Jumat, 13 Juli 2018

Bab 3

Edit Posted by with No comments


Stasiun Tugu, akhirnya aku tiba disana beberapajam naik angkot, maklumlah angkot yang kunaiki sangat penuh karena itu agak lama perjalanannya. Aku berusaha menghubungi Rafi, adik kakak iparku sekali lagi. Karena dia sudah tidak ada ditempat perjanjian yang kami sepakati, setelah ku cari kesana-kemari. Aku tahu dia tengah marah dari nada bicaranya tadi saat aku menelponnya, yah mungkin karena dia telah menungguku terlalu lama. Tapi, tak seharusnya dia pergi sebelum aku datang, batinku. Dua kali ku lakukan panggilan tapi tak ada jawaban, tapi untunglah pada panggilan ketiga dia mengangkatnya.
“ Loe ada dimana? Gue udah cari loe kemana-mana, tapi loe kok pergi sebelum gue dateng. Bukannya tadi udah gue suruh tungguin kan, gue jauh-jauh kesini cuman buat jemput loe, tapi loe malah pergi seenaknya,” ucapku yang tengah naik darah karna sikapnya.
“ Gue tau loe udah cari gue, tapi gue gak pergi kemana-mana, cuman di rumah makan di seberang loe berdiri saat ini,”
            Aku terkejut mendengar perkataannya. Aku langsung memandang ke rumah makan di depan tempatku berdiri, dan kudapati wajah yang pernah kulihat itu tengah menikmati makanannya disana. Dengan geram aku pun langsung menghampirinya.
“ Loe, kok gak bilang langsung ke gue kalau loe ada disini. Saat loe ngeliat gue seharusnya loe udah langsung manggil gue, jadi gue gak usah susah-susah nyari loe, tapi loe,,,”
“ Udah ngomongnya,”
Aku hanya terdiam saat dia tiba-tiba memotong hujatan yang ku lemparkan untuknya.
“ Emangnya salah gue, kalau gue mau cari makan dulu. Gue udah nungguin loe seharian.,”
“ Tapi, loe kan bisa langsung panggil gue, saat loe tahu gue udah tiba disana,” bantahku.
“ Gue sengaja,”
“ Sengaja? Maksud loe,,,”
“ Maksud gue, gue mau loe sedikit kesusahan. Loe udah bikin gue nunggu telalu lama,”
“ Ah,, loe tuh ya, aku kan juga sibuk, harusnya loe tahu itu,”
“ Sibuk shoping sama temen-temen loe, sampai tak mendengar kalau aku telah berusaha untuk menelponmu berkali-kali,”
“ Loe,,,”
“ Gue tahu dari kakak loe. Tahu gitu gue cari sendiri alamat loe, daripada berdiam diri disini nunggu loe yang gak nongol-nongol, tapi kakak loe khawatir banget kalau gue bakal nyasar, padahal kan gue cowok apa salahnya kalau gue nyasar, gue kan bisa jaga diri gue sendiri,”
“ Dia cuman khawatir sama....”
“ Sudahlah,, ayo pergi sekarang makan gue udah selesai,”
            Aku pun hanya melihatnya dengan sinis dan sebal karena kelakuannya. Bisa-bisanya dia berbuat seperti itu. Kalau bukan karna kakakku yang minta. Aku gak bakalan mau dia tinggal serumah denganku.
“ Motor loe mana?”
“ Gue gak bawa motor,”
“ Lah terus kita naik apaan?”
“ Ya naik angkotlah, makannya tadi gue terlambat jemput loe karna angkotnya penuh,”
“ Harusnya tadi loe bilang kalau kita bakalan naik angkot,” ucapnya dengan wajah memerah karna marah.
*****
            Setelah beberapa jam berada diangkot bersama cowok dingin itu akhirnya aku nyampek rumah. Hari ini cukup melelahkan, hingga aku pun tertidur setelah mandi. Sebelum mataku terpejam aku sempat berpikir bahwa ada yang aneh dengan cowok itu. Setahuku cowok itu dulunya pendiam sama seperti yang sering kakakku ceritakan. Tapi sekarang kenapa dia jadi seperti itu? Tapi mungkin karena dulu tidak begitu mengenalnya makanya aku tidak tahu jika kepribadiannya seperti itu.
