Jumat, 13 Juli 2018

Bab 8

Edit Posted by with No comments


Malam semakin larut, tapi tak kudapati Rafi kembali ke Villa. Aku tahu pasti dia menemui wanita itu. Dan aku berpikir apakah benar dia akan melakukan hal yang sangat di larang itu. Aku takut, tanpa sadar aku begitu takut jika dia benar-benar melakukan hal itu. Aku sudah menceritakan semua yang telah terjadi padaku dan Rafi semalam. Bahwa diantara kami tidak terjadi apa-apa dan mereka pun percaya dengan keseriusanku.
“Sudah gue duga, pertama kali gue liat loe, gue tahu loe bukan cewek yang serendah itu,” ucap Hera.
“Iya, ma’afin gue ya, gue yang berpikir tidak-tidak dan menyebarkan isu palsu itu,” ucap Rizal dan Dany dengan perasaan bersalah.
“Iya tak apa,”
*****
“Tak perlu cemas, gue tahu sebrutal apa Rafi, dia tidak akan melakukan hal itu. Meskipun dia sangat mencintai Angel, dia tidak mungkin melakukan hal itu pada wanita yang dicintainya. Dan Angel juga tak harus membuktikan rasa cintanya pada Rafi dengan melakukan hal itu,” jelas Diaz menenangkanku.
Aku juga tak mengerti kenapa aku sangat cemas seperti ini. Ada apa denganku? Aku sungguh tak dapat mengerti dengan perasaanku sendiri.
            Rafi pulang tengah malam dengan membawa serta cewek itu. Sementara keberadaan Anton aku tak tahu ada dimana.
“Gue pengen buktiin satu hal sama loe,”ucap Rafi pada cewek itu. “Loe bilangkan gue terobsesi sama loe. Tapi loe gak tahu apa bener-bener cinta gue tulus sama loe. Makanya loe mencoba mencari tahu dengan selingkuh sama Anton? Buat gue cemburu?”
“Iya bener,” jawab Angel. “Kini sekarang gue percaya bahwa loe nggak hanya terobsesi sama gue, tapi loe bener-bener cinta sama gue.Dan sebagai gantinya, gue juga mau buktiin sama loe kalau hubungan gue dan Anton tidak serius, makanya gue bersedia bercinta sama loe malam ini,” ucap Angel.
“Tapi, gue tidak menginginkan bukti itu dari loe, Ngel.Gue gak perlu bukti lagi buat nyari kejelasan apakah loe bener-bener mencintai gue.Jika loe bener-bener mencintai gue, loe nggak seharusnya ngelakuin hal itu dengan sohib gue.Jika loe bener-bener mencintai gue, loe harusnya percaya sama gue, kalau gue bener-bener sayang sama loe dengan tulus. Namun, sekarang gue sadar mungkin yang loe omongin bener gue hanya terobsesi sama loe, karna itu gue nggak bisa ngelepasin loe,”
“Tapi Raf,, sekarang gue percaya bahwa loe nggak hanya terobsesi sama gue tapi bener-bener mencintai gue,”
“Apa gunanya jika loe percaya sekarang.Sebuah hubungan harus dilandasi oleh rasa kepercayaan. Tapi hubungan kita tak pernah dilandasi oleh kepercayaan itu sejak awal,”
“Trus,,,”
“Kita berpisah saja,” ucap Rafi yang membuat semua orang terkejut memperhatikan mereka berdua.Mereka semua tahu betapa Rafi sangat mencintai gadis itu, tapi kini mereka tidak percaya jika Rafi menyerah setelah bertahun-tahun mempertahankan hubungan mereka.
“Tapi, Raff,,, gue cinta sama loe. Gue bener-bener cinta sama loe. Loe masih nggak percaya?”
“Gue bukanya nggak percaya lagi sama loe. Gue percaya semuanya sekarang setelah tahu apa yang telah loe lakuin pada gue. Tapi gue nggak bisa mempercayai hati gue sendiri,”
“Loe,,,?”
            Semua orang tercenggang masih memperhatikan setiap kata yang dilontarkan oleh Rafi.Mereka tidak percaya jika hubungan Angel dan Rafi berakhir begitu saja. Setelah mereka berdua sudah dengan susah payah mempertahankan hubungan itu. Tapi apakah yang membuat hati Rafi berubah?
*****
“Gue mencintai orang lain sekarang,” ucap Rafi.
