Rabu, 17 Oktober 2018

Ketakutan

Edit Posted by with No comments



Suara sirine itu bertalu-talu seperti gema. Suara yg selalu membuat bulu kuduk saya berdiri. Dan suara yg selalu menimbulkan ketakutan saya kembali mski telah lama saya coba kubur dalam2.

Suara itu mendengung tidak mau pergi. Menimbulkan nyeri di hati dan gemetar riuh dalam diri. Namun harus saya lalui, harus saya alami itu lagi, sendiri.

Suara sirine itu memekakkan telinga. Berharap pada org agar bersedia memberi jalan. Dan beruntunglah ketiga tiga relawan itu datang dan mempermudah jalan kami ke tempat tujuan.

Suara sirine 180 menit 360 detik yang lalu yg harus saya ingat selalu. Bahwa saat itulah saya bertarung dengan ketakutan masa lalu. Dengan do'a dan penuh harap dari para saudara, saya ridho, ikhlas lillah hirobbi jika harus menghadapi ketakutan itu sekali lagi. Demi pahlawan tulang bajaku, semoga bisa kembali sembuh...(amin)

#Terima kasih para relawan mas-mas dan bapak-bapaknya yg membatu membuka jalan untuk kami agar cepat sampai di tempat tujuan..

18.49, 5918,kampung halaman

Iri

Edit Posted by with No comments





Salahkah jika saya merasa iri?
Pada mereka yg berada disekeliling saya yg tertawa bahagia
Pada mereka sahabat-sahabat saya yg bisa menjadi wanita yg sempurnah
Juga pada ia, yg bertemu dg mu lebih dulu dan mendapatkan ketulusanmu?
Ah, lagi-lagi saya merasa iri pada wanita beruntung itu

Yang saya minta hanya sederhana
Kamu, ya kamu...
Tapi, egois bukan jika saya meminta kamu
Padahal kamu meminta dia dan bukannya saya?
Karenanya saya berusaha melepaskan, mengikhlaskan, tp tetap saja masih selalu kamu yang berpusat di hati saya

Jangan dikira saya tidak berjuang selama beberapa tahun ini
Saya berjuang, menghindari kamu, menarik jarak panjang darimu, dan menahan keinginan terbesar saya untuk tahu seperti apa dirimu kini
Tapi, ketika ketakutan masa lalu itu datang bak film yg diputar ulang
Saya menemukan kamu lagi, sebagai satu-satunya tempat dimana saya bisa bersandar sejenak utk membagi cerita
Namun sayangnya, sebelum saya dapat bersandar saya terjatuh lebih dulu
Karena nyatanya Tuhan tak juga mengizinkanku untuk berpijak ke kamu
Atau mungkin, kamu memang bukan pijakan yg seharusnya untukku?
Entahlah...

Di sore hari ini saat semburat jingga mengangkasa di kaki langit
Aku iri, pada ia yang bertemu denganmu lebih dulu dan mendapat ketulusanmu

Selasa, 16 Oktober 2018

Memeluk Sepi

Edit Posted by with No comments

       Kamu tidak pernah tahu kapan ujian datang dan bentuknya seperti apa. Siap atau tidak kamu hanya bisa menerima dengan penerimaan yang baik. Bahkan ketika ujian itu datang silih berganti dari satu hal ke hal lainnya. Yang bisa kamu lakukan hanya menerima dan mencoba untuk lilah. Bukan hal yang asing jika kamu kemudian bertanya dalam hati kamu. Apakah ini tujuan karena Tuhan membenci kita akan dosa-dosa kita, ataukah ini salah satu bentuk cintanya?

       Terkadang kamu ingin bertanya perihal itu pada Tuhan. Tapi, patutkah kamu menanyakannya? Patutkah kamu bertanya mengapa ini terjadi? Tidak, jika kamu bertanya hal itu artinya kamu mengingkari takdirnya. Hanya letakkan saja percayamu kepada-Nya, bahwa itu yang terbaik bagimu.

