Selasa, 10 Juli 2018

Bab 5

Edit Posted by with No comments


Aku tidak bisa melupakannya
Lebih tepatnya aku tidak mau melupakannya
Dia cinta pertamaku
Bagaimana mungkin aku bisa melupakannya?
Aku hanya tidak memikirkannya setiap hari
~Reta~
            Beberapa hari terakhir ini Zelvin rutin mengunjungi kos Reta. Tak apapun yang dia katakan atau bicarakan dengan Reta.Dia hanya tidur-tiduran di sofa ruang tamu Reta dan setelahnya dia pergi. Reta merasa tidak enak dengan mbak kos nya yang pacaran tiap hari minggu itu, karena dia pikir keberadaan Zelvin mengganggu mbak kos nya yang tengah asyik kencan.
            Reta tidak bertanya atau menebak apa yang tengah terjadi dengan cowok itu. Karena Reta tahu jawabannya pasti sama dengan sebelum-sebelumnya yakni karena sahabatnya Nico begitu menyukai Reta.
            Tapi Reta mencoba bertanya sekali lagi padanya. Karena dia sudah geram melihat kelakuan dari cowok yang dulu bahkan enggan untuk mengucapkan “say hallo” padanya tiap kali bertemu. Namun, kali ini cowok itu malah rutin datang ke kos Reta. Apa dia bertengkar dengan ceweknya? Dan lain-lain berjuta alasan di cari Reta untuk mencari tahu maksud kedatangan cowok itu karena dia sendiri tidak cukup yakin bahwa semua itu karena Nico.Memangnya siapa Nico hingga bisa memerintahnya seperti itu.
            “Memangnya siapa sih Nico itu?Kenapa kau mau-maunya diperintah olehnya.Ajak aku menemuinya besok.Aku pasti akan memarahinya dan menyuruhnya berhenti menguntitku,” ucap Reta pada Zelvin yang baru saja tiba di kosnya itu.
            Tapi, Zelvin tak menjawab satupun pertanyaan Reta.Dia hanya merebahkan dirinya di kursi seperti biasanya.Tapi Reta tetap menghujaninya dengan beribu pertanyaan.
            “Kalau kau tidak berani menghadapi dia atau ngomong padanya kalau aku melarang dia untuk tidak menguntitku lagi maka aku yang akan mengatakan padanya. Aku akan menemuinya dan aku akan…,” tiba-tiba saja perkataan Reta terhenti. Dia merasakan kehangatan di bibirnya meskipun sevepat kilat.Dia tak bisa mengatakan apapun lagi ketika Zelvin tiba-tiba mengecup bibirnya.Dia terdiam masih mematung di tempat duduknya sementara Zelvin kembali berbaring di sofa itu.
            Reta bergegas naik ke atas menuju kamarnya.Dia meninggalkan Zelvin yang sedang menikmati sofa empuk di ruang tamunya itu.Dia membiarkan dirinya untuk berpikir sendiri. Tapi, dia tak mau berlama-lama, takut Zelvin akan berpikir bahwa dia sedang memikirkan arti ciuman tadi meskipun benar itu memang ciuman pertamanya.
            Dia memaki Zelvin habis-habisan dalam hatinya.“Memangnya siapa dia bisa menciumku, mencuri ciuman pertamaku,” batinya.Sebelum akhirnya dia memutuskan untuk turun kembali ke ruang tamu.
            Zelvin tahu kedatangan Reta.Ia bisa merasakannya bahwa gadis itu tengah duduk disampingnya dan menghadapnya dengan segudang pertanyaan.Tapi, dia enggan untuk membuka matanya dan berkata “Aku melakukan itu hanya agar kau bisa diam..,” jelasnya.
            “Oh…,” tanggapan Reta singkat. “Jadi, bukan karena Nico lagi?” tanya Reta selanjutnya.
            “Memangnya kau pikir itu karena suruhan Nico? Ya, nggak mungkinlah dia menyuruh sahabatnya sendiri mencuri ciuman dari gadis yang disukainya,”
            “Hmmm…yak au benar..,” ujar Reta.
            Zelvin membuka matanya dan mengamati mimic muka gadis dihadapannya itu. Tapi Reta tak menyadarinya.Dia hanya sibuk sendiri dan tenggelam dalam lamunanya.Kemudian dia tersentak kaget mendengar pertanyaan Zelvin yang berulang dari pertanyaan yang pernah dikemukakannya sebelumnya namun tak di gubris oleh Reta.
            “Kau masih belum bisa melupakan Nendra?”
            Reta tak menjawab. Dan Zelvin memohon : “Jawablah…,”
            Reta pun angkat bicara. “Apa ini karena Nico..Nico yang…,” omongannya terputus oleh perkataan Zelvin yang menyelanya kemuadian.
            “Bukan..bukan karena Nico, tapi karena aku…,” jawabnya. Persetan, aku nggak peduli kalau sandiwara ini akan terbongkar,” batin Zelvin.
            Reta kaget, dia mengamati cowok yang berada dihadapannya itu dan dia tidak berani lagi untuk bertanya.Tersimpan raut kekhawatiran dari wajah tampan yang tengah menatapnya itu.
            “Ya, kau benar.Aku masih belum bisa melupakannya. Aku hanya tidak memikirkannya setiap hari,”
            “Tapi, dia sekarang….,”
            “Aku tahu, dia bersama sahabatku sekarang dan harusnya aku sudah tidak boleh memikirkannya lagi,” ucap Reta seolah dapat memperkirakan apa yang hendak Zelvin tanyakan.
            “Kau..sungguh..sungguh…maksudku bagaimana mungkin kau belum bisa melupakannya. Dia memilih temanmu, lantas sahabatmu tanpa pernah memikirkan perasaanmu, tapi kau…,”
            “Ada apa denganmu Vin?” sela Reta.
            “Kau tidak tahu?Apa kau bodoh?”Zelvin balik bertanya.“Kau memang benar-benar bodoh hingga tak menyadarinya,” ucap Zelvin terakhir kalinya sebelum pergi meninggalkan Reta.
*****








0 comments:

Posting Komentar