*****
            Aku terlonjak kaget ketika ku dapati pintu kamarku di gedor oleh seseorang. Aku yang masih setengah sadar itu terhuyung-huyung berjalan ke pintu dan membukanya. Aku terkejut ketika mendapati cowok itu berdiri di depan kamarku.
“ Ada apa,” tanyaku dengan ketusnya.
“ Gue lapar nih,,,” ucapnya.
“ Bukannya tadi loe udah makan banyak sambil nungguin gue, kenapa sekarang laper lagi?”
“ Apa gak boleh kalau gue makan lagi, gue gak bisa tidur kalau perut gue kelaperan,”
“ Tapi ini udah jam 11 malam, gue gak makan diatas jam 7 malam,”
“ Gue kan gak nyuruh loe untuk makan, gue cuman nyuruh loe buatin makanan untuk gue, gue bisa makan sendiri,”
“ Loe,, tuh,,,”
“ Ayolah, gue laper banget nih. Mau keluar ntar gak tahu arah baliknya. Gue kan baru disini, lagi pula tempat ini terpencil di kanan-kirinya gak ada warung makan. Ayolah...”
            Aku geram melihat tingkahnya, rasanya dia sengaja datang kesini untuk mengganggu hidupku. Tapi, karena sudah larut dan aku juga males keluar untuk membelikannya makanan karna pada dasarnya aku takut untuk keluar malam, akhirnya ku buatkan nasi goreng untuknya.
“ Enak,,” ucapnya sambil melahap nasi itu dengan cepatnya, mungkin benar kalau dia benar-benar sedang kelaperan. Tapi jika ingat seberapa banyak dia makan tadi rasanya mustahil kalau jam segini dia masih saja kelaperan.
“ Jangan makan terlalu cepat, itu gak baik buat pencernaan loe,” ucapku.
“ Ah, tak masalah,,” ucapnya tanpa memperdulikan nasehatku. Akhirnya dia pun tersedak karna begitu cepatnya dia makan.
            Dalam hati aku tersenyum simpul karna akhirnya dia mendapat karmanya. Tapi aku yang berada di depannya pun tak tega dan segera mengambilkan air minum untuknya.
“ Thanks,,” ucapnya. “Loe gak pergi kencan?” Nie kan sabtu malem minggu, pacar loe gak mengunjungi loe?” tanyanya.
            Aku tersentak dan kaget mendengar pertanyaannya itu. Sepertinya dia masih belum tahu kalau kekasihku sudah meninggal. Dan mengingat euforia maming yang biasa ku lakukan bersama dengan Farish setiap kali dia datang berkunjung, aku pun merasa sedih. Dan karna tak ingin memperlihatkannya kesedihanku di hadapan cowok menyebalkan itu, akupun lagsung pergi ke kamarku dengan alasan aku hendak pergi melanjutkan tidurku.
            Aku tahu dia sedikit heran melihat sikapku yang tiba-tiba saja pergi, tanpa menjawab pertanyaannya. Tapi, aku tak peduli, lebih baik seperti itu, daripada dia harus melihat wajahku yang berselimut kabut karena kesedihanku. Sesampainya di kamar langsung ku kunci kamarku, agar dia tak lagi membangunkanku meski ku tahu bahwa dia tak mungkin memintaku membuatkannya makanan lagi di pertengahan malam. Tapi, aku pengen sendiri, untuk saat ini dan untuk malam ini. Meski aku sangat membenci kesunyian, tapi malam ini aku membutuhkannya. Untuk menata hatiku yang mulai tergoyahkan lagi oleh kenangan akan kekasihku yang telah tiada itu.
*****



0 comments:

Posting Komentar