AUTHOR'S POV
Mobil Honda Jazz berwarna putih telah
tiba di parkiran sekolah SMA Pelita Harapan tepat 5 menit sebelum bel masuk
berbunyi. Semua siswa-siswi yang melihat melihat mobil itu dan penasaran dengan
siapa yang berada di dalamnya. Ketika melihat Reynand turun dari mobil itu para
kaum hawa sontak melotot dan memandangi wajah Reynand dengan kagum, namun
beberapa detik kemudian Anastasya pun turun dari mobil yang sama dari pintu
penumpang bagian depan. Semua terheran-heran melihat bahwa gadis yang semobil
dengan Reynand adalah Anastasya. Banyak dari mereka mencibir dan tidak suka
melihat kenyataan itu. Mereka mengucapkan rasa tidak sukanya kepada Anastasya
dengan cibiran-cibiran yang memekakkan telinga Anastasya, pasalnya Anastasya
tidak akan peduli dengan cibiran yang nyatanya berisi fitnah tentang dirinya
itu karena telah terbiasa. Hanya saja, entah mengapa kali ini Anastasya menjadi
geram, hingga kemudian dia pun mengatakan sesuatu pada segerombolan kaum hawa
yang berdiri berjajar di jalan yang akan dilewatinya itu.
"Kenapa loe liatin gue kayak
gitu?" tanya Anastasya tanpa menuntut jawaban karena dirinya sudah
mengatakan sesuatu lagi setelah pertanyaannya itu. "Loe gak pernah liat
cewek cantik ya, makanya liatin gue sampek begitunya...," ucap Anastasya
sembari berjalan melewati mereka semua dan meninggalkan mereka dengan
cibiran-cibiran yang masih berlanjut.
Reynand yang melihat hal itu pun hanya
menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan Anastasya. Ia pun kemudian
hanya tersenyum ramah kepada para siswi-siswi itu dan kemudian berjalan
mengejar Anastasya.
Ketika sudah sampai di kelas XI-IPA 1,
Anastasya meletakkan tasnya di atas bangku sebelum dirinya menarik kursi dan
duduk di bangkunya. Namun tiba-tiba Reynand menarik tangannya hingga dia masih
dalam posisi berdiri dan urung untuk duduk. Dan karena perlakuan Reynand itulah
akhirnya Anastasya pun menjadi marah.
"Ngapain si loe....?" tanya
Anastasya sembari berusaha melepaskan genggaman Reynand di pergelangan
tangannya.
"Loe...yang ngapain? Kenapa sih
musti bersikap kayak gitu ke mereka?" tanya Reynand meminta penjelasan
atas sikap Anastasya terhadap siswa-siswi tadi.
"Tapi kan loe bisa nanggepin
mereka dengan baik-baik. Gak perlu pakek muka sinis dan jutek gitu pada mereka.
Dengan loe bersikap seperti itu loe malah bikin membenarkan dugaan dan
prasangka mereka ke loe, dan itu secara otomatis akan ngebuat mereka makin
membenci loe...," jelas Reynand.
"Gue gak peduli, semakin benci
atau tidak mereka sama gue. Dan satu hal lagi, gue tegesin ke loe ya. Loe bukan
siapa-siapa gue, loe hanya anak baru yang kebetulan juga jadi tetangga di
samping rumah gue. Lebih dari itu loe bukan siapa-siapa. Jadi, loe gak da hak
buat campurin kehidupan gue...!" ucap Anastasya dengan dengusan kesal dan
kemudian dia pun melepaskan genggaman tangan Reynand dengan paksa.
Mendengar perkataan Anastasya yang
menohok hatinya tersebut, Reynand tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia
membenarkan semua yang dikatakan oleh Anastasya bahwa dirinya memang tidak
punya hak untuk mencampuri bagaimana cara Anastasya menjalani hidupnya. Tapi,
satu yang membuat Reynand masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya dari
gadis itu, yaitu bahwa gadis itu berubah begitu banyak dari apa yang diingatnya
dulu.
"Loe berubah Anastasya, atau ini
memang sisi dirimu yang sebenarnya yang tak gue ketahui...," batin Reynand
yang kemudian kembali ke tempat duduknya di belakang gadis itu karena pelajaran
segera di mulai.
