Jumat, 13 Juli 2018

Six

Edit Posted by with No comments


AUTHOR'S POV
Hari sudah menjelang sore ketika semua kesibukan para siswa-siswi sudah bubar karena latihan ekskul mereka yang biasanya diadakan sepulang sekolah berakhir. Anatasya yang tengah selesai dengan ekskul drumbandnya segera mengambil handphone dalam tas nya dan melakukan panggilan pada seseorang di seberang sana. Ia menelpon mamanya dan minta mamanya menjemputnya, tapi ternyata mamanya sedang sibuk dengan acara arisan yang digelar di rumah temannya dan dengan kata lain mamanya tidak bisa menjemputnya hari ini.
Anastasya mendengus agak kesal, karena selain kelelahan menderanya karena latihan marathon yang digelar ekskul drumband menjelang perlombaan antar sekolah yang diadakan satu bulan lagi, ia juga terpaksa harus naik angkot kembali karena lagi-lagi mobilnya tidak bisa digunakannya karena di servis. Ia berjalan keluar namun ketika mendengar sebuah suara klakson ia terlonjak kaget, dan kemudian detik berikutnya sebuah motor ninja merah bertengger disampingnya. Anastasya tahu siapa pemilik motor itu dan ia kemudian mengernyitkan dahinya ketika cowok itu menatapnya.
"Naik....," pinta cowok itu tanpa basa-basi.
"Apaan....?"
"Gue bilang naik Anastasya....," ucap Reynand.
"Maksud loe naik motor ini...," ucap Anastasya sembari menunjuk motor Reynand.
"Iya, memangnya yang mana lagi. Gue lagi nggak bawa mobil hari ini. Jadi gak usah protes, cepet naik dan ayo kita pulang...," jelas Reynand.
"Haaahhhh....,"
"Ekspresi loe nggak usah terkejut gitu napa. Gue ngelakuin ini karna nyokap loe tadi nelpon gue dan bilang suruh nebengin loe karena dia nggak bisa jemput loe,"
"Tap..tapi...harus ya naik motor ini...?"
"Iyalah...emang loe mau naik apaan?"
"Eng....gu..gue...naik angkot aja deh...," cetus Anastasya.
"Gak usah sok jaim gitu deh. Loe masih marah sama gue soal kejadian tempo hari?" tanya Reynand. "Gue janji gue nggak bakal ikut campur lagi masalah loe, gue cuman mau ngaterin loe pulang ke rumah seperti titah nyokap loe...," ucap Reynand.
"Gue nggak marah sama loe, Nand. Dan ngapain juga gue marah sama loe, gak da gunanya...," ucap Anastasya.
"Ya udah kalau gitu clear sudah masalah kita. Ayo buruan naik keburu malem nih...,"
"Tap...tapi...Nand...,"
"Gak usah tapi-tapian. Cepet naik atau gue yang bakal gendong loe dan dudukin loe di motor gue...,"
Anastasya pun langsung bergidik ngeri dan akhirnya dia pun naik dan duduk di motor Reynand. Motor pun melaju perlahan sampai keluar gerbang dan kemudian laju motornya menjadi semakin cepat dijalanan dan tentu saja hal itu membuat Anastasya ketakutan. Ia tak lagi berpegangan pada bahu Reynand, tetapi kini tangannya melingkar tepat dipinggang Reynand. Dia menutup matanya, menyembunyikan wajahnya dibalik punggung Reynand, dan memegang erat pinggang Reynand.
Reynand yang menyadari bahwa ada sesuatu yang melingkari pinggangnya pun tersenyum-senyum karena pemikirannya sendiri.
"Gitu sok jaim sama gue, akhirnya loe tertarik juga kan sama gue, sampai peluk-peluk gue segala...," pikir Reynand kemudian.
*****
Tiga puluh menit kemudian motor pun mendarat mulus di depan rumah Anastasya. Reynand yang menyadari bahwa Anastasya masih tidak bergerak dan tak melepaskan pelukannya dipinggangnya itupun mencoba untuk menyadarkan gadis itu.