Semua orang tercenggang dan masih berdiri ditempatnya masing-masing.Mereka terkejut, terpana dan terpaku pada masalah Rafi dan Angel.Seolah mereka semua tengah menyaksikan sebuah drama cinta dimana Rafi dan Angellah aktor utamanya.
“Loe bohong,,, loe nggak mungkin bisa ninggalin gue,”
“Gue serius, loe nggak percaya,”
“Bagaimana mungkin gue percaya,,, gue,,,,”
Karin,” panggil Rafi padaku. Dia meraih tanganku, dan memelukku dalam pelukannya. Dia membelai rambutku dan meletakkan poniku menyamping seolah tak membiarkan seuntai rambutpun menutupi wajahku.Kemudian dia memegang daguku dan melakukannya.Ya dia melakukannya.Dia menciumku lagi seperti waktu itu.Aku tak tahu akting apa yang tengah dimainkannya kali ini. Aku hanya menutup mataku dan membiarkan dia membasahi bibirku. Dia melakukannya dengan lembut kali ini, bukan ciuman yang penuh keagresifan seperti waktu itu. Dan entah mengapa, walau sejenak aku menikmatinya.
“Raf,, loe,”
“Ma’af, kita akhiri saja hubungan kita sampai disini.Gue lepas loe sekarang,”ucap Rafi sembari meninggalkan semua orang yang masih tercenggang disana. Seperti yang terjadi semalam, Rafi menarik tanganku dan menggandengku menuju kamar kami. Dan sejenak aku tahu cewek itu menangis, dalam hati akupun merasa bersalah padanya meskipun ini hanyalah sebuah akting diantara kami.
*****
            Malam itu kebekuan terjadi diantara kami, aku tak meminta penjelasan padanya karena dia hanya diam saja sepanjang malam. Aku pun mencoba membenamkan mataku meski itu terasa sangat sulit. Dan aku tahu, itu pula yang terjadi pada Rafi. Tapi kini apa yang terjadi pada kami. Apakah benar ciuman yang tadi itu hanyalah akting. Apakah benar hanya sebagai alasan agar dia bisa melepaskan wanita yang dicintainya itu. Aku tak tahu, tak mengerti dan semua ini sulit sekali untuk ku terima jika aku hanya di anggapnya sebagai alat penguji.
*****
            Pagi-pagi sekali aku dan Rafi balik ke Jogja.Hera, Merryl dan Prisilia memelukku sebelum aku beranjak pergi.Kami memang tidak begitu akrab, tapi masalah yang tengah sahabat mereka hadapi yang juga melibatkanku secara tidak langsung itu membuat aku sudah dapat di akui keberadaannya sebagai cewek baru dari salah satu sahabat mereka yakni Rafi.
“Karina Ayudya Pradiptha, Loe jangan lupain gue ya,” ucap Merryl dan teman-teman cewek Rafi yang lainnya.
“ Ya, meskipun gue tahu karna loe Rafi harus meninggalkan sohib gue, tapi gue nggak benci sama loe. Loe harus tahu itu, karna mungkin ini juga jalan yang terbaik buat sohib gue,” ucap Hera.
“Ya, baiklah. Gue minta ma’af ya sama kalian semua jika gue sudah bikin semuanya berantakan,”
“Loe nggak perlu minta ma’af, jaga sohib kita ya, dan baik-baik dengan hubungan kalian berdua,” jelas Diaz.
Kami melihat Rafi menghampiri Anton yang tiba-tiba muncul.Dia menghampiri sahabatnya itu dan memeluk sahabatnya. Kami tak percaya dengan apa yang kami lihat. Jika dilihat dari sudut pandang manapun seharusnya mereka saling bermusuhan.Tapi, yang terjadi malah sebaliknya.Mereka berdua bahkan saling tersenyum satu dan yang lainnya. Sementara Angel, aku tak melihatnya sama sekali bahkan sampai mobil yang dikendarai Rafi bergerak perlahan meninggalkan Villa. Aku tak melihat gadis itu.
*****
            Di sepanjang jalan Rafi hanya diam saja.Dia tak berceloteh seperi biasanya.Dan bahkan terlihat lebih sedih daripada mengetahui bahwa sahabatnya telah berselingkuh dengan pacarnya sendiri. Ingin rasanya bibir ini bertanya apa yang tengah terjadi dengan pria dingin disampingku kini. Apa yang tengah memenuhi pikirannya? Dan apa yang sedang coba dipikirkannya? Benarkah itu hanya rasa sakit karna harus memutuskan kekasihnya?Tapi kenapa aku merasa bahwa ini lebih daripada sakit hati.Namun, berapa kalipun aku ingin bertanya.Berapa banyak pun pertanyaan-pertanyaan itu ingin kucari jawabnya, namun aku tidak berani untuk bertanya.Tidak, tidak saat ini.Ini bukan waktu yang tepat itulah yang ku tekankan pada diriku.