REYNAND'S POV
Gue nggak bisa konsen sama sekali buat
nyimak semua pelajaran yang diterangkan oleh guru gue hari ini. Bagaimana
mungkin gue bisa berkonsentrasi, kalau pikiran gue masih memikirkan satu hal
yakni tentang cewek itu, "Anastasya C. Gracella". Sebelumnya
saat pertama kali gue ketemu cewek ini di pintu gerbang sekolah beberapa waktu
lalu, gue belum menyadarinya bahwa dia adalah gadis kecil itu, gadis kecil yang
sering diceritakan oleh sepupu gue dulu. Gue baru sadar ketika gue dan nyokap
bokap gue berkunjung ke rumah cewek itu dan disana gue gak sengaja ngeliat foto
masa kecil gadis itu di pygora ruang tamu rumahnya.
Namun, hal yang membuat gue nggak
percaya bahwa dia adalah benar gadis yang diceritakan oleh sepupu gue dulu
adalah kepribadian gadis itu. Kepribadian gadis itu yang ku ketahui sangat
berbeda dengan apa yang diceritakan oleh sepupu gue dulu.
"Dia gadis yang sangat baik,
cantik dan manis yang pernah gue kenal Rey. Dia seorang gadis yang berbeda dari
yang lainnya yang bisa membuat gue berubah dari seorang playboy menjadi lelaki
yang baik seperti saat itu. Tapi, gue nggak bisa jaga dia lama-lama Rey, karena
itu gue mohon pada loe, gantiin posisi gue buat jagain dia, loe mau kan
Rey...," ucap Alfan kala itu.
Gue hanya bisa merasakan sesak ketika
mengingat ucapan Alfan itu. Gue selalu bertanya-tanya dalam hati gue, bisakah
gue mengabulkan permintaan terakhirnya? Bisakah gue ngejagain gadis yang sangat
dicintainya itu? Sementara saat itu gue bahkan nggak tahu dimana keberadaan
gadis itu yang tiba-tiba pindah ke luar kota bersama keluarganya.
Namun sekarang ketika gue sudah bisa
menemukan gadis itu, gue bertanya-tanya lagi dalam hati gue. Bisakah gue
menjaga gadis itu, jika gadis itu malah menarik jauh dirinya dari gue? Bisakah
gue mengembalikan gadis itu seperti dulu lagi, dan menjaganya seperti
permintaan Alfan?
Alfan sangat berharga dalam hidup gue,
dia nggak hanya seorang sepupu tapi sudah seperti separuh jiwa gue. Pasalnya
dia memberikan semua yang dia punya ke gue, dia bersedia membagi cinta orang
tuanya buat gue, dia bersedia membagi semua miliknya ke gue, dan dialah yang
membuat gue bisa bangkit dari keterpurukan gue ketika gue di tinggal oleh kedua
orang tua kandung gue. Sampai akhirnya diapun membuat gue merasakan kehilangan
lagi beberapa tahun yang lalu ketika dia harus meninggalkan gue selamanya
karena penyakit kelainan jantung yang dideritanya itu.
Gue menggeleng-gelengkan kepala gue
dan mencoba untuk menghilangkan semua pikiran gue dari kenangan masa lalu itu.
Gue kembali mencoba untuk berkonsentrasi mengikuti pelajaran yang masih
berlanjut, namun pandangan gue malah tertuju pada sosok yang duduk tepat di
depan gue, sesosok pemilik rambut berkuncir kuda itu. Hingga membuat gue harus
menghembuskan nafas gue dengan berat.
"Apa yang harus gue lakukan ke
loe selanjutnya?" gumam gue.
ANASTASYA'S POV
Gue merasa nggak enak setelah
mengatakan hal itu pada Reynand. Gue tahu gue keterlaluan, tapi gue ngerasa
kesal aja kalau dia terlalu mencampuri urusan gue. Bukan apa-apa gue dan dia
baru aja kenal tapi dia bersikap seolah dia mengenal gue lama. Gue mendengus
kesal sendiri dengan sikap gue, kenapa gue bisa selalu nggak bisa ngontrol
emosi kalau deket dengan dia.
"Ada apa dengan gue?" batin
gue.
Namun, selang beberapa saat ketika gue
hendak memulai mencoba untuk fokus pada pelajaran yang tengah berlangsung, gue
merasa bahwa seseorang tengah memandang gue dari belakang. Gue nggak tahu apa
itu cuman perasaan gue aja atau apa. Tapi, entah mengapa gue menjadi yakin
bahwa sekarang Reynand memandang gue dari belakang.
"Apa yang harus gue lakuin ke loe
nanti, Nand?" gumam gue.
*****
0 comments:
Posting Komentar