Ketika mendengar suara Reynand yang berusaha untuk menyadarkannya bahwa mereka sudah sampai Anastasya pun mencoba untuk turun dari motor Reynand perlahan-lahan. Anastasya berjalan menuju bel rumah agar pembantunya membukakan pintu, ia berjalan tanpa berucap sepatah katapun pada Reynand. Dan Reynand yang menyadari bahwa gadis itu kini mencuekkannya lagi pun segera berjalan menuju gadis itu.
"Ish...gadis ini sungguh tidak punya sopan santun sama sekali. Sudah diantar sampai rumah tapi tidak berterima kasih sama sekali, malah main nyelonong gitu aja..," gumam Reynand. "Eh, loe...harusnya loe bilang terima kasih sudah gue anter pulang, bukannya....," ucapan Reynand terhenti ketika dia menyadari bahwa ada sesuatu yang terjadi pada gadis itu.
"Lo..loe kenapa?" tanya Reynand ketika melihat wajah gadis itu yang pucat pasi. Dapat dirasakannya juga bahwa tangan gadis itu yang berada digenggamannya beberapa detik lalu bergetar. 
"Gu...gue nggak apa-apa. Terima kasih...," ucap Anastasya. Kemudian dia pun meminta tolong kepada pembantu rumah tangganya untuk membawanya masuk ke dalam rumah. Pintu rumah tertutup sementara Reynand masih berdiri terpaku disana. Hingga beberapa saat kemudian ia pun berjalan membawa motornya untuk kembali ke rumahnya sendiri.
*****
REYNAND'S POV
Gue merebahkan diri gue di atas ranjang gue seusai membersihkan badan gue. Namun, tiba-tiba pikiran gue berkelana lagi pada kejadian beberapa jam yang lalu. Gue masih penasaran kenapa tiba-tiba muka tuh cewek menjadi pucat pasi. 
"Loe kenapa Anastasya...?" gumam Reynand.
AUTHOR'S POV
Namun, kemudian akhirnya dia melepas egonya dan hendak menemui gadis yang tinggal di sebelah rumahnya itu. Pasalnya dari tadi hingga menjelang malam kini, ia tak mendengar suara mobil mama atau papanya pulang, dan dapat dipastikan bahwa gadis itu sekarang sedang sendiri saja dirumahnya bersama dengan Bi Asih pembantunya. 
Reynand berjalan dan memencet bel rumah Anastasya dan keluarlah pembantu rumah tangga Anastasya membukakan pintu.
"Eh Den Reynand, ada perlu apa den?" tanya Bi Asih pada Reynand.
"Oh, saya mau ketemu Acha, Bi...," jawab Reynand.
"Oh, Non Acha nya lagi istirahat di kamarnya den," ucap Bi Asih.
"Istirahat? Jam segini?" tanya Reynand yang tidak percaya bahwa gadis itu mendekam di kamarnya saat jam masih menunjukkan pukul tujuh malam. 
"Iy..iya den. Non, Acha sedikit nggak enak badan den, tadi mukanya pucet kan...?"
"Ah, iya si Bi. Tapi, tadi disekolah dia baik-baik aja loh Bi, tapi kenapa dia tiba-tiba pucat saat sampai rumah....?" tanya Reynand heran.
"Aden sih bawa pulang Non Acha pakek motor, makanya Non Acha jadi begitu...," 
"Haahhh maksud bibi semua ini gara-gara saya?" 
"Lah iya den, Non Acha kan trauma naik motor den, dia pasti pucet pasi tiap kali naik motor. Makanya dia gak pernah mau naik motor den, dan bahkan Non Acha lebih memilih naik sesak-sesakan naik angkot daripada naik motor. Emangnya aden Reynand nggak tahu..?"
Reynand menggelengkan kepalanya. Ia kembali memutar otaknya ke beberapa saat lalu sebelum kejadian dimana gadis itu ngotot banget nolak buat naik motor sama dia dan lebih memilih naik angkot. Dia nggak menyadari sebelumnya bahwa hal itu karena Anastasya trauma naik motor, dia malah negatif thingking kalau Anastasya nggak mau naik motor karena jaim.
"Ya, udah deh mendingan aden langsung naik ke atas aja kalau mau ketemu Non Acha, kamarnya ada di lantai dua den...," jelas Bi Asih.
Setelah berbicara dengan bi Asih akhirnya Reynand pun menaiki anak tangga menuju ke kamar Anastasya di lantai dua itu.
*****



0 comments:

Posting Komentar