Stasiun Tugu, akhirnya aku tiba
disana beberapajam naik angkot, maklumlah angkot yang kunaiki sangat penuh
karena itu agak lama perjalanannya. Aku berusaha menghubungi Rafi, adik kakak iparku
sekali lagi. Karena dia sudah tidak ada ditempat perjanjian yang kami sepakati,
setelah ku cari kesana-kemari. Aku tahu dia tengah marah dari nada bicaranya
tadi saat aku menelponnya, yah mungkin karena dia telah menungguku terlalu
lama. Tapi, tak seharusnya dia pergi sebelum aku datang, batinku. Dua kali ku
lakukan panggilan tapi tak ada jawaban, tapi untunglah pada panggilan ketiga
dia mengangkatnya.
“
Loe ada dimana? Gue udah cari loe kemana-mana, tapi loe kok pergi sebelum gue
dateng. Bukannya tadi udah gue suruh tungguin kan, gue jauh-jauh kesini cuman
buat jemput loe, tapi loe malah pergi seenaknya,” ucapku yang tengah naik darah
karna sikapnya.
“
Gue tau loe udah cari gue, tapi gue gak pergi kemana-mana, cuman di rumah makan
di seberang loe berdiri saat ini,”
Aku terkejut mendengar perkataannya.
Aku langsung memandang ke rumah makan di depan tempatku berdiri, dan kudapati
wajah yang pernah kulihat itu tengah menikmati makanannya disana. Dengan geram
aku pun langsung menghampirinya.
“
Loe, kok gak bilang langsung ke gue kalau loe ada disini. Saat loe ngeliat gue
seharusnya loe udah langsung manggil gue, jadi gue gak usah susah-susah nyari
loe, tapi loe,,,”
“
Udah ngomongnya,”
Aku
hanya terdiam saat dia tiba-tiba memotong hujatan yang ku lemparkan untuknya.
“
Emangnya salah gue, kalau gue mau cari makan dulu. Gue udah nungguin loe
seharian.,”
“
Tapi, loe kan bisa langsung panggil gue, saat loe tahu gue udah tiba disana,”
bantahku.
“
Gue sengaja,”
“
Sengaja? Maksud loe,,,”
“
Maksud gue, gue mau loe sedikit kesusahan. Loe udah bikin gue nunggu telalu
lama,”
“
Ah,, loe tuh ya, aku kan juga sibuk, harusnya loe tahu itu,”
“
Sibuk shoping sama temen-temen loe, sampai tak mendengar kalau aku telah
berusaha untuk menelponmu berkali-kali,”
“
Loe,,,”
“
Gue tahu dari kakak loe. Tahu gitu gue cari sendiri alamat loe, daripada
berdiam diri disini nunggu loe yang gak nongol-nongol, tapi kakak loe khawatir
banget kalau gue bakal nyasar, padahal kan gue cowok apa salahnya kalau gue
nyasar, gue kan bisa jaga diri gue sendiri,”
“
Dia cuman khawatir sama....”
“
Sudahlah,, ayo pergi sekarang makan gue udah selesai,”
Aku pun hanya melihatnya dengan
sinis dan sebal karena kelakuannya. Bisa-bisanya dia berbuat seperti itu. Kalau
bukan karna kakakku yang minta. Aku gak bakalan mau dia tinggal serumah
denganku.
“
Motor loe mana?”
“
Gue gak bawa motor,”
“
Lah terus kita naik apaan?”
“
Ya naik angkotlah, makannya tadi gue terlambat jemput loe karna angkotnya
penuh,”
“
Harusnya tadi loe bilang kalau kita bakalan naik angkot,” ucapnya dengan wajah
memerah karna marah.
*****
Setelah beberapa jam berada diangkot
bersama cowok dingin itu akhirnya aku nyampek rumah. Hari ini cukup melelahkan,
hingga aku pun tertidur setelah mandi. Sebelum mataku terpejam aku sempat
berpikir bahwa ada yang aneh dengan cowok itu. Setahuku cowok itu dulunya
pendiam sama seperti yang sering kakakku ceritakan. Tapi sekarang kenapa dia
jadi seperti itu? Tapi mungkin karena dulu tidak begitu mengenalnya makanya aku
tidak tahu jika kepribadiannya seperti itu.
