Gave you the space so you could
breathe,
I kept my distance so you would be free,
And hope that you find the missing piece,
To bring you back to me,
I kept my distance so you would be free,
And hope that you find the missing piece,
To bring you back to me,
~Don’t You Remember,
Adele~
Sudah tiga bulan lamanya Raka pindah
ke Jepang. Ia bekerja di rumah sakit Universitas Tokyo sembari melanjutkan
profesi spesialisnya ke sub spesialis yakni dari spesialis bedah menjadi
spesialis bedah thorax. Dia berfikir bahwa menyibukkan dirinya dengan pekerjaan
dan kuliah lagi akan membuatnya lupa dengan Naura. Tapi, ternyata tidak satupun
kenangan tentang Naura terhapus dari ingatannya.
Kini ia menghabiskan waktu ditengah-tengah
kesibukannya untuk berjalan-jalan disepanjang Rikugien Garden. Rikugien adalah taman yang sangat luas dan artistik ditengah
kota tokyo yang super sibuk dan gedung pencakar langit. Di tempat inilah Raka berharap bisa
melepaskan lelahnya akan rutinitasnya serta menjernihkan pikirannya dari
memikirkan Naura.
Banyak
pasangan berjalan bersama menghabiskan waktu di sepanjang weekend. Tapi, hanya
Raka yang sendiri. Menatap hamparan taman yang indah itu harusnya membuat Raka
senang, tapi tidak yang ada hanya kehampaan yang dirasakannya. Namun tiba-tiba
seseorang berjalan mendekatinya. Dan dia tahu siapa orang itu.
“Ohayo gozaimazu, Raka san…,?” [1]sapa
wanita itu.
“ Ohayou, Minna san…? [2]Ucap
Raka.
“Apa
yang anda lakukan disini Raka san? Apa kau sedang jalan-jalan?”
“Ah,
ya…,”
“Kau
pasti bosan di Daigaku, Byouin atau Ryokan [3]sepanjang
waktu bukan?”
“Ah..ya…,”
ucap Raka singkat.
“Kyou wa ii o tenki desu ne?” [4]ucap Minna yang hanya di
jawab dengan anggukan oleh Raka. Setelah itu yang ada hanyalah kebisuan
diantara mereka sampai sore tiba dan langkah kaki mereka tlah membawa mereka
kembali ke tempat tinggal mereka.
Minna adalah tentangga Raka. Dia
tinggal di samping penginapan (ryokan) Raka. Minna adalah seorang gadis yang
berusia sama dengan Naura. Dia seorang gadis yang ceria dan pekerja keras. Dan
itu tentu saja membuat Raka kembali teringat dengan Naura. Karena sebelumnya
Naura juga tipe gadis seperti Minna sebelum bertubi-tubi masalah menimpa gadis
itu.
“Naura, kau apa kabar?” ucap Raka
dalam batinnya ketika telah dihempaskannya tubuhnya di atas tempat tidurnya.
*****
Setelah lelah berkeliling seharian
mencari tempat dimana Raka menginap, akhirnya ia sampai juga di sebuah flat
tempat Raka. Ia mengetuk pintu rumah kecil itu namun tak dibuka oleh si empunya
sampai lima kali ketukan. Kemudian ketika ia mulai melakukan ketukan ke
enamnya, akhirnya terdengar derit pintu dibuka oleh si empunya rumah.
Raka
bangun dari tidurnya ketika mendengar pintunya diketuk oleh seseorang. Ia
membuka pintu rumah penginapannya dan ia melihat gadis yang berdiri di ambang
pintu tersebut. Namun, karena tidak mempercayai dengan apa yang dilihatnya Raka
kembali menutup pintu rumahnya. Beberapa detik setelah ditutupnya pintu rumah
itu, ia kembali mendengar ketukan dan ketika Raka membukanya masih juga gadis
itu berdiri di ambang pintu.
“Astaga
Raka, dia hanya ilusi. Nggak mungkin Naura ada disini, kamu harus sadar
sekarang…,” ucap Raka yang lebih pada dirinya sendiri.
