Jumat, 13 Juli 2018

Five

Edit Posted by with No comments


AUTHOR'S POV
Mobil Honda Jazz berwarna putih telah tiba di parkiran sekolah SMA Pelita Harapan tepat 5 menit sebelum bel masuk berbunyi. Semua siswa-siswi yang melihat melihat mobil itu dan penasaran dengan siapa yang berada di dalamnya. Ketika melihat Reynand turun dari mobil itu para kaum hawa sontak melotot dan memandangi wajah Reynand dengan kagum, namun beberapa detik kemudian Anastasya pun turun dari mobil yang sama dari pintu penumpang bagian depan. Semua terheran-heran melihat bahwa gadis yang semobil dengan Reynand adalah Anastasya. Banyak dari mereka mencibir dan tidak suka melihat kenyataan itu. Mereka mengucapkan rasa tidak sukanya kepada Anastasya dengan cibiran-cibiran yang memekakkan telinga Anastasya, pasalnya Anastasya tidak akan peduli dengan cibiran yang nyatanya berisi fitnah tentang dirinya itu karena telah terbiasa. Hanya saja, entah mengapa kali ini Anastasya menjadi geram, hingga kemudian dia pun mengatakan sesuatu pada segerombolan kaum hawa yang berdiri berjajar di jalan yang akan dilewatinya itu.
"Kenapa loe liatin gue kayak gitu?" tanya Anastasya tanpa menuntut jawaban karena dirinya sudah mengatakan sesuatu lagi setelah pertanyaannya itu. "Loe gak pernah liat cewek cantik ya, makanya liatin gue sampek begitunya...," ucap Anastasya sembari berjalan melewati mereka semua dan meninggalkan mereka dengan cibiran-cibiran yang masih berlanjut.
Reynand yang melihat hal itu pun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan Anastasya. Ia pun kemudian hanya tersenyum ramah kepada para siswi-siswi itu dan kemudian berjalan mengejar Anastasya.
Ketika sudah sampai di kelas XI-IPA 1, Anastasya meletakkan tasnya di atas bangku sebelum dirinya menarik kursi dan duduk di bangkunya. Namun tiba-tiba Reynand menarik tangannya hingga dia masih dalam posisi berdiri dan urung untuk duduk. Dan karena perlakuan Reynand itulah akhirnya Anastasya pun menjadi marah.
"Ngapain si loe....?" tanya Anastasya sembari berusaha melepaskan genggaman Reynand di pergelangan tangannya. 
"Loe...yang ngapain? Kenapa sih musti bersikap kayak gitu ke mereka?" tanya Reynand meminta penjelasan atas sikap Anastasya terhadap siswa-siswi tadi.
"Tapi kan loe bisa nanggepin mereka dengan baik-baik. Gak perlu pakek muka sinis dan jutek gitu pada mereka. Dengan loe bersikap seperti itu loe malah bikin membenarkan dugaan dan prasangka mereka ke loe, dan itu secara otomatis akan ngebuat mereka makin membenci loe...," jelas Reynand.
"Gue gak peduli, semakin benci atau tidak mereka sama gue. Dan satu hal lagi, gue tegesin ke loe ya. Loe bukan siapa-siapa gue, loe hanya anak baru yang kebetulan juga jadi tetangga di samping rumah gue. Lebih dari itu loe bukan siapa-siapa. Jadi, loe gak da hak buat campurin kehidupan gue...!" ucap Anastasya dengan dengusan kesal dan kemudian dia pun melepaskan genggaman tangan Reynand dengan paksa. 
Mendengar perkataan Anastasya yang menohok hatinya tersebut, Reynand tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia membenarkan semua yang dikatakan oleh Anastasya bahwa dirinya memang tidak punya hak untuk mencampuri bagaimana cara Anastasya menjalani hidupnya. Tapi, satu yang membuat Reynand masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya dari gadis itu, yaitu bahwa gadis itu berubah begitu banyak dari apa yang diingatnya dulu.
"Loe berubah Anastasya, atau ini memang sisi dirimu yang sebenarnya yang tak gue ketahui...," batin Reynand yang kemudian kembali ke tempat duduknya di belakang gadis itu karena pelajaran segera di mulai.
REYNAND'S POV