       Namun, meski begitu kadangkala kamu juga merasa ragu pada dirimu sendiri. Mampukah kamu melewatinya ? Dan disaat-saat seperti itu kamu membutuhkannya. Membutuhkan dia, satu-satunya tempat ternyaman untuk kamu berbagi cerita. Satu-satunya yang bisa kamu percayai dengan sepenuh hati. Kamu tidak peduli yang lain menghilang saat kamu butuh. Hanya dia, kamu berharap hanya biarkan dia tetap berada bersamamu saat kamu butuh dan kamu akan menjadi lebih kuat.

       Tapi sayang, harapa kamu hanyalah asa pada ketinggian. Dia pergi dan kamu hanya tinggallah sendiri. Memeluk sepi, menelan sedih dan sesak di dadamu. Kamu butuh dia, untuk menyelamatkan dadamu yang terhimpit sesak. Kamu butuh dia, untuk setidaknya menjadi tempat bercurah cerita. Tapi, sekali lagi itu hanyalah pengharapan yang tergantung pada ketinggian dan kamu tidak dapat meraihnya. Dia pergi, menghilang dan kamu tidak bisa menemukannya lagi.

Pas, 29/8/2018

Penghilang Paling Sempurnah

Edit Posted by with No comments

       Kamu penghilang paling sempurnah. Bahkan aku tak memiliki keberanian lagi untuk mencarimu. Atau melayangkan beberapa pesan kepadamu lagi. Sejak kamu bilang iya dan kemudian kamu menghilang. Sejak itupulalah aku kehilangan keberanianku untuk menghubungimu lagi. Aku menyalahkan diriku sendiri, berkali-kali. Dan aku membenci diriku sendiri.

       Harusnya aku tetap menjaga janji itu. Harusnya aku tetap bisa menjaga jarak itu. Kamu yang paling tahu bahwa aku benci mengingkari janji. Tapi, aku melakukannya kali ini. Aku tidak menyalahkanmu untuk tiba-tiba pergi dan menghilang. Karena aku tahu, bahwa dalam hidupmu tidak pernah ada aku. Atau bahkan terlintas sedikitpun tentangku.

       Aku membenci diriku, yang tidak bisa mengatasi ketakutanku sendiri. Aku membenci diriku yang nyatanya selalu saja lemah dihadapanmu. Aku membenci diriku yang melibatkanmu padahal kamu tidak mau. Aku membenci diriku sendiri, yang ternyata kalah melawan hati yang beberapa tahun ini kuat kubentengi. Untuk tidak menghubungimu lagi. Untuk tidak mencari namamu di mesin pencari.

     Untuk kamu, penghilang paling sempurnah dimuka bumi. Terima kasih untuk tetap baik-baik saja. Terima kasih untuk tetap berbahagia. Dan terima kasih untuk mengatakan iya, meski pada akhirnya kamu menghilang dengan sempurnah.

Pas, 27/8/2018

Diri dan Sendiri

Edit Posted by with No comments

     Menahan untuk tidak keluar air mata itu susah. Dan inilah yang terjadi sekarang. Saya harus membangunkan beliau disaat beliau istirahat hanya untuk memasukkan butiran zat kimia yang pahit itu kedalam mulutnya. Saya harus memasukkan jarum suntik untuk memasukkan cairan kimia hingga merasuk dalam darahnya. Sesuatu yang dulu sangat saya hindari untuk saya lakukan, karena ketakutan saya untuk menyakiti orang-orang yang saya sayangi.

       Namun apa daya, tak ada pilihan untuk saya pilih. Ini satu-satunya, saya hanya punya sendiri disaat semua sudah memiliki jalan hidupnya sendiri. Dan kamu, satu-satunya yang saya butuh untuk menguatkan, berlalu pergi entah kemana. Padahal hanya terpaut beberapa detik saat kamu bilang iya atas pintaku. Kamu telah hilang, jauh dan mungkin tak akan pernah kembali. Dan akhirnya saya harus kembali pada satu ketetapan itu lagi. Bahwa dulu dan kini, saya hanya punya diri dan sendiri.

