Malam
semakin larut, tapi tak kudapati Rafi kembali ke Villa. Aku tahu pasti dia
menemui wanita itu. Dan aku berpikir apakah benar dia akan melakukan hal yang
sangat di larang itu. Aku takut, tanpa sadar aku begitu takut jika dia
benar-benar melakukan hal itu. Aku sudah menceritakan semua yang telah terjadi
padaku dan Rafi semalam.
Bahwa diantara kami tidak terjadi apa-apa dan mereka pun percaya dengan
keseriusanku.
“Sudah
gue duga, pertama kali gue liat loe, gue tahu loe bukan cewek yang serendah
itu,” ucap Hera.
“Iya,
ma’afin gue ya, gue yang berpikir tidak-tidak dan menyebarkan isu palsu itu,”
ucap Rizal dan Dany dengan perasaan bersalah.
“Iya
tak apa,”
*****
“Tak
perlu cemas, gue tahu sebrutal apa Rafi, dia tidak akan melakukan hal itu.
Meskipun dia sangat mencintai Angel, dia tidak mungkin melakukan hal itu pada
wanita yang dicintainya. Dan Angel
juga tak harus membuktikan rasa cintanya pada Rafi
dengan melakukan hal itu,” jelas Diaz
menenangkanku.
Aku
juga tak mengerti kenapa aku sangat cemas seperti ini. Ada apa denganku? Aku
sungguh tak dapat mengerti dengan perasaanku sendiri.
Rafi pulang tengah malam dengan
membawa serta cewek itu. Sementara keberadaan Anton aku tak tahu ada dimana.
“Gue
pengen buktiin satu hal sama loe,”ucap Rafi pada cewek itu. “Loe bilangkan gue
terobsesi sama loe. Tapi loe gak
tahu apa bener-bener cinta gue tulus sama loe. Makanya loe mencoba mencari tahu
dengan selingkuh sama Anton? Buat gue cemburu?”
“Iya
bener,” jawab Angel. “Kini sekarang
gue percaya bahwa loe nggak hanya terobsesi sama gue, tapi loe bener-bener
cinta sama gue.Dan sebagai gantinya, gue juga mau buktiin sama loe kalau
hubungan gue dan Anton tidak serius, makanya gue bersedia bercinta sama loe
malam ini,” ucap Angel.
“Tapi, gue tidak menginginkan bukti itu dari loe, Ngel.Gue gak perlu bukti lagi buat nyari kejelasan apakah
loe bener-bener mencintai gue.Jika loe bener-bener mencintai gue, loe nggak
seharusnya ngelakuin hal itu dengan sohib gue.Jika loe bener-bener mencintai
gue, loe harusnya percaya sama gue, kalau gue bener-bener sayang sama loe
dengan tulus. Namun, sekarang gue sadar mungkin yang loe omongin bener gue
hanya terobsesi sama loe, karna itu gue nggak bisa ngelepasin loe,”
“Tapi Raf,, sekarang gue percaya bahwa loe nggak hanya
terobsesi sama gue tapi bener-bener mencintai gue,”
“Apa gunanya jika loe percaya sekarang.Sebuah hubungan
harus dilandasi oleh rasa kepercayaan. Tapi hubungan kita tak pernah dilandasi
oleh kepercayaan itu sejak awal,”
“Trus,,,”
“Kita berpisah saja,” ucap Rafi yang membuat semua
orang terkejut memperhatikan mereka berdua.Mereka semua tahu betapa Rafi sangat
mencintai gadis itu, tapi kini mereka tidak percaya jika Rafi menyerah setelah
bertahun-tahun mempertahankan hubungan mereka.
“Tapi, Raff,,, gue cinta sama loe. Gue bener-bener
cinta sama loe. Loe masih nggak percaya?”
“Gue bukanya nggak percaya lagi sama loe. Gue percaya
semuanya sekarang setelah tahu apa yang telah loe lakuin pada gue. Tapi gue
nggak bisa mempercayai hati gue sendiri,”
“Loe,,,?”
Semua
orang tercenggang masih memperhatikan setiap kata yang dilontarkan oleh
Rafi.Mereka tidak percaya jika hubungan Angel dan Rafi berakhir begitu saja.
Setelah mereka berdua sudah dengan susah payah mempertahankan hubungan itu.
Tapi apakah yang membuat hati Rafi berubah?
*****
“Gue
mencintai orang lain sekarang,” ucap Rafi.
