Kim Tae Young mengamati ponselnya. Dia mencoba untuk menghubungi
Lee Jung Soo. Karena Lee Jung Soo yang katanya mau datang tak kunjung juga
datang. Tapi, beberapa kalipun dia melakukan panggilan Lee Jung Soo tetap saja
tidak mengangkatnya.
“Ada apa ? Kenapa wajahmu cemas begitu Takagi-kun?” tanya Sakura
sembari mengupas apel untuk Kim Tae Young.
“Ah, tidak. Tidak ada apa-apa?”
“Kau terlihat begitu cemas. Apa kau menunggu telpon dari
seseorang?”
“Ah, tidak. Tidak juga,”
“Takagi-kun kapan kau mau memberitahu Rizuki tentang kondisimu?”
“Ak..ku..,”
“Kemarin aku bertemu Rizuki di rumah sakit ini. Karena itu kemarin
aku membatalkan janjiku kepada Lee Jung Soo untuk menjengukmu bersamanya. Kau
sebaiknya segera memberitahunya,”
“Ta..pi...,”
“Aku tahu ini pasti akan menyakitkan untuknya. Tapi, kurasa itu
yang terbaik,”
“Ya, baiklah,”
“Kenapa kau hidup seperti ini. Seharusnya kau hidup dengan lebih
baik setelah meninggalkanku,” ucap Sakura dengan isak tangisnya yang kembali
meneteskan air mata.
“Sakura-chan.....,”
“Ma’af seharusnya aku....,”
“Tidak apa-apa. Aku yang seharusnya meminta ma’af padamu...,” ucap
Kim Tae Young sembari memberikan pelukan hangat untuk Sakura yang duduk di
samping ranjangnya.
Seketika itu
terdengar dering ponsel berbunyi. Sakura mencari ponselnya karena nada ponsel
itu sama dengan nada ponselnya. Tetapi yang yang berdering adalah ponsel
Takagi. Tertera nama Jang Nana di walpaper Takagi ketika dia membuka flip
ponselnya. Dia segera mengangkat ponsel itu.
“Annyong oppa..?”
“Iya, Nana ah. Kau kemana tadi menghilang tiba-tiba?”
“Ah, ma’af aku pergi tanpa pamit. Aku hanya tidak ingin mengganggu
oppa dengan Jenny unni. Ah, maksudku Sakura unni,”
“Kau bilang apa, mana mungkin kedatanganmu mengganggu kami. Oh, ya
apa kau tahu Jung Soo dimana? Dia tadi bilang mau datang. Tapi, aku sudah
menunggunya dia tak kunjung datang juga,”
“Oh, ma’af Tae Young oppa. Aku tidak tahu di mana Jung Soo oppa.
Kenapa tidak kau hubungi saja ponselnya,”
“Aku sudah menghubunginya berkali-kali. Tapi, dia tidak
mengangkatnya,”
“Em,, barangkali Jung Soo oppa sedang syuting atau ada keperluan
mendadak yang penting. Biasanya dia juga tidak mengangkat telponku jika dalam
situasi seperti itu,”
“Oh, begitu baiklah. Aku hanya mengkhawatirkannya. Barangkali
sesuatu terjadi padanya,”
“Hmm.. kau sangat menyayanginya oppa?”
“Bagaimana mungkin tidak. Jung Soo sudah ku angggap seperti adik
kandungku sendiri tak ada bedanya dengan In Jung,”
“Ah, aku jadi iri jika seperti itu,”
“Kau juga termasuk Nana,”
“Baiklah kalau begitu. Aku juga sayang sama oppa. Oppa harus mulai
jalani kemoterapi itu yach. Lain kali aku akan datang lagi,”
“Baiklah,”
“Oh, ya oppa kau tidak mau memberitahu In Jung tentang kondisimu?
Sebaiknya kau segera memberitahunya,”
“Ya, aku pikir juga itu keputusan yang baik,”
“Apa oppa mau aku yang berbicara padanya,”
“Ah, tidak, tidak perlu. Aku akan melakukannya sendiri,”
“Ya, baiklah oppa kalau begitu. Aku tutup dulu ya, salamin juga
buat Sakura unni,”
“Iya, tentu. Oh, ya kalau Jung Soo sudah menghubungimu kasih tahu
ya. Anak itu sedang banyak masalah. Dia begitu tertekan akan pertunangannya
yang di laksanakan beberapa lagi. Aku tidak tahu apa yang akan di lakukannya
untuk menggagalkan pertunanganya kali ini, tapi aku yakin pasti dia tidak akan mau
melakukan pertunangan itu,”
“Ya, oppa. Aku akan memberitahumu jika dia menghubungiku,”
Usai berbicara
dengan Jang Nana dia melakukan panggilan pada adik perempuannya yang sangat di
cintainya. Dia tidak sampai hati untuk memberitahukan kabar buruk tentang
penyakit yang di deritanya itu pada gadis yang sudah belasan tahun hidup
dengannya. Tapi, dia juga tidak ingin menyembunyikannya terus-menerus. Terlebih
lagi dia tidak ingin menghindar lagi dari adiknya karena dia tahu bahwa umurnya
sudah tak lama lagi. Karena itu dia ingin berbagi dengan adiknya untuk yang
terakhir kalinya. Meski itu adalah hal yang menyedihkan.
Sementara itu,
Kim In Jung yang telah mendengar bahwa kakaknya sedang berada di rumah sakit
itu kalang kabut bukan main. Dia minta izin keluar saat praktiknya masih belum
selesai. Dia buru- buru pergi menuju rumah sakit yang di beritahukan oleh
kakaknya. Dia ingin tahu penyakit apa yang di derita oleh kakaknya. Dia tidak
percaya saat kakaknya menyebutkan hanya sakit biasa.
Dia adalah seorang calon dokter yang tak
mungkin bisa di bohongi begitu saja. Jika memang penyakit itu biasa, kenapa
kakaknya harus di rawat inap beberapa minggu. Terlebih lagi dia menuntut
penjelasan dari kakaknya yang katanya sedang dinas di luar kota tetapi nyatanya
malah di rawat inap di rumah sakit.
Di
gedornya pintu bernomor 203 itu ketika dia sudah sampai di rumah sakit tempat
kakaknya di rawat. Seorang perempuan yang membukakan pintu untuknya. Dan dia
begitu terkejutnya ketika mendapati bahwa gadis itu adalah Sakura.
“Sakura oneesan...?” ucapnya dalam bahasa Jepang.
“Rizuki... kau datang,”
“Em, oneesan kenapa disini? Dan tahu darimana Takagi oniisan di
rawat di sini?”
“Ah, itu.. ceritanya panjang. Nanti aku ceritakan padamu. Sekarang
temuilah kakakmu,” pinta Sakura.
0 comments:
Posting Komentar