Gue nggak bisa konsen sama sekali buat nyimak semua pelajaran yang diterangkan oleh guru gue hari ini. Bagaimana mungkin gue bisa berkonsentrasi, kalau pikiran gue masih memikirkan satu hal yakni tentang cewek itu,  "Anastasya C. Gracella". Sebelumnya saat pertama kali gue ketemu cewek ini di pintu gerbang sekolah beberapa waktu lalu, gue belum menyadarinya bahwa dia adalah gadis kecil itu, gadis kecil yang sering diceritakan oleh sepupu gue dulu. Gue baru sadar ketika gue dan nyokap bokap gue berkunjung ke rumah cewek itu dan disana gue gak sengaja ngeliat foto masa kecil gadis itu di pygora ruang tamu rumahnya. 
Namun, hal yang membuat gue nggak percaya bahwa dia adalah benar gadis yang diceritakan oleh sepupu gue dulu adalah kepribadian gadis itu. Kepribadian gadis itu yang ku ketahui sangat berbeda dengan apa yang diceritakan oleh sepupu gue dulu.
"Dia gadis yang sangat baik, cantik dan manis yang pernah gue kenal Rey. Dia seorang gadis yang berbeda dari yang lainnya yang bisa membuat gue berubah dari seorang playboy menjadi lelaki yang baik seperti saat itu. Tapi, gue nggak bisa jaga dia lama-lama Rey, karena itu gue mohon pada loe, gantiin posisi gue buat jagain dia, loe mau kan Rey...," ucap Alfan kala itu.
Gue hanya bisa merasakan sesak ketika mengingat ucapan Alfan itu. Gue selalu bertanya-tanya dalam hati gue, bisakah gue mengabulkan permintaan terakhirnya? Bisakah gue ngejagain gadis yang sangat dicintainya itu? Sementara saat itu gue bahkan nggak tahu dimana keberadaan gadis itu yang tiba-tiba pindah ke luar kota bersama keluarganya.
Namun sekarang ketika gue sudah bisa menemukan gadis itu, gue bertanya-tanya lagi dalam hati gue. Bisakah gue menjaga gadis itu, jika gadis itu malah menarik jauh dirinya dari gue? Bisakah gue mengembalikan gadis itu seperti dulu lagi, dan menjaganya seperti permintaan Alfan?
Alfan sangat berharga dalam hidup gue, dia nggak hanya seorang sepupu tapi sudah seperti separuh jiwa gue. Pasalnya dia memberikan semua yang dia punya ke gue, dia bersedia membagi cinta orang tuanya buat gue, dia bersedia membagi semua miliknya ke gue, dan dialah yang membuat gue bisa bangkit dari keterpurukan gue ketika gue di tinggal oleh kedua orang tua kandung gue. Sampai akhirnya diapun membuat gue merasakan kehilangan lagi beberapa tahun yang lalu ketika dia harus meninggalkan gue selamanya karena penyakit kelainan jantung yang dideritanya itu.
Gue menggeleng-gelengkan kepala gue dan mencoba untuk menghilangkan semua pikiran gue dari kenangan masa lalu itu. Gue kembali mencoba untuk berkonsentrasi mengikuti pelajaran yang masih berlanjut, namun pandangan gue malah tertuju pada sosok yang duduk tepat di depan gue, sesosok pemilik rambut berkuncir kuda itu. Hingga membuat gue harus menghembuskan nafas gue dengan berat.
"Apa yang harus gue lakukan ke loe selanjutnya?" gumam gue.

ANASTASYA'S POV
Gue merasa nggak enak setelah mengatakan hal itu pada Reynand. Gue tahu gue keterlaluan, tapi gue ngerasa kesal aja kalau dia terlalu mencampuri urusan gue. Bukan apa-apa gue dan dia baru aja kenal tapi dia bersikap seolah dia mengenal gue lama. Gue mendengus kesal sendiri dengan sikap gue, kenapa gue bisa selalu nggak bisa ngontrol emosi kalau deket dengan dia. 
"Ada apa dengan gue?" batin gue.
Namun, selang beberapa saat ketika gue hendak memulai mencoba untuk fokus pada pelajaran yang tengah berlangsung, gue merasa bahwa seseorang tengah memandang gue dari belakang. Gue nggak tahu apa itu cuman perasaan gue aja atau apa. Tapi, entah mengapa gue menjadi yakin bahwa sekarang Reynand memandang gue dari belakang.
"Apa yang harus gue lakuin ke loe nanti, Nand?" gumam gue.
*****












0 comments:

Posting Komentar