Semua orang tercenggang dan masih berdiri ditempatnya
masing-masing.Mereka terkejut, terpana dan terpaku pada masalah Rafi dan Angel.Seolah
mereka semua tengah menyaksikan sebuah drama cinta dimana Rafi dan Angellah
aktor utamanya.
“Loe bohong,,, loe nggak mungkin bisa ninggalin gue,”
“Gue serius, loe nggak percaya,”
“Bagaimana mungkin gue percaya,,, gue,,,,”
“Karin,” panggil Rafi padaku.
Dia meraih tanganku, dan memelukku dalam pelukannya. Dia membelai rambutku dan meletakkan poniku menyamping
seolah tak membiarkan seuntai rambutpun menutupi wajahku.Kemudian dia memegang
daguku dan melakukannya.Ya dia melakukannya.Dia menciumku lagi seperti waktu
itu.Aku tak tahu akting apa yang tengah dimainkannya
kali ini. Aku hanya menutup mataku dan membiarkan dia membasahi bibirku. Dia
melakukannya dengan lembut kali ini, bukan ciuman yang penuh keagresifan
seperti waktu itu. Dan entah mengapa, walau sejenak aku menikmatinya.
“Raf,,
loe,”
“Ma’af,
kita akhiri saja hubungan kita sampai disini.Gue lepas loe sekarang,”ucap Rafi
sembari meninggalkan semua orang yang masih tercenggang disana. Seperti yang
terjadi semalam, Rafi menarik tanganku dan menggandengku menuju kamar kami. Dan sejenak aku tahu cewek itu menangis, dalam hati
akupun merasa bersalah padanya meskipun ini hanyalah sebuah akting diantara
kami.
*****
Malam itu kebekuan terjadi diantara
kami, aku tak meminta penjelasan padanya karena dia hanya diam saja sepanjang
malam. Aku pun mencoba membenamkan mataku meski itu terasa sangat sulit. Dan
aku tahu, itu pula yang terjadi pada Rafi. Tapi kini apa yang terjadi pada
kami. Apakah benar ciuman yang tadi itu hanyalah akting. Apakah benar hanya
sebagai alasan agar dia bisa melepaskan wanita yang dicintainya itu. Aku tak
tahu, tak mengerti dan semua ini sulit sekali untuk ku terima jika aku hanya di
anggapnya sebagai alat penguji.
*****
Pagi-pagi
sekali aku dan Rafi balik ke Jogja.Hera, Merryl dan Prisilia memelukku sebelum
aku beranjak pergi.Kami memang tidak begitu akrab, tapi masalah yang tengah
sahabat mereka hadapi yang juga melibatkanku secara tidak langsung itu membuat
aku sudah dapat di akui keberadaannya sebagai cewek baru dari salah satu
sahabat mereka yakni Rafi.
“Karina Ayudya Pradiptha, Loe jangan lupain gue ya,”
ucap Merryl dan teman-teman cewek Rafi yang lainnya.
“ Ya, meskipun gue tahu karna loe Rafi harus
meninggalkan sohib gue, tapi gue nggak benci sama loe. Loe harus tahu itu,
karna mungkin ini juga jalan yang terbaik buat sohib gue,” ucap Hera.
“Ya, baiklah. Gue minta ma’af ya sama kalian semua
jika gue sudah bikin semuanya berantakan,”
“Loe nggak perlu minta ma’af, jaga sohib kita ya, dan
baik-baik dengan hubungan kalian berdua,” jelas Diaz.
Kami melihat Rafi menghampiri Anton yang tiba-tiba
muncul.Dia menghampiri sahabatnya itu dan memeluk sahabatnya. Kami tak percaya
dengan apa yang kami lihat. Jika dilihat dari sudut pandang manapun seharusnya
mereka saling bermusuhan.Tapi, yang terjadi malah sebaliknya.Mereka berdua
bahkan saling tersenyum satu dan yang lainnya. Sementara Angel, aku tak
melihatnya sama sekali bahkan sampai mobil yang dikendarai Rafi bergerak
perlahan meninggalkan Villa. Aku tak melihat gadis itu.
*****
Di
sepanjang jalan Rafi hanya diam saja.Dia tak berceloteh seperi biasanya.Dan
bahkan terlihat lebih sedih daripada mengetahui bahwa sahabatnya telah
berselingkuh dengan pacarnya sendiri. Ingin rasanya bibir ini bertanya apa yang
tengah terjadi dengan pria dingin disampingku kini. Apa yang tengah memenuhi
pikirannya? Dan apa yang sedang coba dipikirkannya? Benarkah itu hanya rasa
sakit karna harus memutuskan kekasihnya?Tapi kenapa aku merasa bahwa ini lebih
daripada sakit hati.Namun, berapa kalipun aku ingin bertanya.Berapa banyak pun
pertanyaan-pertanyaan itu ingin kucari jawabnya, namun aku tidak berani untuk
bertanya.Tidak, tidak saat ini.Ini bukan waktu yang tepat itulah yang ku
tekankan pada diriku.
