Kamis, 03 Oktober 2019

Reca

Edit Posted by with No comments


Entah jingga ataukah masih abu-abu. Aku tidak tahu seperti apa rupa dari perasaan itu saat ini. Apakah masih ada yang mengendapp diam-diam dalam hati. Ataukah semuanya telah menguap bagai air menjadi udara. Aku juga tidak tahu...

Seringkali aku renungi, bagaimana sebenarnya perasaan ini?. Apa sebenarnya yang diinginkan oleh hati ini. Tapi, tiap kali juga namamu akan tiba-tiba hadir. Menyeruak begitu saja tanpa bisa ku hindari. Ia membawa kenangan bersamanya. Tawamu, amarahmu, diammu, bencimu, candamu semuanya yang menjadu candu untukku.

"Ah, begitu hebat satu nama itu, satu nama yang tak pernah bisa ku hapus begitu saja dalam hidupku," pikirku.

Bagaikan menemukan oase di gurun sahara, seperti itulah ketika aku menemukanmu. Bagaikan warna monokrom yang berubah menjadi pelangi seperti itulah ketika aku menemukanmu. Tanah datar yang biasanya ku pijak, seolah berubah menjadi terasiring ketika aku menemukanmu. Entah mengapa, setelah bertemu denganmu semua rasa bergabung menjadi satu. Kadang ada tangis, tawa, resah, tenang, sedih, bahagia, semua bercampur menjadi satu.

Kamu penyuka sunyi. Kamu lebih memilih kesunyian diantara keramaian yang bisa jadi mencipta bahagia dan keceriaan untukmu. Aku berulang kali harus berusaha menarikmu keluar dari dunia itu dan mengenalkanmu pada dunia orang-orang bersenda gurau bersama. Tapi, seringkali pula aku gagal melakukannya. Dan kemudian, akupun sadar kenapa aku selalu saja gagal melakukannya. Karena sejatinya sama sepertimu, aku juga penyuka sunyi.

Aku terbiasa merenung sendiri. Memeluk sunyi dalam keterdiaman. Menghabiskan waktu dalam kesepian yang berkepanjangan. Hanya sendiri. Tanpa suara, tanpa langkah, aku seolah reca. Dan aku tidak ingin kamu sepertiku. Itulah kenapa seringkali kali aku mengganggumu dan berulah mencipta kejengkelan untukmu. Agar kamu tahu bahwa aku ada disampingmu, selalu dalam segala macam situasi apapun. Aku ada.

Dua tahun saling mengenal sama-sama namun tetap tak mengubahku menjadi manusia. Aku tetaplah reca, meski kamu berubah menjadi manusia sejati sama seperti yang lainnya. Mengenal cinta, merasakan kehangatan disayangi, kamu menjadi manusia seutuhnya. Sementara aku tetap memilih menjadi reca terlebih ketika aku mendengar bahwa kamu tidak mungkin menjatuhkan hati pada temanmu sendiri. Aku, seutuhnya telah berubah menjadi reca saat itu juga. 

Aku membunuh mati perasaanku yang bahkan baru muncul kecambahnya. Aku menutup diri dari keramaian yang biasanya aku tawarkan padamu agar kamu memeluknya, bukan sunyi dan sepi yang kan kamu peluk dalam diam dan kesendirian. Biar, aku saja yang bersahabat dengan mereka. Biar aku saja yang tetap menjadi aku yang dulu, sementara kamu jangan. Berbahagialah pada dunia baru yang kamu kenal. Dan biar aku yang tetap setia pada sunyi, tetap merengkuh sepi. Biarkan aku tetap kembali menjadi reca....

#Reca
#e


Pasuruan, 26 September 2019

0 comments:

Posting Komentar