. “Baiklah kalau begitu, saya saja yang akan
menjadi walinya dan membayar dulu semua biaya operasinya,” ucap Raka kemudian.
Sang gadis tercenggang tak percaya.Berulang kali dia
mengucap terima kasih pada Raka serta meminta ma’af karena telah merepotkan
Raka.Maklumlah, sebagai mahasiswi dia tak punya cukup uang untuk membayar biaya
operasi Naura, begitu pula dengan Naura sendiri.Menghubungi orang tua Naura
disaat seperti ini juga bukanlah ide yang bagus. Pasalnya ibu Naura menderita
penyakit jantung, jika saja dia mendengar putrinya akan segera di operasi
meskipun itu operasi ringan, ibunya pasti akan benar-benar shock dan kaget,
pasalnya Naura adalah putri semata wayangnya yang sangat dicintainya. Beberapa
menit kemudian Naura pun sadar.
“Kau sudah sadar?” Tanya sang gadis berkaos longgar
itu.
“Hmm,,” jawab Naura dengan lemas.
“Kau sakit usus
buntu, dan besok harus segera di operasi,”
“Apa? Tapi
kau..,”
“Tenang saja aku tak memberitahu ibumu jadi jangan
khawatir,”
“Lalu biayanya…?”
“Kau tak perlu khawatir soal itu, hanya saja kau harus
berjanji akan sembuh…,”
Naura mengangguk dengan lemah.“Ma’af, telah membuatmu
cemas..,” ucap Naura dengan perasaan bersalah.
“Ya, tak apa.Harusnya kau tak sering makan pedas.Kau
tahu betul bahwa perutmu tak bisa untuk itu.Awas aja kalau setelah ini kau
melakukan hal itu lagi..,” ucap gadis itu dengan tersenyum kecil. Naura pun
tersenyum di depan gadis itu. “Oh, astaga..!!!” pekik gadis itu.
“Ada apa?”Naura terkejut.
“Gue lupa mengunci rumah kontrakan.Waduh bagaimana
ini? Tadi buru-buru sih, jadi lupa..,”
“Ya sudah kalau begitu, pulanglah..,”
“Tapi, loe sendiri disini?”
“Jangan khawatir ada banyak suster yang akan menjagaku
disini. Lagipula bukankah loe ada penelitian besok pagi..,”
“Iya sih. Dan
gue gak bisa nemenin loe sampai loe selesai operasi,”
“Tak apa,”
“Apa perlu gue nelpon David buat ngejagain loe malam
ini?”
“Gak usah.
Kasihan dia akhir-akhir ini gue selalu ngerepotin dia,”
“Ya, sudah kalau begitu. Besok pagi saja gue suruh dia
ke rumah buat ambil pakaian loe dan nemenin loe operasi,”
“Hmm…,” ucap
Naura dengan mengangguk kecil. “Clara..,”
“Ya..,”
“Thanks,”
“Loe bicara apa,” ucap gadis itu sembari tersenyum dan
pergi meninggalkan Naura meski masih dalam perasaan cemas.
*****
Raka tak bisa
memejamkan matanya.Dia masih kepikiran Naura.Malam ini Naura pasti merasa
sangat kesakitan.Dan dia tak bisa membayangkan seberapa menderitanya gadis itu
sendirian.Dari meja kerjanya dia berjalan kembali ke ruang pasien nomor 205.Di
bukanya kamar itu dan tak ditemukannya gadis yang tadi.Sementara itu, Naura
terkejut bukan main melihat dokter muda yang datang itu.
“Kakak..,” ucapnya.
Raka menolehkan pandangannya tepat ke arah Naura.“Mana
temanmu?” tanyanya.
“Ah, aku menyuruhnya pulang,”
“Kenapa?”
“Dia itu ceroboh.Saking cemasnya saat membawaku ke
rumah sakit tadi dia lupa menutup pintu rumah.Lagi pula besok dia ada observasi
ke luar kota jadi aku menyuruhnya pulang,” jelas Naura dengan riang meskipun
dia harus mencoba menahan rasa sakitnya.“Kau sedang berjaga malam ini?” Tanya
Naura.