*****
Aku terlonjak kaget ketika ku dapati
pintu kamarku di gedor oleh seseorang. Aku yang masih setengah sadar itu
terhuyung-huyung berjalan ke pintu dan membukanya. Aku terkejut ketika
mendapati cowok itu berdiri
di depan kamarku.
“
Ada apa,” tanyaku dengan ketusnya.
“
Gue lapar nih,,,” ucapnya.
“
Bukannya tadi loe udah makan banyak sambil nungguin gue, kenapa sekarang laper
lagi?”
“
Apa gak boleh kalau gue makan lagi, gue gak bisa tidur kalau perut gue
kelaperan,”
“
Tapi ini udah jam 11 malam, gue gak makan
diatas jam 7 malam,”
“
Gue kan gak nyuruh loe untuk makan, gue cuman nyuruh loe buatin makanan untuk
gue, gue bisa makan sendiri,”
“
Loe,, tuh,,,”
“
Ayolah, gue laper banget nih. Mau keluar ntar gak tahu arah baliknya. Gue kan
baru disini, lagi pula tempat ini terpencil di kanan-kirinya gak ada warung
makan. Ayolah...”
Aku geram melihat tingkahnya,
rasanya dia sengaja datang kesini untuk mengganggu hidupku. Tapi, karena sudah
larut dan aku juga males keluar untuk membelikannya makanan karna pada dasarnya
aku takut untuk keluar malam, akhirnya ku buatkan nasi goreng untuknya.
“
Enak,,” ucapnya sambil melahap nasi itu dengan cepatnya, mungkin benar kalau
dia benar-benar sedang kelaperan. Tapi jika ingat seberapa banyak dia makan
tadi rasanya mustahil kalau jam segini dia masih saja kelaperan.
“
Jangan makan terlalu cepat, itu gak baik buat pencernaan loe,” ucapku.
“
Ah, tak masalah,,” ucapnya tanpa memperdulikan nasehatku. Akhirnya dia pun
tersedak karna begitu cepatnya dia makan.
Dalam hati aku tersenyum simpul
karna akhirnya dia mendapat karmanya. Tapi aku yang berada di depannya pun tak
tega dan segera mengambilkan air minum untuknya.
“
Thanks,,” ucapnya. “Loe gak pergi kencan?” Nie kan sabtu malem minggu, pacar
loe gak mengunjungi loe?” tanyanya.
Aku tersentak dan kaget mendengar
pertanyaannya itu. Sepertinya dia masih belum tahu kalau kekasihku sudah
meninggal. Dan mengingat euforia maming yang biasa ku lakukan bersama dengan
Farish setiap kali dia datang berkunjung, aku pun merasa sedih. Dan karna tak
ingin memperlihatkannya kesedihanku di hadapan cowok menyebalkan itu, akupun
lagsung pergi ke kamarku dengan alasan aku hendak pergi melanjutkan tidurku.
Aku tahu dia sedikit heran melihat
sikapku yang tiba-tiba saja pergi, tanpa menjawab pertanyaannya. Tapi, aku tak
peduli, lebih baik seperti itu, daripada dia harus melihat wajahku yang berselimut
kabut karena kesedihanku. Sesampainya di kamar langsung ku kunci kamarku, agar
dia tak lagi membangunkanku meski ku tahu bahwa dia tak mungkin memintaku
membuatkannya makanan lagi di pertengahan malam. Tapi, aku pengen sendiri,
untuk saat ini dan untuk malam ini. Meski aku sangat membenci kesunyian, tapi
malam ini aku membutuhkannya. Untuk menata hatiku yang mulai tergoyahkan lagi
oleh kenangan akan kekasihku yang telah tiada itu.
*****
0 comments:
Posting Komentar