Senin, 09 Juli 2018

Sembilan Belas

Edit Posted by with No comments


Kim In Jung menangis sesenggukan ketika mendengar penyakit yang di derita oleh kakaknya. Kanker? Bagaimana mungkin dia menderita penyakit yang sama dengan penyakit yang telah merengut nyawa ibunya itu. Dia masih saja menangis meskipun kakaknya bilang bahwa dia akan baik-baik saja. Bagaimana mungkin dia bisa baik-baik saja dari penyakit mematikan itu.
            Dia menangis tanpa henti. Menyalahkan dirinya sendiri yang tidak mengetahui bahwa kakaknya telah diam-diam menderita sendiri karena penyakit itu. Dia tidak tahu, karena dia tidak begitu memperhatikan kakaknya. Terlebih lagi, kakaknya sangat pandai menyimpan rahasia. Setiap kali kakaknya di tanya ketika di dapatinya tengah pucat beberapa kali dia hanya menjawab sakit flu biasa, kelelahan atau sebagainya.
“Unni bertapa bodohnya aku ini, sampai-sampai aku tidak mengetahui bahwa kakakku tengah menderita pentakit ganas itu?” ucap In Jung pada Sakura suatu ketika saat dia menjenguk kakaknya di rumah sakit. Kali ini dengan bahasa korea, karena dia lebih nyaman dengan bahasa itu sehari-harinya.
“Kau tidak bodoh In Jung. Kau tahu sendiri kakakmu sangat pandai menyimpan rahasia. Tidak saja darimu tapi juga dariku?”
“Tapi, unni.... apa gunanya aku jadi seorang dokter jika tidak bisa menyelamatkan kakakku sendiri?”
“In Jung ah...,”
“Unni apa yang harus kita lakukan keadaan oppa kian hari kian memburuk aku takut jika akan terjadi sesuatu kepadanya,”
“In Jung Ah, jangan berpikir seperti itu. Oppamu akan baik-baik saja. Unni akan mencoba meminta bantuan pada professor supaya dia membantu unni dalam operasi oppamu     minggu depan,”

            Sakura sudah mengantongi surat izinnya untuk menjadi dokter lagi. Dia memang tidak pernah berhenti untuk menjadi dokter hanya saja ingin vakum sementara. Tapi, berapa kalipun dia membujuk Takagi agar mau di operasi tetap saja lelaki yang kondisinya kian hari kian memburuk itu tidak mau di operasi.
“Takagi kun, ku mohon bersedialah untuk di operasi. Aku mohon kepadamu lakukanlah untuk aku dan In Jung. Apa kami tidak berharga untukmu,”
“Sakura chan... operasi tidak akan menghasilkan perubahan apapun. Kau tahu sendiri kemoterapi itu masih belum menampakkan hasil apapun,”
“Tapi, Takagi kun.. tak ada salahnya mencoba. Sebelum kanker itu menyebar ke seluruh organ vitalmu, tak ada salahnya untuk melakukan operasi,” bujuk Sakura berulang kali.
            Tapi, Takagi berulang kali menolak untuk di operasi. Dia sudah menemui jalan buntu. Padahal dia sudah menjadwalkan operasi Lee Jung Soo beberapa hari lagi. Dia sudah menghubungi profesornya yang bersedia bekerja sama dengan dokter di korea termasuk dengan Sakura sendiri. Sudah di telponnya pula otosaan dan okasaannya untuk datang ke Korea. Okasaan dan Otosaannya yang juga sudah menganggap Takagi seperti anaknya sendiri langsung mengiyakan untuk datang ke Korea meskipun bisnis ayahnya sedang sibuk-sibuknya dengan peluncuran produk baru akhir-akhir ini.