            Mobil sampai di depan rumah, namun dia tidak masuk dan segera pergi lagi. Dia bilang bahwa dia harus segera mengembalikan mobil itu ke temannya.Dan aku pun mengiyakannya.Aku masuk ke rumah dan merebahkan diriku diranjang. Tak terasa liburan itu bukan  membuat aku bahagia, tapi membuat semua badanku terasa pegal karena terlalu tegang. Hingga aku pun tertidur sampai jam berapa aku terbangun pun aku tak tahu.
*****
            Aku melihat hari mulai malam.Bahkan sangat petang, tapi aku tak melihat dia pulang.Tidak sampai ku dengar bunyi pintu yang tengah ku awasi itu terbuka perlahan.
“Loe baru pulang?” tanyaku.Namun dia tak menjawab dan hanya memandangiku. Loe kemana aja jam segini baru pulang. Emang temen loe yang minjamin mobil itu tinggal dimana?Apakah sangat jauh?” tanyaku beruntun.
“Sudah gue bilang jangan nunggu gue lagi,”
“Gue nggak lagi nunggu loe.Gue hanya gak bisa tidur,” jawab gue segeranya. Tapi sekarang gue rasa gue mengantuk, gue mau tidur sekarang,”
“Loe mau temenin gue minum dan ngobrol?” ucapnya tiba-tiba.
“Ma’af, gue nggak minum-minuman keras,” tandasku.
“Gue nggak akan nyuruh loe minum, temenin gue aja ngobrol,” ucapnya.
Aku hanya mengiyakan. Kupikir banyak hal yang tengah dipikirkannya seolah-olah dirinya akan meledak jika tidak membaginya denganku. Dan mungkin pula itulah yang membuatnya memutuskan untuk minum meski dia tahu jika aku mengadu pada orang tuanya dia bisa langsung dibunuh oleh keluarganya.Tapi aku hanya diam, tanpa mengajaknya bercanda atau mengancamnya.Aku hanya diam sambil menunggu dia bicara.Namun, sudah beberapa menit kami duduk di halaman rumah dia tak juga angkat bicara.
“Ada apa?Apa yang pengen loe ceritain ke gue?” tanyaku.Namun bukan jawaban yang kudapat hanya kebisuan darinya.Dia hanya meminum seteguk minuman itu.“Jika loe hanya ngajak gue untuk bengong disini bersama loe, lebih baik gue pergi tidur,” ancamku.
“Dia mencintainya, dia sungguh mencintainya. Karna itu aku melepasnya,”
“Dia mencintainya?”Siapa dia itu?Dan siapa juga yang kau lepaskan?” tanyaku penasaran saat dia mulai angkat bicara untuk pertama kalinya.“Apa mungkin ini tentang Angel?” aku mencoba menerka meski ku tahu memang arah pembicaraan ini adalah tentang Angel.
“Ya, Anton sangat mencintai Angel.Dan aku tidak tahu hati sahabatku sendiri?”
“Maksud loe?” aku masih tak mengeti dengan penjelasannya yang masih sepotong-potong itu.
            Akhirnya rafi pun menceritakan semuanya.Dia menceritakan bahwa saat itu Anton menemuinya dan menceritakan semua perasaannya kepada Rafi.Selama ini Rafi memang tidak tahu kalau Anton mencintai Angel.Tapi, untuk alasan apapun memang tidak ada hal yang paling menguatkan sebagai alasan bagi Anton untuk berpura-pura berselingkuh dengan Angel ketika wanita itu ingin dia membantunyauntuk menyakiti sahabatnya sendiri, jika dia tidak punya perasaan terhadapnya. Meskipun dengan wajah memelas dia tidak akan menyetujuinya terlebih untuk membuat sahabat sejatinya salah paham. Ya, Anton bukanlah tipe orang yang akan melakukan hal itu, kecuali dia sangat menyukai gadis itu.
            Aku melihat wajahnya yang sangat kusut karena kesedihan yang merengkuhnya.Meski temaran lampu hanya remang-remang tapi itu tak menyembunyikan wajah Rafi yang tengah bersedih.
