Aku tidak bisa melupakannya
Lebih tepatnya aku tidak mau
melupakannya
Dia cinta pertamaku
Bagaimana mungkin aku bisa
melupakannya?
Aku hanya tidak memikirkannya setiap
hari
~Reta~
Beberapa
hari terakhir ini Zelvin rutin mengunjungi kos Reta. Tak apapun yang dia
katakan atau bicarakan dengan Reta.Dia hanya tidur-tiduran di sofa ruang tamu
Reta dan setelahnya dia pergi. Reta merasa tidak enak dengan mbak kos nya yang
pacaran tiap hari minggu itu, karena dia pikir keberadaan Zelvin mengganggu
mbak kos nya yang tengah asyik kencan.
Reta
tidak bertanya atau menebak apa yang tengah terjadi dengan cowok itu. Karena
Reta tahu jawabannya pasti sama dengan sebelum-sebelumnya yakni karena
sahabatnya Nico begitu menyukai Reta.
Tapi
Reta mencoba bertanya sekali lagi padanya. Karena dia sudah geram melihat
kelakuan dari cowok yang dulu bahkan enggan untuk mengucapkan “say hallo”
padanya tiap kali bertemu. Namun, kali ini cowok itu malah rutin datang ke kos
Reta. Apa dia bertengkar dengan ceweknya? Dan lain-lain berjuta alasan di cari
Reta untuk mencari tahu maksud kedatangan cowok itu karena dia sendiri tidak
cukup yakin bahwa semua itu karena Nico.Memangnya siapa Nico hingga bisa
memerintahnya seperti itu.
“Memangnya
siapa sih Nico itu?Kenapa kau mau-maunya diperintah olehnya.Ajak aku menemuinya
besok.Aku pasti akan memarahinya dan menyuruhnya berhenti menguntitku,” ucap
Reta pada Zelvin yang baru saja tiba di kosnya itu.
Tapi,
Zelvin tak menjawab satupun pertanyaan Reta.Dia hanya merebahkan dirinya di
kursi seperti biasanya.Tapi Reta tetap menghujaninya dengan beribu pertanyaan.
“Kalau
kau tidak berani menghadapi dia atau ngomong padanya kalau aku melarang dia
untuk tidak menguntitku lagi maka aku yang akan mengatakan padanya. Aku akan
menemuinya dan aku akan…,” tiba-tiba saja perkataan Reta terhenti. Dia
merasakan kehangatan di bibirnya meskipun sevepat kilat.Dia tak bisa mengatakan
apapun lagi ketika Zelvin tiba-tiba mengecup bibirnya.Dia terdiam masih
mematung di tempat duduknya sementara Zelvin kembali berbaring di sofa itu.
Reta
bergegas naik ke atas menuju kamarnya.Dia meninggalkan Zelvin yang sedang
menikmati sofa empuk di ruang tamunya itu.Dia membiarkan dirinya untuk berpikir
sendiri. Tapi, dia tak mau berlama-lama, takut Zelvin akan berpikir bahwa dia
sedang memikirkan arti ciuman tadi meskipun benar itu memang ciuman pertamanya.
Dia
memaki Zelvin habis-habisan dalam hatinya.“Memangnya siapa dia bisa menciumku,
mencuri ciuman pertamaku,” batinya.Sebelum akhirnya dia memutuskan untuk turun
kembali ke ruang tamu.
Zelvin
tahu kedatangan Reta.Ia bisa merasakannya bahwa gadis itu tengah duduk
disampingnya dan menghadapnya dengan segudang pertanyaan.Tapi, dia enggan untuk
membuka matanya dan berkata “Aku melakukan itu hanya agar kau bisa diam..,”
jelasnya.
“Oh…,”
tanggapan Reta singkat. “Jadi, bukan karena Nico lagi?” tanya Reta selanjutnya.
“Memangnya
kau pikir itu karena suruhan Nico? Ya, nggak mungkinlah dia menyuruh sahabatnya
sendiri mencuri ciuman dari gadis yang disukainya,”
“Hmmm…yak
au benar..,” ujar Reta.
Zelvin
membuka matanya dan mengamati mimic muka gadis dihadapannya itu. Tapi Reta tak
menyadarinya.Dia hanya sibuk sendiri dan tenggelam dalam lamunanya.Kemudian dia
tersentak kaget mendengar pertanyaan Zelvin yang berulang dari pertanyaan yang
pernah dikemukakannya sebelumnya namun tak di gubris oleh Reta.
“Kau
masih belum bisa melupakan Nendra?”
Reta
tak menjawab. Dan Zelvin memohon : “Jawablah…,”
Reta
pun angkat bicara. “Apa ini karena Nico..Nico yang…,” omongannya terputus oleh
perkataan Zelvin yang menyelanya kemuadian.
“Bukan..bukan
karena Nico, tapi karena aku…,” jawabnya. Persetan,
aku nggak peduli kalau sandiwara ini akan terbongkar,” batin Zelvin.
Reta
kaget, dia mengamati cowok yang berada dihadapannya itu dan dia tidak berani
lagi untuk bertanya.Tersimpan raut kekhawatiran dari wajah tampan yang tengah
menatapnya itu.
“Ya,
kau benar.Aku masih belum bisa melupakannya. Aku hanya tidak memikirkannya
setiap hari,”
“Tapi,
dia sekarang….,”
“Aku
tahu, dia bersama sahabatku sekarang dan harusnya aku sudah tidak boleh
memikirkannya lagi,” ucap Reta seolah dapat memperkirakan apa yang hendak
Zelvin tanyakan.
“Kau..sungguh..sungguh…maksudku
bagaimana mungkin kau belum bisa melupakannya. Dia memilih temanmu, lantas
sahabatmu tanpa pernah memikirkan perasaanmu, tapi kau…,”
“Ada
apa denganmu Vin?” sela Reta.
“Kau
tidak tahu?Apa kau bodoh?”Zelvin balik bertanya.“Kau memang benar-benar bodoh
hingga tak menyadarinya,” ucap Zelvin terakhir kalinya sebelum pergi
meninggalkan Reta.
*****
0 comments:
Posting Komentar