            Sementara itu, Kim Tae Young masih merenung di atas ranjangnya. Selang infus masih bertengger di pergelangan tanggannya karena kondisinya semakin hari semakin memburuk. Tapi, meskipun begitu dia tidak hanya bisa diam saja melihat adik sepupunya terluka. Ada hal yang harus di lakukannya setelah dia mendapat kabar bahwa Lee Jung Soo telah menyerahkan berkas-berkas tentang skandal ayahnya sendiri pada jaksa.
Dia tidak tahu mengapa Lee Jung Soo melakukannya tanpa memberitahunya terlebih dahulu. Dia tahu itu akan membuat adiknya terluka dan citranya sebagai seorang artis akan terpuruk. Meskipun itu sudah mendapat persetujuan dari Lee Jung Soo sendiri, tapi dia berpikir untuk tidak melakukannya demi adiknya. Tapi, adiknya malah bertindak terlebih dahulu tanpa diketahuinya.
Sakura yang mengetahui apa yang tengah di pikirkan atau di khawatirkan Takagi akhir-akhir ini tahu apa yang harus di lakukannya untuk membuat lelaki itu bersedia di operasi.

Dia kemudian mengambil ponsel dalam tasnya dan melakukan panggilan pada Lee Jung Soo. Nama Lee Jung Soo masih tertera di ponselnya meskipun dia tak lagi berhubungan dengan lelaki itu sejak ia bertemu kembali dengan Takagi. Tapi, berulang kali dia mencoba menghubunginya, tidak ada jawaban sama sekali. Akhirnya dia menanyakan keberadaan lelaki itu pada Jang Nana. Dan Jang Nana tidak bisa menolak permintaan sahabatnya itu, dan terpaksa memberitahukan keberadaan oppanya pada Sakura meskipun Lee Jung Soo sudah memberitahunya untuk tidak memberitahukan keberadaan dirinya pada siapapun.
            Sakura melihat Lee Jung Soo yang tersenyum simpul dengan lawan mainnya di lokasi syuting. Ia mengenakan pakaian resmi dengan jas hijau toska. Dia terlihat begitu tampan jika tersenyum seperti itu, seolah tidak ada beban dalam dirinya. Tetapi, laki-laki itu berubah seratus delapan puluh derajat ketika semua orang pergi dari hadapannya. Dia duduk termenung sendiri dalam pikirannya. Apa yang sedang dipikirkan oleh lelaki itu? Pikir Sakura.
“Annyong... sapa Sakura ketika dia melihat Lee Jung Soo tengah duduk sendiri di sebuah taman dekat lokasi syuting untuk menikmati makan siangnya. Ini pertama kalinya Sakura melihat Lee Jung Soo makan nasi kotak. Dulu ketika ia masih menjadi penata riasnya dia tidak pernah melihat Lee Jung Soo mau memakan nasi kotak. Dia selalu menghilang di jam makan siang untuk mencari makan di Cafe atau restoran tertentu. Bahkan ia pun sering mengajak Sakura waktu itu.
“Ka...u...,” ucap Lee Jung Soo terkejut ketika mendapati Sakura tengah berdiri tegap di hadapannya dengan senyum simpulnya.
“Sudah lama tidak bertemu. Bagaimana keadaanmu?”
“Seperti yang kau lihat aku baik. Bagaimana keadaan hyung? Aku belum sempat menjenguknya?”
“Dia baik untuk saat ini. Tapi entah untuk hari esok,”
“Kenapa? Apa penyakitnya menjadi semakin parah?” tanya Lee Jung Soo dengan penuh kecemasan.
“Jika kau begitu mencemaskannya, kenapa kau tidak pergi menjenguknya sendiri,”
“Ak...ku.. sibuk dan tak ada waktu..,”
“Benarkah, bukankah kau begitu menyayanginya? Kau pernah mengatakan itu padaku sebelumnya,”
“Ah.. itu... ya...,”
“Kau sudah tahu semuanya tentangku dan Takagi-kun?” tanya Sakura.
“Em... ya..,”
“Apa karena hal itu kau menghindar dari kami? Atau kau mau menghindar dariku?”
“Ap...apa?” ucap Lee Jung Soo terkejut. Tidak..tidak.. Tidak ada alasan bagiku untuk menghindarimu atau pun hyung,”jawab Lee Jung Soo sekenanya.
“Iya, baiklah kalau begitu. Dia begitu mencemaskanmu, entah apa yang di cemaskannya darimu padahal kau baik-baik saja seperti biasanya.
““Ak...aku....sedang tidak baik-baik saja Sakura,” desah Lee Jung Soo.
“Kalau begitu datanglah ke rumah sakit. Aku butuh bantuanmu untuk membujuknya agar dia bersedia untuk melakukan di operasi. Aku mohon padamu Jung Soo sshi. Aku tidak ingin kehilangan dia lagi, terlebih jika harus kehilangannya tanpa melakukan apapun,” pinta Sakura kepada Lee Jung Soo dengan berurai air mata.
Lee Jung Soo  yang melihat Sakura menangis di hadapannya tidak kuasa menahan sakit yang mencabik-cabik hatinya. Dia tidak tega melihat wanita itu menangis di hadapannya. Dia meraih wanita itu dan marengkuhnya dalam pelukannya.
“Aku akan melakukannya Sakura sshi. Aku akan yakinkan hyung agar mau segera di operasi. Kau jangan khawatir,” bisiknya lembut pada Sakura.