Kemudian dia pun melakukan hal yang
sama seperti sebelumnya hendak menutup pintu kembali namun terhalang oleh
tangan seseorang.
“Aku bukan ilusi Raka, aku nyata…,”
ucap gadis yang berdiri di ambang pintu itu.
Raka yang mendengar hal itupun
tentu saja terbelalak kaget karena bagaimana mungkin ilusinya bisa berbicara.
Namun kemudian ketika dia merasakan sebuah tangan hangat menyentuh pipinya, ia
baru sadar bahwa gadis itu adalah nyata dan bukannya ilusi yang dibangunnya
seperti sudah-sudah.
“Aku nyata Raka, bukan ilusi…,”
ucap gadis itu kemudian ia member kecupan ringan di pipi lelaki itu yang tentu
saja membuat Raka terkejut untuk kedua kalinya.
Raka mengernyitkan keningnya dan
berkata.
“Sejak kapan kamu berubah menjadi
agresif seperti ini Naura?” tanya Raka yang tak percaya apa yang dilakukan gadis
dihadapannya itu kepadanya. "Sejak kapan juga kita bicara dengan aku kamu?
" pikir Raka yang baru menyadari bahwa bahasa komunikasi mereka berubah.
Raka tetap pada keterkejutannya sementara Naura hanya senyam-senyum melihat
raut wajah Raka yang masih menyimpan rasa penasarannya itu. Ia tidak berniat
untuk memberikan jawaban atas pertanyaan Raka dan malah mengajukan sebuah
pertanyaan baru untuk lelaki itu.
“Apa kamu tidak mengizinkan saya
masuk?” tanya Naura. Raka pun membuka lebar pintunya karena tersadar bahwa dia
masih berdiri menghalangi pintu masuk. Raka kembali dikejutkan oleh kelakuan
gadis itu yang diluar nalarnya ketika ia melihat beberapa koper yang di tenteng
gadis itu.
“Kam..kamu mau ngapain dengan
koper-koper itu?” tanya Raka dengan kening masih berkerut.
“Ya tentu saja membawanya masuk…,”
ucap Naura singkat.
“Maksudku bukan itu. Kenapa kamu
membawa banyak koper dan kenapa kamu ada disini?” tanya Raka.
“Ya tentu saja karena aku akan
tinggal di sini,” ucap Naura dengan santainya.
“Haaahhhh……?”
“Kenapa Haa… Aku serius dengan
pernyataanku bahwa aku akan tinggal disini,”
“Siapa yang mengizinkanmu tinggal
disini?” ucap Raka sedikit ketus dengan kelakuan gadis itu yang dirasanya
seenaknya. Karena bagaimana mungkin gadis itu bisa datang dan pergi seenaknya
saja dan memberikan luka setelahnya.
“Aku tidak perlu izinmu untuk
tinggal disini..,” ucap Naura tak kalah sinis.
“Heehh…sejak kapan kamu menjadi
seperti ini? Kamu salah makan? Atau kepalamu terbentur sesuatu hingga menjadi
aneh seperti ini? Dan juga kamu sekarang memanggil namaku langsung tidak
disertai Kak…,” tanya Raka beruntun sembari menyentuh kening Naura dengan
telapak tanggannya.
“Kenapa kamu mengajukan banyak
sekali pertanyaan? Huft….,” dengus Naura sembari melepaskan tangan Raka dari
keningnya. “Pertama, aku nggak lagi salah makan atau kepalaku terbentur sesuatu
jadi kamu tidak perlu khawatir jika aku mengalami kerusakan pada otakku. Kedua,
David bilang antara sepasang kekasih harus memanggil dengan namanya langsung,
dan karena aku bukan adikmu dan aku adalah kekasihmu maka aku tidak akan
memanggilmu lagi dengan sebutan kak, tapi aku akan memanggilmu langsung dengan
namamu, Raka…,” jelas Naura.
“Heh…kamu bercanda, siapa bilang
aku kekasih kamu? Hubungan kita bahkan sudah berakhir,” ucap Raka.
