Senin, 09 Juli 2018

Lima

Edit Posted by with No comments


          Aku tersenyum bahagia ketika aku mendapat kabar bahwa kakakku akan datang ke Jepang beberapa waktu lalu. Dan kini, dia yang memiliki wajah sama denganku meskipun kami berbeda jenis kelamin itu sudah menginjakkan kakinya di negeri ini. Bandara Narita, dia menyuruh aku untuk menjemputnya di sana karena dia tidak tahu alamat flatku. Bisa di bilang kakakku itu datangnya tiba-tiba, dia bilang masih beberapa minggu lagi akan datang, tetapi tanpa ku tahu sekarang dia malah sudah sampai di negeri matahari ini.
            Aku melambaikan tanganku pada sesosok lelaki yang tak terlalu tinggi itu jika di bndingkan dengan Park Young Ha ataupun Yutaka, anak Tuan Yamato dan Nyonya Mayumi itu. Aku memang tidak datang sendiri ke bandara. Yutaka menawariku untuk mengantarku ke sana. Dia bilang dia ingin sekali bertemu dengan kakakku yang sering aku ceritakan padanya dan juga Liena. Dia ingin tahu, sosok kakak yang begitu aku sayangi dan aku hormati itu.

            Pria bernama “Alvinto Nara Elsavino” itu, adalah kakakku. Atau lebih tempatnya di katakan saudara kembarku. Aku memang lahir lebih dulu daripada dirinya, karena dia baru lahir beberapa menit selang kelahiranku. Tapi, karena adat atau sesuatu hal yang mungkin tak bisa ku mengerti hingga kini dia lah yang menjadi kakak dan bukannya aku yang terlahir lebih dulu darinya. Seperti itulah orang tuaku menjelaskannya padaku.
            Yutaka langsung membukuk dan menghormat seperti kebiasaan banyak orang jepang saat bertemu dengan seseorang. Begitu pula dengan kakakku, seolah dia tahu itu sudah menjadi kebiasaan orang-orang Jepang, dia pun memberi bungkukan yang sama dan tersenyum. Sementara aku, aku langsung mencium tangan kakakku dan kakakku memberikan pelukan kecil padaku.
“Aku merindukanmu...adikku,” bisiknya.
“Aku juga..,” ucapku. Setelah itu, Yutaka pun memperkenalkan diri.
“Hajimemashite. Yutaka desu. Dozo yoroshiku[1],” ucapnya.
Kakakku juga memperkenalkan dirinya dengan cara yang sama dalam bahasa Jepangnya yang cukup lancar jika di bandingkan denganku. Jangan heran kalau dia bisa bahasa Jepang, karena dia adalah pilot yang biasa terbang ke negara manapun hingga dia di tuntut harus bisa menguasai beberapa bahasa asing. Selain Jepang, kakakku juga bisa bahasa korea, perancis, spanyol dan yang paling di kuasainya ya tentu saja bahasa internasional, bahasa inggris.
“Hajimemashite. Nara desu. Dozo yoroshiku[2],” ucap kakakku dengan tersenyum lebar pada Yutaka.

            Yutaka pu mempersilahkan aku dan kakakku masuk ke dalam mobil. Aku bercerita banyak hal pada kakakku sepanjang perjalanan. Tanpa ku sadari, Yutaka tidak mengerti dengan bahasa yang kami gunakan. Karena itulah, aku merubah percakapan kami dengan bahasa Jepang agar setidaknya Yutaka mengerti bahasa yang kami gunakan.
“Kakak kenapa kau datang tiba-tiba? Bukannya kau bilang baru mau datang dua minggu lagi?”
“Oh, aku mengambil cuti lebih dulu, karena aku ingin menemui temanku,”
“Teman yang mana?”
“Temanku yang berasal dari Korea. Yang dulu sering ku ceritakan padamu,”
“Oh, teman yang tidak sengaja kau temui saat kau menerbangkan pesawat ke Korea Selatan itu? Teman yang sering bertukar cerita lewat email denganmu itu?”
“Iya, teman yang itu?”
“Loh, tapi kenapa kakak di Jepang. Bukankah harusnya kakak pergi ke korea? Atau habis dari sini kakak mau ke sana?”
“Ah, tidak. Temanku itu sudah pindah ke Jepang katanya. Dia juga kuliah di universitas yang sama denganmu,”
“Oh, benarkah? Aku jadi penasaran dengan temanmu yang sering kau ceritakan itu,”
“Em.. baiklah besok kau boleh ikut serta bersamaku. Bukankah besok akhir pekan? Jalan-jalanlah denganku..,”
“Oke..siap boss..,”
            Yutaka yang melihat tingkah manjaku di depan kakakku itu pun tersenyum simpul.Maklum aku biasanya bersikap tegas di depan semua orang. Inilah sisi lain diriku yang tidak di ketahui oleh semua orang. Yang tahu hanyalah kakakku dan beberapa orang yang pernah melihat kebersamaan kami.
“Najwa chan, aku tidak pernah melihatmu sesenang ini sebelumnya,” ucap Yutaka padaku.
“Iya, Yutaka kun. Maklum ini pertama kalinya aku bertemu kakakku setelah sekian lama. Dia selalu sibuk pergi terbang kemanapun,” keluhku. Sementara kakakku yang duduk di samping Yutaka hanya tersenyum lebar ke arahku.
            Kakakku, jika kau bertanya sebesar apa rasa sayangku padanya, dia sudah ku anggap sebagai bagian dari duniaku, tanpa dia duniaku pasti tidak akan seindah sekarang ini. Awalnya, sebelum datang ke negeri ini, orang tuaku melarangku untuk mengambil beasiswa ini. Mereka takut, jika seorang wanita sepertiku pergi ke negeri asing. Lebih daripada itu, mereka takut aku tidak bisa menjaga diriku sendiri.





[1] Apa kabar? Saya Yutaka. Senang bisa berjumpa/ berkenalan dengan anda.
[2] Apa kabar? Saya Nara. Senang bisa berjumpa/ berkenalan dengan anda.

0 comments:

Posting Komentar