Senin, 09 Juli 2018

Sembilan

Edit Posted by with No comments


         Musim semi kali ini Park Young Ha mengajakku untuk mengunjungi tempat pertama kalinya kami bertemu yaitu di Kuil Budha di Nara. Dia janji akan menjemputku sore ini. Aku sudah bersiap dan bermaksud menunggunya di lantai bawah agar dia tidak perlu pergi ke lantai atas untuk menjemputku. Di rumah Tuan Yamato dan Nyonya Mayumi, aku melihat Yutaka dan adiknya tengah mengatur taman di pekarangan rumahnya. Aku pun menghampiri mereka dan bermaksud untuk membantu. Di tengah kesibukan kami menata taman kami pun berbincang santai.
“Kau tidak pergi melihat festival musim semi?” tanyaku memulai pembicaraan.
“Tidak Najwa san, tidak ada teman,” ucapnya.
“Kenapa tidak mengajak Liena, biasanya kau selalu pergi bersamanya?” tanyaku.
“Em..Liena chan sudah ada janji,”
“Benarkah? Tidak biasanya, dia pergi dengan orang lain. Memangnya siapa dia?”
“Aku tidak tahu Najwa chan. Dia seorang pria, barusan saja dia lewat sini menjemput Liena chan dengan mobilnya,” jelasnya dengan wajah sedikit kesal.

            Aku tahu Yutaka Ikeda, diam-diam menyukai Liena. Mereka sering menghabiskan waktu bersama dan berpergian bersama. Tapi, kali ini Liena pergi dengan teman prianya yang lain. Dan aku tahu itu membuat Yutaka sedikit kesal dan sakit hati. Dia menghabiskan waktu yang biasanya di habiskannya dengan Liena, dengan menyibukkan dirinya menata taman dengan di temani adiknya yang kini sudah masuk SMP itu.
“Yutaka kun..kenapa kau tidak berterus terang saja padanya?” ucapku.
“Apa maksud Najwa chan..?” ucapnya malu-malu. Meskipun dia sebenarnya sudah tahu apa maksud pertanyaanku tapi dia tetap saja bertanya balik.
“Em..Yutaka kun, kau tidak bisa menyembunyikannya dariku,” ucapku lagi. Aku keasyikan menggoda lelaki yang kini sibuk dengan pot-pot yang di pegangnya.
“Wah...apa kelihatan jelas ya..Najwa chan...,” serunya dengan gayanya yang lucu itu.
“Iya,” ucapku. Dan kami pun sontak tertawa bersama-sama.

Yutaka memang tipe orang yang sangat enak di ajak ngobrol apalagi di ajak bercanda seperti ini. Dia terlihat begitu lucu saat menyembunyikan perasaannya kepada Liena itu. Kadang aku berpikir apakah wajahku juga tampak begitu lucu sepertinya ketika aku menyembunyikan perasaanku pada Park Young Ha? Saat kami tengah asyik tertawa terdengar sebuah mobil berhenti tepat di depan halaman rumah Yutaka. Aku pun bisa langsung menebak siapa pemiliki mobil itu.
“Najwa chan mau pergi?” tanya Yutaka.
“Iya,” jawabku singkat. “Tuh sudah ada yang menjemput,” ucapku sembari menunjuk Park Young Ha yang menghampiri tempatku dan Yutaka berada.
“Waah..kalau tahu begitu, tadi aku tidak akan mengizinkan Najwa chan untuk membantu. Tangan Najwa chan jadi kotor karena tanah-tanah ini,” ucapnya.
“Ah, tak masalah aku bisa membersihkannya,” ucapku sembari membersihkan tanganku dengan air di kran yang terdapat tak jauh dari halaman rumah keluarga Ikeda itu.