Mentari pagi menyelinap masuk ke celah-celah gorden rumah sakit yang terbuka. Silaunya membuat Kim Tae Young menyipitkan matanya. Dia merasa seluruh badannya begitu lemas. Namun masih dapat di rasakannya genggaman seseorang yang begitu erat menggenggam tangan kanannya. Gadis itu berbaring di atas tangannya dengan duduk di kursi samping tempat tidurnya. Kim Tae Young memperhatikan gadis itu, dan tidak ingin membangunkannya karena dia tahu terdapat kelelahan dalam paras wajah gadis yang cantik itu. Namun, perlahan gadis itupun terbangun.
“Kau sudah bangun...,”
“Iya...,”
“Kenapa tidak membangunkanku?”
“Aku hanya tidak ingin mengganggumu. Kau tertidur pulas,”
“Em.. ya...,”
“Apa kau merasa lelah...,”
“Em sedikit..,”
“Kalau begitu berhentilah. Berhentilah berusaha untukku,”
“Kau bicara apa. Jangan berkata yang macam-macam. Operasimu di jadwalkan besok,”
“Sakura...,”
“Aku tidak mau mendengar penolakan apapun darimu lagi. Tidak cukupkah aku menjadi alasanmu untuk bertahan? “
“Kau... kau sudah lebih dari cukup untuk menguatkan alasanku. Tapi, akan lebih baik jika aku...,” Kim Tae Young belum sempat menyelesaikan perkataannya ketika seseorang memasuki kamarnya. Dia tersenyum simpul saat mengetahui bahwa orang itulah yang tengah dinanti-nantikan kedatangannya oleh dirinya.
“Kau datang?”
“Hmm,,,”
“Aku sudah lama sekali menunggumu,” ucap Kim Tae Young. Ketika Lee Jung soo perlahan mendekat ke ranjangnya dia tahu bahwa lelaki yang lebih mudah darinya itu telah melihat tangannya yang masih berada di genggaman Sakura. Bergegas ia langsung melepaskan genggaman itu.
“Bagaimana kabarmu ?”
“Ya, seperti inilah aku. Sekarang sudah menjadi tawanan rumah sakit dan tidak di izinkan pergi,” kekeh Lee Jung Soo.
“Kau masih saja bisa bercanda hyung. Ma’afkan aku baru datang sekarang,”
“Bukan kata ma’af yang kutunggu dari kedatanganmu. Dan aku tahu apa alasanmu tidak ingin menemuiku. Tapi, aku tidak ingin membahas tentang hal itu sekarang. Jelaskan padaku kenapa kau melakukannya sendiri? “
“Hyung... aku....,”
“Jelaskan padaku..,”
“Tidak ada yang perlu di jelaskan hyung,”
“Apanya yang tidak perlu di jelaskan. Kau melaporkan skandal ayahmu sendiri ke kejaksaan tanpa sepengetahuanku. Bukankah sudah kubilang ini masih belum waktunya!.” Kali ini suara Tae Young terdengar begitu keras hingga membuat Sakura terperanjat. Dia sama sekali tidak pernah melihat Tae Young marah sebelumnya sejak ia mengenalnya. Tapi, lelaki itu kini dengan geramnya meminta penjelasan pada adik sepupu yang sangat di sayanginya itu.
“Aku melakukannya karena aku tahu hyung tidak akan melakukannya karena mengasihaniku..,”