Raka hanya tak menanggapi senyuman ataupun pertanyaan
Naura.Dia memalingkan pandangannya dari Naura yang terbaring lemas itu.Kemudian
dia berucap kecil.“Apakah itu sakit..,” tanyanya.
Naura tak menjawab, dia tak mampu untuk melontarkan
lagi seuntai katapun karena kesakitan tiba-tiba menderanya.Raka yang hendak
berjalan pergi itu kini membalikkan punggungnya dan kembali memandang ke arah
Naura.Naura memegangi perutnya yang melilit sakit.Keringat dingin kini kembali
membasahi keningnya.Raka kini mendekat dan berada di samping ranjang
Naura.“Apakah itu sakit..?” tanyanya lagi.
“Hmm…,” ucap Naura dengan anggukan.Mata Raka
berkaca-kaca melihat gadis itu melilit kesakitan.Dilepaskannya jas dokter yang
dikenakannya kemudian dia berbaring di samping gadis itu.
“Pasti sangat sakit,” desahnya.Di raihnya Naura dalam
pelukannya dan disandarkannya kepala gadis itu pada dadanya yang bidang.Naura menerima
pelukan itu dan melingkarkan tangannya ke punggung Raka yang kini berbaring
tepat di hadapannya yang tidur menyamping.Dipereratnya lingkar tangannya itu
dan berbisik kecil.“Ya, ini sakit.Tapi tak sesakit luka yang pernah ku buat
untukmu,” ucap Naura. Raka dapat merasakan beberapa tetes air mata Naura kini
menetes di dadanya. “Terima kasih, kak Raka,” ucap Naura sembari menenggelamkan
kepalanya di dada Raka.Raka mempererat pelukannya pada gadis itu.Dagunya
menyentuh lembut rambut Naura yang berurai.“Tidurlah, aku akan berada
disampingmu malam ini..,” bisik Raka. Dan akhirnya keduanya pun memejamkan mata
meskipun dalam perasaan yang masih tak karuan namun satu hal yang membuat Naura
bahagia, karena di saat dia sakit ada Raka yang setidaknya dapat mengurangi rasa
sakit yang dideritanya dan dia sangat bersyukur untuk itu.
*****
Sebelum ke
kantor, Daniel langsung bergegas pergi ke rumah sakit untuk melihat Naura
setelah Randy memberitahunya bahwa Naura sedang di rawat di rumah sakit dan
akan menjalani operasi pagi ini. Dengan menjinjing tas hitamnya Daniel bertanya
pada resepsionist dimana pasien bernama Naura di rawat. Setelah mendapat
jawaban dia langsung bergegas menuju kamar dengan nomor 205 itu.Di bukanya
pintu ruang kamar itu dan bertapa terkejutnya ketika dia melihat pemandangan di
depannya.
“Apa yang kalian lakukan?” pekiknya.
Raka dan Naura mendengar suara itu dan terbangun dari
tidurnya.Di lepaskannya pelukannya pada Naura dan begitu pula sebaliknya dengan
Naura.Raka melihat seseorang berdiri dengan wajah geram ke arahnya.Ia pun
bangun dan terkejut sama terkejutnya dengan Naura yang juga melihat siapa
gerangan yang membangunkan tidurnya.
“Professor..,” ucapnya.
Raka bangun dan turun dari ranjang sementara Naura
tetap berada di ranjangnya dan kini terduduk diam melihat professornya
marah.Berbagai caci dan maki di lontarkan oleh Daniel kepada Raka tanpa
memandang Naura sedikitpun.
“Dokter Raka, apa yang anda lakukan? Apa ini yang
dilakukan oleh seorang dokter? Apa anda memperlakukan semua pasien anda seperti
itu? Apakah anda dokter yang amoral seperti ini?” ucapnya panjang lebar.Sementara
Raka tak menanggapi sedikitpun pertanyaan ataupun bahkan hinaan dari professor
Daniel. Di sisi lain Naura juga tak dapat member pembelaan pada lelaki yang di
cintainya itu. Dia hanya meneteskan air mata yang tak kunjung berhenti.
Seseorang
memasuki ruangan dan menatap geram semua orang yang berada di sana. Di
jatuhkannya tas yang berisi beberapa pakaian di dalamnya. Melihat professor
Daniel memaki-maki lelaki di samping Naura membuatnya kesal.