            Sementara aku mencuci tanganku, dari jarak yang tidak terlalu jauh itu aku bisa melihat Park Young Ha sedang asyik bercakap-cakap dengan Yutaka, meskipun aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Setelah mencuci tanganku, aku langsung menghampiri Park Young Ha dan mengajakknya pergi.
“Yutaka kun, aku pergi dulu ya,” pamitku pada Yutaka.
“Iya, Najwa chan. Hati-hati..,” ucapnya kepadaku dan Park Young Ha.
            Aku mencium gelagat aneh dari Park Young Ha hari ini. Sejak pergi meninggalkan halaman rumah keluarga Ikeda hingga kami tiba di Nara. Biasanya dia paling banyak omong dan dia sangat tahu jika aku tak bisa memulai pembicaraan dengannya terlebih dahulu. Karena dia tahu kebiasaanku itu, karena itu dia sering memulai pembicaraan di  antara kami terlebih dahulu. Tapi kali ini, dia berdiam seribu bahasa meskipun kami sudah berjalan berkeliling beberapa menit untuk mencari tempat kosong untuk duduk dan menikmati hanami. Aku memberanikan diriku untuk memulai pembicaraan.
“Young Ha kun, ada apa? Kau sedang ada masalah?” tanyaku. Dia tidak menjawab dan hanya menggelengkan kepalanya. “Terus kenapa diam saja?” tanyaku.
Dia masih tidak menjawab pertanyaanku. “Najwa chan, menurutmu Yutaka san itu orangnya bagaimana?” tanyanya seketika yang membuatku sedikit terkejut.
“Oh, Yutaka kun. Emm..dia orangnya baik. Sangat baik malah, dia sering membantuku mengganti lampu kamarku jika mati,” jelasku. Tapi Park Young Ha malah aneh setelah mendengar jawabanku. “Kenapa tiba-tiba bertanya tentany Yutaka san?” tanyaku. Tapi dia tetap saja tidak mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ku lontarkan untukknya.
“Kalau aku...Dimata Najwa chan aku ini orang yang seperti apa?” tanyanya tiba-tiba yang membuatku kini begitu terkejut. Jantungku berdebar kencang dan seolah udara musim semi yang biasanya lembut dan hangat kini berubah panas. Aku masih belum menjawab pertanyaannya selama beberapa menit. Hingga dia pun berkata lagi. “Di tempat itu, pertama kalinya aku melihat Najwa chan,” ucapnya sembari menunjuk pohon sakura tempat dulu dia pernah bermesraan dengan kekasihnya. “Saat melihatku untuk pertama kalinya, Najwa chan berpikir aku ini orang yang seperti apa?” tanyanya kemudian.
Aku menarik napas panjang dan mencoba untuk memberikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang di ajukannya waktu itu. “Saat pertama kali aku melihatmu, aku berpikir kau bukanlah orang yang baik,”
“Ah, benarkah...?”
“Aku tidak berpikir kau adalah orang baik, karena kau bermesraan dengan pacarmu di tempat umum. Tapi, saat aku bertemu denganmu melihatmu lagi di hari yang sama dan di tempat ini juga aku langsung mengubah persepsiku tentangmu bahwa kau adalah orang yang baik karena telah menolongku agar aku tidak terjatuh. Dan untuk yang ketiga kalinya ketika aku melihatmu....,”
“Untuk yang ketiga kalinya kau berpikir apa tentangku Najwa chan?” tanyanya penuh penasaran.
“Untuk ketiga kalinya saat itu aku berpikir bahwa kau....kau adalah orang yang aneh,” ucapku. Bagaimana mungkin kau asyik melihatku sementara di sampingmu sedang ada seorang wanita yang berulang kali mengajakmu bicara tapi kau malah tak memperhatikannya,” tegasku.
“Ternyata..kau memperhatikannya Najwa chan...,”
“Memperhatikan apa?”
“Kau memperhatikan setiap detail kejadian saat mata kita tak sengaja saling bertemu. Kau juga bahkan memperhatikan saat aku dengan sengaja menikmati wajahmu dari jauh ketika ketiga kalinya kita bertemu di hari itu,” ucapnya dengan senyum kecil ke arahku.
“Maksudmu, kau memperhatikanku dengan sengaja di pertemuan ke tiga itu karena kau merasa aneh dengan penampilanku?” tanyaku dengan sedikit culas.
“Bukan...bukan...karena itu..,”
“Terus kenapa?”
“Karena matamu. Matamu begitu indah Najwa chan..,” ucapnya yang membuatku sontak begitu kaget.

