Senin, 09 Juli 2018

Delapan Belas

Edit Posted by with No comments


            Kim Tae Young mengamati ponselnya. Dia mencoba untuk menghubungi Lee Jung Soo. Karena Lee Jung Soo yang katanya mau datang tak kunjung juga datang. Tapi, beberapa kalipun dia melakukan panggilan Lee Jung Soo tetap saja tidak mengangkatnya.
“Ada apa ? Kenapa wajahmu cemas begitu Takagi-kun?” tanya Sakura sembari mengupas apel untuk Kim Tae Young.
“Ah, tidak. Tidak ada apa-apa?”
“Kau terlihat begitu cemas. Apa kau menunggu telpon dari seseorang?”
“Ah, tidak. Tidak juga,”
“Takagi-kun kapan kau mau memberitahu Rizuki tentang kondisimu?”
“Ak..ku..,”
“Kemarin aku bertemu Rizuki di rumah sakit ini. Karena itu kemarin aku membatalkan janjiku kepada Lee Jung Soo untuk menjengukmu bersamanya. Kau sebaiknya segera memberitahunya,”
“Ta..pi...,”
“Aku tahu ini pasti akan menyakitkan untuknya. Tapi, kurasa itu yang terbaik,”
“Ya, baiklah,”
“Kenapa kau hidup seperti ini. Seharusnya kau hidup dengan lebih baik setelah meninggalkanku,” ucap Sakura dengan isak tangisnya yang kembali meneteskan air mata.
“Sakura-chan.....,”
“Ma’af seharusnya aku....,”
“Tidak apa-apa. Aku yang seharusnya meminta ma’af padamu...,” ucap Kim Tae Young sembari memberikan pelukan hangat untuk Sakura yang duduk di samping ranjangnya.
            Seketika itu terdengar dering ponsel berbunyi. Sakura mencari ponselnya karena nada ponsel itu sama dengan nada ponselnya. Tetapi yang yang berdering adalah ponsel Takagi. Tertera nama Jang Nana di walpaper Takagi ketika dia membuka flip ponselnya. Dia segera mengangkat ponsel itu.
“Annyong oppa..?”
“Iya, Nana ah. Kau kemana tadi menghilang tiba-tiba?”
“Ah, ma’af aku pergi tanpa pamit. Aku hanya tidak ingin mengganggu oppa dengan Jenny unni. Ah, maksudku Sakura unni,”
“Kau bilang apa, mana mungkin kedatanganmu mengganggu kami. Oh, ya apa kau tahu Jung Soo dimana? Dia tadi bilang mau datang. Tapi, aku sudah menunggunya dia tak kunjung datang juga,”
“Oh, ma’af Tae Young oppa. Aku tidak tahu di mana Jung Soo oppa. Kenapa tidak kau hubungi saja ponselnya,”
“Aku sudah menghubunginya berkali-kali. Tapi, dia tidak mengangkatnya,”
“Em,, barangkali Jung Soo oppa sedang syuting atau ada keperluan mendadak yang penting. Biasanya dia juga tidak mengangkat telponku jika dalam situasi seperti itu,”
“Oh, begitu baiklah. Aku hanya mengkhawatirkannya. Barangkali sesuatu terjadi padanya,”
“Hmm.. kau sangat menyayanginya oppa?”
“Bagaimana mungkin tidak. Jung Soo sudah ku angggap seperti adik kandungku sendiri tak ada bedanya dengan In Jung,”
“Ah, aku jadi iri jika seperti itu,”
“Kau juga termasuk Nana,”
“Baiklah kalau begitu. Aku juga sayang sama oppa. Oppa harus mulai jalani kemoterapi itu yach. Lain kali aku akan datang lagi,”
“Baiklah,”
“Oh, ya oppa kau tidak mau memberitahu In Jung tentang kondisimu? Sebaiknya kau segera memberitahunya,”
“Ya, aku pikir juga itu keputusan yang baik,”
“Apa oppa mau aku yang berbicara padanya,”
“Ah, tidak, tidak perlu. Aku akan melakukannya sendiri,”
“Ya, baiklah oppa kalau begitu. Aku tutup dulu ya, salamin juga buat Sakura unni,”
“Iya, tentu. Oh, ya kalau Jung Soo sudah menghubungimu kasih tahu ya. Anak itu sedang banyak masalah. Dia begitu tertekan akan pertunangannya yang di laksanakan beberapa lagi. Aku tidak tahu apa yang akan di lakukannya untuk menggagalkan pertunanganya kali ini, tapi aku yakin pasti dia tidak akan mau melakukan pertunangan itu,”
“Ya, oppa. Aku akan memberitahumu jika dia menghubungiku,”
            Usai berbicara dengan Jang Nana dia melakukan panggilan pada adik perempuannya yang sangat di cintainya. Dia tidak sampai hati untuk memberitahukan kabar buruk tentang penyakit yang di deritanya itu pada gadis yang sudah belasan tahun hidup dengannya. Tapi, dia juga tidak ingin menyembunyikannya terus-menerus. Terlebih lagi dia tidak ingin menghindar lagi dari adiknya karena dia tahu bahwa umurnya sudah tak lama lagi. Karena itu dia ingin berbagi dengan adiknya untuk yang terakhir kalinya. Meski itu adalah hal yang menyedihkan.

            Sementara itu, Kim In Jung yang telah mendengar bahwa kakaknya sedang berada di rumah sakit itu kalang kabut bukan main. Dia minta izin keluar saat praktiknya masih belum selesai. Dia buru- buru pergi menuju rumah sakit yang di beritahukan oleh kakaknya. Dia ingin tahu penyakit apa yang di derita oleh kakaknya. Dia tidak percaya saat kakaknya menyebutkan hanya sakit biasa.
Dia adalah seorang calon dokter yang tak mungkin bisa di bohongi begitu saja. Jika memang penyakit itu biasa, kenapa kakaknya harus di rawat inap beberapa minggu. Terlebih lagi dia menuntut penjelasan dari kakaknya yang katanya sedang dinas di luar kota tetapi nyatanya malah di rawat inap di  rumah sakit.
            Di gedornya pintu bernomor 203 itu ketika dia sudah sampai di rumah sakit tempat kakaknya di rawat. Seorang perempuan yang membukakan pintu untuknya. Dan dia begitu terkejutnya ketika mendapati bahwa gadis itu adalah Sakura.
“Sakura oneesan...?” ucapnya dalam bahasa Jepang.
“Rizuki... kau datang,”
“Em, oneesan kenapa disini? Dan tahu darimana Takagi oniisan di rawat di sini?”
“Ah, itu.. ceritanya panjang. Nanti aku ceritakan padamu. Sekarang temuilah kakakmu,” pinta Sakura.

           



0 comments:

Posting Komentar