Pilihan Yang Sama

Edit Posted by with No comments

     Kamu tahu betapa berharganya waktu? Sangat. Dan bahkan saya harus memohon kepada kamu untuk meminta waktumu. Karena itulah, saya tidak ingin kehilangan waktu. Tidak, tidak barang sedetikpun jika saya mampu.

   Karena itulah saya tetap pada keputusan yang sama. Saya melewatkan kesempatan bagus, tawaran hidup yang lebih baik, yang kata orang-orang tidak akan datang dua kali. Tapi, karena itulah, karena kesempatan tidak datang dua kalimakanya saya tidak ingin kehilangannya.
   
     Bagi saya, karir dapat dicari lagi. Tapi, menjaga satu-satunya orang yang saya cintai dan sayangi di dunia ini tidak akan bisa dicari lagi ketika pergi tak kembali itu menghampiri. Jika begitu, katakan kepada saya kemana harus saya berikan bakti dan pengabdian itu lagi?

    Saya tidak akan pergi. Saya memilih untuk diam dan tetap tinggal, meski kondisinya menyakitkan. Saya tidak peduli dengan kata orang-orang bahwa saya lebih baik pergi, atau kata-kata saudara-saudara saya sendiri bahwa saya harus memikirkan diri sendiri juga.

     Mereka salah jika berpikir bahwa saya tidak memikirkan diri sendiri. Karena nyatanya, dengan memilih jalan ini, saya lebih dari memikirkan diri. Bagi saya, pahlawan tulang baja ini adalah hidup saya saat ini, semesta saya. Sama halnya dengan matahari yang menjadi pusat tata surya, pahlawan tulang baja ini adalah pusat saya.

    Saya tidak akan pergi, hanya dua alasan yang membuat saya akan memilih jalan itu. Pertama, jika beliau meminta dan kedua saya sudah sampai batas saya untuk bisa menanggung semuanya lagi.

Pas, 21/8/2018


Putih

Edit Posted by with No comments

     Saya benci hitam karena ia gelap. Tapi, saya lebih tidak menyukai putih. Kamu tahu kenapa? Karena hitam kita masih bisa menaruh harap, bahwa akan ada sedikit cahaya yang akan menyusup masuk.
    Sementara putih, kita bisa melihat secara nyata apa yang ada disekeliling kita. Seperti saat ini, diruangan yang dengan dominasi putih ini, dapat terlihat dengan jelas..Kosong, tidak berpenghuni.

Pas, 21/8/2018

Kalah

Edit Posted by with No comments


       Malam itu, kamu tahu betapa sulit rasanya bertarung dengan diri sendiri, dimana antara hati dan logika bertolak belakang dan tidak beriring.

       Saya berkata pada diri bahwa saya baik-baik saja. saya kuat seperti sebelum-sebelumnya. Saya mampu melewati semuanya dengan sempurnah.

       Namun nyatanya, saya kalah melawan hati, hingga akhirnya saya melakukan hal yang tidak seharusnya saya lakukan, sesuatu yang mungkin sangat kamu benci. Ma'af, jika ego saya selalu saja tinggi, sementara kamu harus meletakkan bencimu dalam hati.

       Berulang kali saya merutuki dalam hati, menyalahkan diri sendiri, yang dengan seenaknya melibatkanmu dalam sebuah beban yang bahkan tak ingin sama sekali kamu tahu. Memaksamu untuk menguatkan yang bahkan sama sekali tak ingin kamu lakukan.

       Kamu sudah nyaman dengan hidupmu, sementara saya hanya bisa merusaknya menjadi abu. Ma'af. Ma'af. Hanya kata itu yang mampu saya ucap. Mungkin tak akan berarti bagimu karena saya tidak bisa mengembalikan waktumu yang terbuang percuma karena saya. Tapi, lewat kata itu saya titipkan sebuah ketulusan didalamnya. Semoga kamu tetap berada di dalam lindungan-Nya.

       Di suatu pagi, di sudut lorong ruangan ini, saya sadar bahwa saya hanya punya diri dan sendiri.

Pas, 21/8/2018

Kehilangan?