            Sejenak kami dilanda keheningan. Kami melanjutkan perjalanan kami menyusuri kuil dan menikmati pemandangan bunga sakura yang bersemi dengan indahnya. Kami juga memperhatikan kelakuan setiap orang yang berada di sana. Kami sama-sama membisu saat itu. Seolah kami sama-sama tak mempunyai keberanian untuk memulai pembicaraan lagi. Aku masih mencari arti dari kata-kata Park Young Ha yang membuatku begitu terkejut beberapa jam yang lalu. Tanpa kusadari bahwa lelaki di sampingku ini, kini memberanikan dirinya untuk memulai pembicaraan lagi denganku.
“Najwa chan..,”
“Iya..,”
“Kalau yang sekarang?”
“Yang sekarang apa?”
“Pendapatmu? Bagaimana pendapatmu tentang aku yang sekarang?”
Aku kembali terkejut di buatnya. Seolah hari ini dia sedang mengeluarkan banyak pertanyaan yang seolah bom yang akan membombarding segel dalam hatiku yang tertutup rapat untuk menyembunyikan perasaanku. Aku memutar otakku, untuk mencari kata-kata, tapi aku tak bisa menemukan kata yang tepat. Tidak..tepatnya bukannya aku tidak menemukannya. Hanya saja aku tidak ingin mengatakannya. Seolah mengalihkan perhatiaannya yang telah menunggu jawabanku aku bertanya hal yang sama padanya.
“Kalau menurut Young Ha kun sendiri, aku ini orang seperti apa?”
Dia tidak langsung menjawab pertanyaanku. Dia tahu aku mengajukan pertanyaan yang sama untuknya hanya untuk menghindari jawaban dari pertanyaan yang telah di lontarkannya terlebih dulu. Dia tersenyum simpul dan berkata.
“Najwa chan di mataku...masih tetap saja sama,” ucapnya sambil tersenyum simpul ke arahku. “Masih tetap membuatku tidak bisa tidur setiap kali ku lihat mata indahmu. Tidak hanya di hari itu, tapi hingga kini pun aku masih tidak bisa tidur setiap kali aku merasa rindu untuk melihat sepasang mata indah yang tanpa sengaja menatapku itu,” ucapnya.
            Deg, Jantungku seolah berhenti berdetak setelah mendengar pernyataan Park Young Ha itu. Lelaki ini jangan..jangan...,” pikirku. Dan pikiranku itu benar saat aku mendengar dengan jelas perkataan yang di katakannya setelah jeda beberapa menit dari perkataannya yang tadi.
“Aku menyukaimu, Najwa chan. Sejak kita pertama kali bertemu saat itu. Percaya ataupun tidak tapi itulah kenyataan hatiku,” ucapnya dengan tersenyum manis yang di perlihatkannya untukku. Aku masih terdiam dengan pikiranku sendiri jika saja dia tidak mengajukan pertanyaannya selanjutnya. “Bagaimana dengan Najwa chan sendiri?” tanyanya.
            Aku terdiam dalam waktu yang lama memikirkan pertanyaannya. Aku memilih jawaban dari dalam hatiku. Jawaban yang tidak akan ku sesali suatu saat nanti. Jawaban yang benar-benar berasal dari hatiku yang terdalam.
“Saat aku tanpa sengaja melihat sepasang mata di balik sakura saat itu..aku juga tidak bisa melupakan laki-laki itu. Itu karena.....aku juga merasakan hal yang sama dengan lelaki itu,” ucapku dengan malu-malu.
            Dapat kulihat senyum manis merekah di wajah yang sedari tadi diselimuti kekhawatiran itu. Dia bahagia begitu pula dengan diriku. Begitu bahagianya dia hampir-hampir saja meraih dan merengkuhku dalam pelukannya tapi untung saja aku cepat-cepat menjauh dan menghindar darinya. Dia yang seolah tahu, alasanku menolak langsung membungkukkan badan untuk meminta ma’af ke arahku. Dan aku yang melihat itu, tersenyum simpul ke arahnya.
“Terima kasih, sudah mau menghormati dan menghargaiku...,” desahku.




0 comments:

Posting Komentar