Mobil
sampai di depan rumah, namun dia tidak masuk dan segera pergi lagi. Dia bilang
bahwa dia harus segera mengembalikan mobil itu ke temannya.Dan aku pun
mengiyakannya.Aku masuk ke rumah dan merebahkan diriku diranjang. Tak terasa
liburan itu bukan membuat aku bahagia,
tapi membuat semua badanku terasa pegal karena terlalu tegang. Hingga aku pun
tertidur sampai jam berapa aku terbangun pun aku tak tahu.
*****
Aku
melihat hari mulai malam.Bahkan sangat petang, tapi aku tak melihat dia
pulang.Tidak sampai ku dengar bunyi pintu yang tengah ku awasi itu terbuka
perlahan.
“Loe baru pulang?” tanyaku.Namun dia tak menjawab dan
hanya memandangiku. Loe kemana aja jam segini baru pulang. Emang temen loe yang
minjamin mobil itu tinggal dimana?Apakah sangat jauh?” tanyaku beruntun.
“Sudah gue bilang jangan nunggu gue lagi,”
“Gue nggak lagi nunggu loe.Gue hanya gak bisa tidur,”
jawab gue segeranya. Tapi sekarang gue rasa gue mengantuk, gue mau tidur
sekarang,”
“Loe mau temenin gue minum dan ngobrol?” ucapnya
tiba-tiba.
“Ma’af, gue nggak minum-minuman keras,” tandasku.
“Gue nggak akan nyuruh loe minum, temenin gue aja
ngobrol,” ucapnya.
Aku hanya mengiyakan. Kupikir banyak hal yang tengah
dipikirkannya seolah-olah dirinya akan meledak jika tidak membaginya denganku.
Dan mungkin pula itulah yang membuatnya memutuskan untuk minum meski dia tahu
jika aku mengadu pada orang tuanya dia bisa langsung dibunuh oleh
keluarganya.Tapi aku hanya diam, tanpa mengajaknya bercanda atau mengancamnya.Aku
hanya diam sambil menunggu dia bicara.Namun, sudah beberapa menit kami duduk di
halaman rumah dia tak juga angkat bicara.
“Ada apa?Apa yang pengen loe ceritain ke gue?”
tanyaku.Namun bukan jawaban yang kudapat hanya kebisuan darinya.Dia hanya meminum
seteguk minuman itu.“Jika loe hanya ngajak gue untuk bengong disini bersama
loe, lebih baik gue pergi tidur,” ancamku.
“Dia mencintainya, dia sungguh mencintainya. Karna itu
aku melepasnya,”
“Dia mencintainya?”Siapa dia itu?Dan siapa juga yang
kau lepaskan?” tanyaku penasaran saat dia mulai angkat bicara untuk pertama
kalinya.“Apa mungkin ini tentang Angel?” aku mencoba menerka meski ku tahu
memang arah pembicaraan ini adalah tentang Angel.
“Ya, Anton sangat mencintai Angel.Dan aku tidak tahu
hati sahabatku sendiri?”
“Maksud loe?” aku masih tak mengeti dengan
penjelasannya yang masih sepotong-potong itu.
Akhirnya
rafi pun menceritakan semuanya.Dia menceritakan bahwa saat itu Anton menemuinya
dan menceritakan semua perasaannya kepada Rafi.Selama ini Rafi memang tidak
tahu kalau Anton mencintai Angel.Tapi, untuk alasan apapun memang tidak ada hal
yang paling menguatkan sebagai alasan bagi Anton untuk berpura-pura
berselingkuh dengan Angel ketika wanita itu ingin dia membantunyauntuk
menyakiti sahabatnya sendiri, jika dia tidak punya perasaan terhadapnya.
Meskipun dengan wajah memelas dia tidak akan menyetujuinya terlebih untuk
membuat sahabat sejatinya salah paham. Ya, Anton bukanlah tipe orang yang akan
melakukan hal itu, kecuali dia sangat menyukai gadis itu.
Aku
melihat wajahnya yang sangat kusut karena kesedihan yang merengkuhnya.Meski
temaran lampu hanya remang-remang tapi itu tak menyembunyikan wajah Rafi yang
tengah bersedih.