“Kau....,” ucap Kim Tae Young pada Lee Jung Soo. “Sakura-chan bisakah kau keluar sebentar sekarang,” pinta Kim Tae Young pada Sakura.
“Tidak.. dia harus mendengar semuanya juga. Alasan kenapa hyung meninggalkannya juga terkait dengan hal ini..Karena itulah aku melakukannya hyung,”
“Kau..,”
“Sakura-sshi, hyung meninggalkanmu bukan karena dia tidak ingin bersamamu. Dia hanya tidak ingin membuatmu menderita. Apa kau tahu alasanya?” tanya Lee Jung Soo pada Sakura.
Sakura masih kebingungan dengan apa yang dibicarakan oleh kedua lelaki itu. Apalagi dia juga masih terkejut dengan suasana yang tiba-tiba berubah mencekam. Dia tidak bisa mengeluarkan sepatah katahpun. Dia hanya menggeleng ketika mengetahui arah pertanyaan Lee Jung Soo kepadanya.
“Hyung meninggalkanmu karena ayahku. Dia tidak ingin kau juga ikut terluka karena kekejaman orangtuaku,”
“Jung Soo... Hentikan...!!!!”
“Tidak hyung... kali ini Sakura-sshi harus mengetahui yang sebenarnya. Lee Jung Soo pun mengungkapkan semuanya lagi pada Sakura.
“Maksudmu?” kini Sakura angkat bicara.
“Maksudku, Orang yang membuat hidup keluarga hyung menderita, para preman Jepang yang mengejar-ngejar hyung, yang menyuruh dan memaksa hyung tanda tangan kontrak,termasuk yang menyebabkan kau kecelakaan adalah suruhan ayahku..,” jelas Lee Jung Soo, kali ini dia menitikkan air mata.
“Ap...apa..maksudmu?”
“Semuanya adalah perbuatan ayahku Sakura-sshi. Karena itu hyung meninggalkanmu, demi kebaikanmu dan untuk melindungiku dari kekejaman orang tuaku. Ma’afkan aku, karena ayahku membuat hidup kalian menderita seperti ini,” Jelasnya pada Sakura. “Karena itu juga hyung, karena hyung sudah bekerja keras dan mengorbankan semuanya untuk membalas dendam pada keluargaku aku tak ingin usaha hyung sia-sia...,” kali ini dia berucap pada Kim Tae Young.
“Jung Soo...,” desah Kim Tae Young.
“Hyung tak perlu mengkhawatirkanku. Aku yang akan mengurus semuanya. Hyung hanya perlu memikirkan operasimu besok,”
“Tapi.. kau...akan kehilangan semuanya,”
“Tak apa hyung. Bagiku semuanya tak ada artinya di bandingkan denganmu. Karena itu ku mohon bersedialah untuk operasi yang sudah di jadwalkan Sakura sshi besok,”pinta Lee Jung Soo.
“Jung Soo ah...,”
“Hyung kau tau aku tak pernah meminta apapun darimu sebagai seorang adik. Karena itu ku mohon kabulkanlah keinginanku kali ini saja. Hyung tak perlu mengkhawatirkanku. Selama ada hyung aku akan baik-baik saja. Bukankah hyung sendiri yang lebih tahu tentang diriku,”
Takagi hanya mengangguk pelan untuk memenuhi permintaan adiknya itu.




0 comments:

Posting Komentar