Ada hal-hal yang tidak bisa kau lakukan sendiri
Dan kau harus meminta bantuan orang lain
~Zelvin~
Beberapa
hari terakhir ini Reta sibuk dengan ujian-ujiannya. Darn hari inilah puncak
terakhir dari ujiannya. Dia pun bernapas lega dari kesibukannya.Tapi, hari ini
adalah jadwal dia mengembalikan beberapa buku yang hampir seperti tumpukan
gunung dipinjamnya untuk belajar menghadapi ujian kemarin.
Perlahan-lahan
dituruninya belasan anak tangga itu. Dia tidak bisa naik lift karena penuh.
Daripada menunggu antrian panjang itu dia memilih untuk menuruni anak tangga
saja.Seusai mengembalikan buku dia menghabiskan waktunya di perpus.Untuk
mengisi waktu kosong setelah ujian selesai dia menghabiskan waktunya untuk
membaca novel.
Dia
berjalan mondar-mandir di rak buku yang berisi puluhan novel itu untuk memilih
novel mana yang hendak dibacanya.Akan tetapi sesuatu terjadi padanya.Dia
melihat tumpukan buku di rak paling atas hendak jatuh mengenai seseorang di
bawahnya.Entahlah kenapa buku itu hendak terjatuh, mungkin karena dorongan
orang yang ingin mengambil buku dari arah belakangnya hingga tidak tahu bahwa
buku dibagian depannya terjatuh dan menimpa Reta.
Sebenarnya
seharusnya bukan Reta yang terluka tapi seorang gadis yang sebaya dengannya yang
berada di bawah rak itu yang terluka jika saja Reta tidak menarik tangannya
untuk segera nenyingkir.Dan seolah langkah kakinya kurang cepat, dia malah
terlambat untuk menyelamatkan dirinya sendiri.
“Mbak
nggak papa?” tanya gadis yang tengah diselamatkan oleh Reta.
“Ah..aku…,”
belum sempat Reta mengatakan bahwa dia tidak apa-apa karena buku yang jatuh
itu, seseorang tiba-tiba datang dan menghujaninya dengan beribu pertanyaan
sembari memeriksa dirinya dengan seksama.
“Kau
tidak apa-apa?Kau terluka?Apa ada yang sakit? Apa perlu aku antar kamu ke
poliklinik?”
“Kau…kenapa
bisa disini?”
“Kenapa
balik bertanya.Ayo kita obati lukamu dulu..,” ucap Zelvin setelah mendapati
dahi Reta tergores luka, mungkin diakibatkan oleh sampul beberapa buku yang
keras.
“Aku
tidak apa-apa.Kau tidak perlu khawatir.Petugas perpus yang akan membereskan
semua ini,” ucap Reta pada gadis itu untuk mengisyaratkan pada gadis itu bahwa
gadis itu boleh pergi sekarang.
Kau
bodoh, apanya yang tidak apa-apa.Kau terluka. Kau tahu itu akan mencelakai
gadis tadi, tapi kenapa malah kau yang terluka,”
“Ah…tadinya
aku pengen menyanggah buku itu dengan tanganku agar tidak jatuh.Tapi, kau tahu
sendiri aku tak punya kaki yang cukup panjang untuk menjangkaunya. Jadi, aku
meariknya dan ternyata aku sendiri yang terlambat menghindar,”
“Dasar
bodoh. Jika tidak bisa menolongnya kenapa harus mencelakai diri sendiri..!!!”
“Berhentilah
mengataiku bodoh, aku benci itu.Tapi, kenapa kau tiba-tiba disini.Dan di perpus
yang sebesar ini kenapa kamu tiba-tiba tahu aku terluka di deretan rak ini?
Jangan..jangan…kau….,” duga Reta.
“Jangan
salah sangka dulu. Aku kesini..emmm…karena..kami sedang mengintaimu,”
“Maksudmu
?Kami? Kau bersama orang lain mengintaiku…?”
“Ah…iya
kau tahu kan Nico temanku yang kuceritakan waktu itu, dia mengajakku
mengintaimu hari ini. Jika bukan karena itu maka mana mungkin orang kayak aku
ini masuk ke tempat seperti ini,”
“Terus
mana temanmu itu?”
“Oh,
dia sedang ke kantin,” Reta bangkit dari tempatnya dimana petugas perpus sudah
siap untuk membereskan buku-buku yang sempat menimpa kepala Reta.
Zelvin
pun bertanya,” kamu mau kemana?”
“Nyari
temenmu. Dia pasti di kantin deket sini kan?”
“Ah…dia..dia
bilang mau langsung kembali ke kelas katanya dari kantin. Emangnya mau
ngapain?”
“Aku
mau nyuruh dia berhenti mengintaiku. Dia seperti penguntit tahu…,”
“Ah..kamu
nggak berhak dong melarang dia mengintai orang yang disukainya. Dan kamu juga
nggak berhak untuk melarang seseorang menyukaimu..,”
“Tapi…aku…..,”
“Kenapa?
Karena kamu masih belum bisa membuka hatimu untuk orang lain? Atau karena kamu
masih menyukai Nendra?” ucap Zelvin dengan intonasi sedikit naik dan geram.
“Kamu
ini ngomong apa sih.Sudahlah aku mau ambil plester dan memasangnya di lukaku
dulu,” ucap Reta mengalihkan topic pembicaraan yang hendak di buat Zelvin.Reta
mengambil plester dan menmpelkannya di bagian dahinya yang terluka.Namun, dia
kesulitan untuk meletakkan plester itu tepat di lukanya.
“Ada
hal-hal yang tidak bisa kau lakukan sendiri. Dan kau harus meminta pertolongan
orang lain,” ucap Zelvin sembari merampas plester dari tangan Reta dan membantu
gadis itu untuk memasangnya. Reta memandangi Zelvin dengan seksama, dia heran
apa yang telah terjadi pada Zelvin hingga dia tak seperti Zelvin yang
dikenalnya selama 12 tahun itu. Zelvin pun menyadari bahwa kini wajahnya telah
dipandangi oleh Reta.Dan dia pun lagi-lagi mengejek Reta habis-habisan.
“Kenapa
kau liatin aku seperti itu? Apa kau baru sadar bahwa aku ganteng?” tanya Zelvin
mengejutkan Reta dengan tiba-tiba sembari melepaskan kedua tangannya dari dahi
Reta.
“Ah…kau
ini kepedean,” jawab Reta singkat, lalu diapun beranjak pergi meninggalkan
Zelvin yang masih duduk di kursi perpus.
*****
0 comments:
Posting Komentar