“Aku merasa bersalah?”
“Kenapa?Kenapa kau harus merasa bersalah?”
“Aku seharusnya tahu bahwa sahabatku juga
menyukainya.Aku harusnya mengalah sejak awal dan tidak membuat sahabatku dan
gadis yang sangat ku cintai itu menderita seperti ini?”
“Jangan salahkan dirimu, ini semua bukan maumu. Tidak
ada seorang pun yang ingin hal seperti ini terjadi,”
“Tapi,,, karna aku,”
“Berhentilah menyalahkan dirimu,” bentakku sembari
menitikkan air mataku.
“Kau,,,” Rafi menatapku. “Boleh ku tanya sesuatu?”
“Apa?”
“Bagaimana kau bisa menjalani hidupmu tanpa seseorang
yang kau cintai?Ku dengar kau berduka selama beberapa hari dan mengurung dirimu
di kamar?”
“Ah,, iya itulah hal bodoh yang permah ku lakukan.
Karna aku tak percaya dengan apa yang telah terjadi. Ah,, bukan, bukannya tidak
percaya aku hanya tidak ingin mempercayainya. Aku hanya tidak ingin percaya
bahwa orang yang kucintai itu kini telah pergi meninggalkanku sendiri di dunia
yang sulit ini?”
“Oh,, begitu,”
“Kau tahu apa itu mati?”
“Sendirian, berpisah dari ragamu dan meninggalkan
orang-orang yang kau sayangi dan kau cintai,”
“Bukan,, bukan,, itu,, Mati adalah saat bertemu dengan
Tuhan dan mempercayakan orang-orang yang kau cintai kepadaNya. Itulah yang
pernah dikatakannya padaku.Dia tidak ingin air mata mengiringi kepergiannya.
Dia hanya ingin melihatku tersenyum untuk terakhir kalinya sebelum matanya
tertutup untuk selamanya,”
“Karna itukah kini kau bangkit dan berusaha memulai
hidupmu dari awal lagi?”
“Ya, kira-kira seperti itu.Kau masih beruntung
daripadaku.Meski kau berpisah dengan orang yang kau cintai tapi kau masih bisa melihatnya.
Sedangkan aku, aku hanya bisa memandang bintang di langit seperti malam ini
setiap kali aku merindukannya,” Rafi tak berkomentar apapun ia hanya
memperhatikan wajahku dan mengamatinya dengan saksama. Mungkin dipikirmya aku
pasti sedang menagis karna dia tak bisa melihatku dengan cahaya yang hampir
redup itu karna malam menjadi semakin larut.“Tenang aku tidak sedang menangis
saat ini,” ucapku sembari mengembangkan seulas senyum untuknya.
“Ah,, baiklah,”
“Boleh ku tahu satu hal?”
“Apa?”
“Apa alasanmu melepaskannya?Bukankah kau sangat
mencintainya?Atau apakah itu karena sahabatmu, Anton?”
“Tidak sepenuhnya karenanya, salah satu alasannya
memang dia. Tapi, masih ada alasan lainnya?”
“Apa?”
“Ini karena diriku sendiri.Aku rasa ada sesuatu dengan
hatiku?”
“Benarkah? Kau mencintai wanita lain? Apakah kau
akhirnya menemukannya seseorang yang kau cinta?”
“Aku tak yakin apakah itu benar.Yang coba ku benarkan
dari keyakinanku hanya aku mungkin tidak sepenuhnya mencintai Angel.Mungkin
saja benar kata teman-temanku kalau aku terobsesi dengannya dan karna itulah
aku tak bisa hidup tanpanya. Tapi, kini hatiku,, berubah,,,”
“Wah, aku senang mendengarnya.Siapa gadis itu?Apakah
aku tahu?Apakah salah satu gadis di kampus kita yang membuat hatimu
berubah?Apakah aku tahu orangnya,” tanyaku beruntun.
“Suatu saat nanti kau akan tahu,”
“Ah,, jadi kau mau main rahasia denganku sekarang,”
ledekku.
Akhirnya
malam itu berakhir dengan canda dan tak berakhir dengan air mata saja seperti
yang kuperkirakan sebelumnya.Dan aku semakin penasaran dengan gadis yang bisa
merubah hati Rafi itu.Hingga aku tak bisa tidur. Sebenarnya ada apa denganku?
Kenapa aku begitu penasaran dan peduli?Aku tak ingin mencari jawaban dari
pertanyaan itu karna aku sudah ingin memejamkan mataku untuk tidur.
*****
0 comments:
Posting Komentar