“Aku merasa bersalah?”
“Kenapa?Kenapa kau harus merasa bersalah?”
“Aku seharusnya tahu bahwa sahabatku juga menyukainya.Aku harusnya mengalah sejak awal dan tidak membuat sahabatku dan gadis yang sangat ku cintai itu menderita seperti ini?”
“Jangan salahkan dirimu, ini semua bukan maumu. Tidak ada seorang pun yang ingin hal seperti ini terjadi,”
“Tapi,,, karna aku,”
“Berhentilah menyalahkan dirimu,” bentakku sembari menitikkan air mataku.
“Kau,,,” Rafi menatapku. “Boleh ku tanya sesuatu?”
“Apa?”
“Bagaimana kau bisa menjalani hidupmu tanpa seseorang yang kau cintai?Ku dengar kau berduka selama beberapa hari dan mengurung dirimu di kamar?”
“Ah,, iya itulah hal bodoh yang permah ku lakukan. Karna aku tak percaya dengan apa yang telah terjadi. Ah,, bukan, bukannya tidak percaya aku hanya tidak ingin mempercayainya. Aku hanya tidak ingin percaya bahwa orang yang kucintai itu kini telah pergi meninggalkanku sendiri di dunia yang sulit ini?”
“Oh,, begitu,”
“Kau tahu apa itu mati?”
“Sendirian, berpisah dari ragamu dan meninggalkan orang-orang yang kau sayangi dan kau cintai,”
“Bukan,, bukan,, itu,, Mati adalah saat bertemu dengan Tuhan dan mempercayakan orang-orang yang kau cintai kepadaNya. Itulah yang pernah dikatakannya padaku.Dia tidak ingin air mata mengiringi kepergiannya. Dia hanya ingin melihatku tersenyum untuk terakhir kalinya sebelum matanya tertutup untuk selamanya,”
“Karna itukah kini kau bangkit dan berusaha memulai hidupmu dari awal lagi?”
“Ya, kira-kira seperti itu.Kau masih beruntung daripadaku.Meski kau berpisah dengan orang yang kau cintai tapi kau masih bisa melihatnya. Sedangkan aku, aku hanya bisa memandang bintang di langit seperti malam ini setiap kali aku merindukannya,” Rafi tak berkomentar apapun ia hanya memperhatikan wajahku dan mengamatinya dengan saksama. Mungkin dipikirmya aku pasti sedang menagis karna dia tak bisa melihatku dengan cahaya yang hampir redup itu karna malam menjadi semakin larut.“Tenang aku tidak sedang menangis saat ini,” ucapku sembari mengembangkan seulas senyum untuknya.
“Ah,, baiklah,”
“Boleh ku tahu satu hal?”
“Apa?”
“Apa alasanmu melepaskannya?Bukankah kau sangat mencintainya?Atau apakah itu karena sahabatmu, Anton?”
“Tidak sepenuhnya karenanya, salah satu alasannya memang dia. Tapi, masih ada alasan lainnya?”
“Apa?”
“Ini karena diriku sendiri.Aku rasa ada sesuatu dengan hatiku?”
“Benarkah? Kau mencintai wanita lain? Apakah kau akhirnya menemukannya seseorang yang kau cinta?”
“Aku tak yakin apakah itu benar.Yang coba ku benarkan dari keyakinanku hanya aku mungkin tidak sepenuhnya mencintai Angel.Mungkin saja benar kata teman-temanku kalau aku terobsesi dengannya dan karna itulah aku tak bisa hidup tanpanya. Tapi, kini hatiku,, berubah,,,”
“Wah, aku senang mendengarnya.Siapa gadis itu?Apakah aku tahu?Apakah salah satu gadis di kampus kita yang membuat hatimu berubah?Apakah aku tahu orangnya,” tanyaku beruntun.
“Suatu saat nanti kau akan tahu,”
“Ah,, jadi kau mau main rahasia denganku sekarang,” ledekku.
            Akhirnya malam itu berakhir dengan canda dan tak berakhir dengan air mata saja seperti yang kuperkirakan sebelumnya.Dan aku semakin penasaran dengan gadis yang bisa merubah hati Rafi itu.Hingga aku tak bisa tidur. Sebenarnya ada apa denganku? Kenapa aku begitu penasaran dan peduli?Aku tak ingin mencari jawaban dari pertanyaan itu karna aku sudah ingin memejamkan mataku untuk tidur.
*****



0 comments:

Posting Komentar