“Aku yang bilang, apa kamu tidak
mendengarnya tadi, kenapa kamu menanyakannya. Ckck..apa pergi terlalu lama
dariku bisa merusak otakmu? Dan yang kedua, hubungan kita belum berakhir karena
ini baru saja dimulai kembali…,” ucap Naura sembari meninggalkan Raka dan
menuju ke tempat tidur. Naura menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur Raka.
“Heiii…apa yang kamu lakukan di
tempat tidurku?” tanya Raka.
“Ya tentu saja tidur, apa kamu
tidak bisa melihatnya?” ujar Naura.
“Ish…ini tempat tidurku dan lagi
aku belum mengizinkanmu untuk tinggal disini?” ucap Raka sembari memaksa gadis
itu bangun dari tidurnya. Namun, bukannya berhasil membuat gadis itu berdiri ia
malah terjatuh dan menindih tubuh gadis yang tengah berbaring itu. Raka menatap
manik mata gadis yang berada di bawanya, begitu pula dengan Naura. Napas mereka
saling beradu.
“Aku lelah berkeliling seharian
mencari rumahmu, tidak bisakah kamu biarkan aku tidur?” ucap Naura yang
napasnya dapat dirasakan oleh Raka.
“Aku cuman punya satu tempat tidur,
jika kamu tidur disini aku harus tidur dimana?” ucap Raka yang tentu saja
napasnya juga dapat Naura dengar karena jarak mereka yang sangat dekat.
“Kita bisa tidur bersama,” ucap
Naura yang tentu saja membuat mata Raka melotot tajam karena dia tak menyangka
bahwa gadis sepolos Naura yang dikenalnya dulu bisa bicara seperti itu. Namun
kemudian, dia tahu bahwa gadis itu tidak bersungguh-sungguh, ia hanya ingin menggodanya
saja.
“Kamu yakin dengan apa yang kamu
katakan?” tanya Raka yang tentu saja dengan menggerakkan tangannya dan
menyentuh kulit halus pipi Naura. Ia dapat melihat bahwa pipi itu kini memerah
akibat ulahnya. “Berhasil, menyerahlah kamu tidak akan menang melawanku…,”
batinnya.
“Tentu saja…,”ucap Naura yang tentu
saja membuat Raka kembali terkejut karena apa yang dilakukannya pada gadis itu
sama sekali tidak dapat memprovokasi gadis itu.
“Aku bisa berbuat macam-macam
kepadamu..,” ucap Raka.
“Benarkah….?”
“Iya…kamu tidak percaya…?”
“Em…apa berbuat macam-macam itu
contohnya seperti ini…?” ucap Naura sembari mengecup singkat bibir lelaki yang
berada tepat dihadapannya itu. Raka terkejut bukan main dengan apa yang
dilakukan gadis itu. Dia tidak menyangka bahwa gadis itu bisa berubah menjadi
seagresif itu. “Kenapa kamu diam? APa yang seperti itu dinamakan berbuat
macam-macam?” tanya Naura.
Raka yang merasa kalah dan tidak
mampu lagi bertahan lebih lama di hadapan gadis itu karena takut lepas kendali,
akhirnya bangun dari posisinya yang berada di atas tubuh gadis itu. Ia kemudian
berucap singkat dan berlalu pergi sembari menutup pintu kamarnya.
“Sudah malam, kamu pasti lelah.
Tidurlah…,” ucap Raka.
*****
Raka yang masih penasaran dengan apa
yang tiba-tiba membuat gadis itu berubah begitu drastis akhirnya melakukan
panggilan kepada seseorang diseberang sana.
Raka
Calling
“Hallo…Vid…,”
“Iya, ada apa Ka…,”
“Em…gue mau nanya,”
“Nanya apa, pasti tentang Naura kan?”
“Haahh bagaimana loe bisa tahu? Jangan
bilang kalau loe ada di balik keberadaan Naura disini sekarang?”