Edit Posted by with No comments

       Hanya pena dan kertaslah tempat dimana seharusnya saya membagi beban. Bukankah memang begitu sejak dulu? Harusnya saya sadar sesadar-sadarnya bahwa bukan keputusan yang tepat membagi apa yang menjadi beban saya dengan orang lain. Bukan karena mereka akan tidak peduli atau bahkan abai. Tapi, lebih pada mereka punya masalah dan kesibukan juga, bukan?

       Saya sadar saya salah. Waktu bisa mengubah segalanya, hingga semua berbeda tidak seperti dulu lagi. Meski ketakutan saya masih pada satu hal yang sama. Kehilangan. Ah, kehilangan? Pantaskah bahwa saya mengatakan itu sebagai kehilangan? Sementara saya tahu betul bahwa diri saya bukanlah milik saya sendiri. Jadi, patutkah saya mengatakan itu sebagai kehilangan, sementara ia hanya kembali kepada pemiliknya yang sebenarnya?

       Dua hari yang lalu, tepat dimana ketakutan itu menghantui, entah mengapa saya mulai menulis di ruang putih kosong ini lagi. Tanpa mengharap balasan, saya hanya sekedar menulis karena dari tulisan saya di ruang kosong ini, saya berharap beban saya dapat berkurang perlahan dan menghilang diam-diam. Sama seperti tulisan ini, yang berganti dengan tulisan-tulisan orang lain detik demi detik, menit ke menit hingga apa yang saya tulis akan terlupakan begitu saja, bahkan oleh diri saya sendiri.

Pas, 19/8/2018

Luruh

Edit Posted by with No comments

Bukankah saya melewati dua tahun ini sendiri?
Saya kuat bukan?
Dan harusnya, kali ini juga begitu
Tapi, entah mengapa ini sulit
Seluruh kata-kata yang saya katakan kepada diri saya sendiri agar saya kuat,
seolah luruh begitu saja
Tak berpengaruh...

Meskipun saya mengatakan pada diri saya sendiri bahwa saya kuat,
Saya bisa melewati ini,
Saya tangguh,
Tapi, tetap saja saya masih didera gemetar ketakutan

Kadang, yang saya perlukan bukanlah pelukan,
Hanya katakan kepada saya "kamu kuat"
Dan semuanya pasti bisa kamu hadapi dengan ikhlas

Pas, 19/8/2018

Titik Terendah

Edit Posted by with No comments

Terkadang saya juga butuh didengar
Tidak selalu saya yang menjadi pendengar
Karena walau bagaimanapun saya hanya manusia
Manusia biasa yang dimana saya juga bisa mencapai
Pada titik terendah dalam hidup saya

Seperti sekarang, saat ini...
Tepat dimana saya tidak tahu harus bagaimana dan seperti apa
Berikhtiar dan berpasrah?
Bukankah itu memang keharusan?
Dan bukannya pilihan?

Tapi...
Entah mengapa saat ini saya hanya ingin didengar
Dan dikuatkan tentu saja
Karena lebih dari apapun hanya itu yang saya butuhkan saat ini

Pas, 18/8/18

Ingkar

Edit Posted by with No comments


Pada akhirnya saya melanggar janji bukan?
Saya melanggar janji untuk tidak menghubungimu lagi.
Tapi ma'af...
Ma'af karena disaat ketakutan ini menjadi semakin menakutkan
Saya hanya butuh kamu untuk menguatkan

Saya tidak meminta lebih
Hanya katakan "kamu kuat", semua akan baik-baik saja, hmm..

Saya butuh kamu sebagai teman
Satu-satunya teman yang saya percayai
Untuk membagi semua kisah saya
Yang bahkan tak banyak orang yang saya izinkan tuk tahu

Tapi, kamu bahkan tidak ada lagi waktu untuk sekedar mengatakan itu bukan?
Atau memang saya hanyalah selingan?
Yang tiba-tiba datang dalam hidup kamu
Yang bahkan hanya untuk menjadi seorang teman pun tak pantas untukmu?

Pas,18/8/18