“Lalu bagaimana dengan anda?” ucapnya.
Professor Daniel berbalik mencari suara itu.Dan tepat
di balik punggungnya berdiri David yang tengah menatapnya dengan geram.Tas biru
yang semula berada di genggaman David kin berangsut turun ke lantai.
“Lalu bagaimana dengan anda?Apakah wajar seorang dosen
mengunjungi mahasiswinya di rumah sakit pagi-pagi buta begini?” ucapnya.
Daniel terdiam, tak sepatah katapun dapat di
ucapkannya dari mulutnya yang sejak tadi tak henti-hentinya melontarkan hinaan
pada Raka.
“Operasinya dilaksanakan jam 08.00 nanti. Jadi, tak
ada alasan bagi anda untuk disini pagi-pagi begini..,” ucap David.
Professor
Daniel yang tak mampu berkata-kata apa-apa pun akhirnya meninggalkan ruangan
itu dengan perasaan tidak puas.Ditutupnya pintu kamar rawat Naura itu dengan
keras.Dan beberapa detik kemudian tak terlihat lagi batang hidung professor
Danie.
“Dav, gue…,” Naura mencoba menjelaskan tapi David tak
menanggapinya.Sebalinya dia hanya menatap Raka yang masih berdiri di samping
ranjang Naura.
“Sebaiknya anda pergi.Bukankah anda harus menyiapkan
opersi?” ucap David pada Raka.
“Ya,” ucap Raka sembari melangkah menuju pintu.“Dokter
Melisa yang akan melakukan operasinya..,” ucapnya yang kemudian menghilang di
balik pintu.
David duduk
dengan lemas di samping ranjang Naura.Dia terdiam dan tak berkata apa-apa.Sementara
Naura merasa sangat bersalah pada lelaki itu.Meskipun tidak ada hubungan yang
special di antara mereka berdua Naura tahu betul bahwa David menyukainya dan
dia telah melukai hati lelaki yang sudah sangat baik terhadapnya itu.
“Dav, ma’afin gue…,”
“Kenapa?Kenapa harus minta ma’af?”
“Karena…..,” ucap Naura yang terputus karena
pertanyaan David yang dilontarkannya bersamaan dengan perkataan dirinya
sendiri.
“Apa dia orangnya?” Tanya David.
“Mak…maksudmu…?”
“Apa karena laki-laki itu, kau tidak mau menerimaku.Atau
bahkan menolak untuk menerima laki-laki lainnya?”
“Dav, itu….,”
“Sudahlah, beristirahatlah sebentar.Beberapa jam lagi
kau harus bersiap untuk menjalani operasi,” ucap David yang kemudian
meninggalkan ruangan setelah memasangkan selimut di tubuh Naura.
*****
David
mengambil ponsel yang berada di saku celananya. Dibukanya flip ponsel itu dan
dicarinya nama yang tertera di kontaknya. Setelah ditemukannya dilakukannya
panggilan pada tulisan Sohibku yang tertera di wallpaper ponsel itu.
“Loe dimana?”
“Perjalanan pulang,”
“Loe gak mau nemenin dia sampai operasinya selesai?”
“Nggak, bukankah sudah ada loe. Dia akan baik-baik
saja meskipun tanpa gue,”
“Baiklah,” ucap David sembari hendak mengakhiri
panggilan tapi seseorang di seberang sana membuatnya mengurungkan niatnya
beberapa detik.
“Dav..,”
“Ada apa?”
“Sorry..,”
“Untuk apa?”
“Untuk yang tadi,”
“Seharusnya loe bisa lebih berhati-hati. Bukankah
sudah pernah gue bilang bahwa saingan loe nggak hanya gue aja,”
“Ya, gue bener-bener minta ma’af. Dan..thanks, karna
loe setidaknya gue tak mendengar penghinaan yang lebih menyakitkan dari yang
tadi..,”
“Loe nggak harus ngucapin itu.Meskipun kita bersaing
loe masih sohib gue. Dan gue nggak mau sohib gue di hina tanpa alasan yang
jelas,”
*****
0 comments:
Posting Komentar