“Hahaha…bukan hanya gue saja, tapi
nyokap dan bokap loe juga dalangnya. Jadi loe gak bisa melimpahkan semua
kesalahan ke gue..,”
“Sialan loe…,”
“Hahaha…. Memangnya kenapa sih? Loe
sampai nelpon gue malem-malem. Disana lagi tengah malem kan?”
“Ya, gimana gue nggak nelpon loe, gue
jadi ngerasa aneh aja dengan kelakuan Naura, kenapa dia jadi berubah seperti
itu,”
“Seperti apa lebih tepatnya?”
“Eng…eng…dia jadi sedikit agresif…,”
jelas Naura.
“Hahaha…bukankah itu bagus?”
“Bagus pala loe, gue malah ngira ada
yang salah sama dia. Masak dia sampai berani cium gue, loe bayangin aja. Gimana
gue nggak syok coba, sosok sepolos Naura yang gue kenal bisa ngelakuin itu,”
“Hahaha…bukannya enak di loe ya kalau
kayak gitu…,”
“Ish..loe nih. Sejak kapan dia bisa
nyium orang? Jangan bilang kalau loe yang ngajarin kan? Soalnya pas gue nanya
ke dia kenapa dia sekarang manggil nama gue secara langsung tanpa embel-embel
kak, dia bilang karna kata loe itu yang dilakukan sepasang kekasih? Jadi bukan
tidak mungkin kan kalau loe juga yang ngajarin dia nyium orang. Apa itu ciuman
pertama dia?”
“Who knows….?”
“Sialan loe,,,,”
“Hahaha..kenapa nggak loe nanya
sendiri sih ke orangnya Ka…,”
“Ish…dasar ngomong sama loe nggak guna
tau nggak sih. Yang ada gue bukannya dapat penjelasan mengenai alasan
perubahannya malah semakin bingung,”
“Kenapa loe harus nyari tahu alasan
dia berubah sih Ka, jika nyatanya satu-satunya orang yang membuat dia berani
melakukan hal seperti itu adalah seseorang yang berada di dekatnya saat ini…,”
“Mak..maksud loe…dia berubah karena
gue…?”
“Iyalah, siapa lagi. Duuh gue nggak
habis pikir deh sama loe, otak jenius, seorang dokter ahli eh tapi otak loe
cetek banget kalau bicara soal cinta..,” jelas David.
“Jadi alasan dia kesini adalah….,”
“Buat jemput loe. Buat menebus semua
kesalahan yang dia lakukan ke loe,”
“Di..dia berarti sudah…,”
“Ya, dia sudah tahu kebenarannya dari
Raysa. Dia tahu bahwa sampai detik ini loe masih mencintai dia terlepas dari rasa benci loe padanya karena
sikap egoisnya. Loe nggak akan tahu bagaimana menderitanya dia ketika loe
tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Saat melihatnya seperti itu gue rasanya
pingin banget terbang ke Jepang cuman untuk nonjok muka loe yang udah bikin dia
menjadi seperti itu,”
“Jadi..apa Naura masih mencin….,”
“Kalau masalah itu, loe yang harus
cari tahu sendiri Ka. Gue nggak bisa memberitahu loe karena gue gak berhak.
Perasaan itu adalah milik Naura, jadi biarkan dia sendiri yang mengatakannya ke
loe…,”
“Ba..baiklah…,”
“Oh, ya…satu hal. Jangan bilang ke dia
kalau gue yang memberitahu ke loe tentang beberapa hal ini ke loe,”
“Hahaha..loe kenapa? Takut?”
“Sialan loe…loe sih masih belum tahu
kan betapa galak dan sinisnya dia kalau lagi marah, ihhh nyeremin banget…,”
“Hahaha…gue mah udah tahu kali Vid.
Loe lupa kalau gue kenal dia lebih dulu dari loe?”
“Oh…iya sih…hahaha… Ya sudah gue tutup
dulu ya, selamat berjuang deh loe buat ngadepin Naura yang baru…hahaha….,”
“Sialan loe, oke deh..thaks…,” ucap
Raka mengakhiri percakapannya dengan David.
*****
0 comments:
Posting Komentar