AUTHOR'S POV
Hari sudah menjelang sore ketika semua
kesibukan para siswa-siswi sudah bubar karena latihan ekskul mereka yang
biasanya diadakan sepulang sekolah berakhir. Anatasya yang tengah selesai
dengan ekskul drumbandnya segera mengambil handphone dalam tas nya dan
melakukan panggilan pada seseorang di seberang sana. Ia menelpon mamanya dan
minta mamanya menjemputnya, tapi ternyata mamanya sedang sibuk dengan acara
arisan yang digelar di rumah temannya dan dengan kata lain mamanya tidak bisa
menjemputnya hari ini.
Anastasya mendengus agak kesal, karena
selain kelelahan menderanya karena latihan marathon yang digelar ekskul
drumband menjelang perlombaan antar sekolah yang diadakan satu bulan lagi, ia
juga terpaksa harus naik angkot kembali karena lagi-lagi mobilnya tidak bisa
digunakannya karena di servis. Ia berjalan keluar namun ketika mendengar sebuah
suara klakson ia terlonjak kaget, dan kemudian detik berikutnya sebuah motor
ninja merah bertengger disampingnya. Anastasya tahu siapa pemilik motor itu dan
ia kemudian mengernyitkan dahinya ketika cowok itu menatapnya.
"Naik....," pinta cowok itu
tanpa basa-basi.
"Apaan....?"
"Gue bilang naik
Anastasya....," ucap Reynand.
"Maksud loe naik motor
ini...," ucap Anastasya sembari menunjuk motor Reynand.
"Iya, memangnya yang mana lagi.
Gue lagi nggak bawa mobil hari ini. Jadi gak usah protes, cepet naik dan ayo
kita pulang...," jelas Reynand.
"Haaahhhh....,"
"Ekspresi loe nggak usah terkejut
gitu napa. Gue ngelakuin ini karna nyokap loe tadi nelpon gue dan bilang suruh
nebengin loe karena dia nggak bisa jemput loe,"
"Tap..tapi...harus ya naik motor
ini...?"
"Iyalah...emang loe mau naik
apaan?"
"Eng....gu..gue...naik angkot aja
deh...," cetus Anastasya.
"Gak usah sok jaim gitu deh. Loe
masih marah sama gue soal kejadian tempo hari?" tanya Reynand. "Gue
janji gue nggak bakal ikut campur lagi masalah loe, gue cuman mau ngaterin loe
pulang ke rumah seperti titah nyokap loe...," ucap Reynand.
"Gue nggak marah sama loe, Nand.
Dan ngapain juga gue marah sama loe, gak da gunanya...," ucap Anastasya.
"Ya udah kalau gitu clear sudah
masalah kita. Ayo buruan naik keburu malem nih...,"
"Tap...tapi...Nand...,"
"Gak usah tapi-tapian. Cepet naik
atau gue yang bakal gendong loe dan dudukin loe di motor gue...,"
Anastasya pun langsung bergidik ngeri
dan akhirnya dia pun naik dan duduk di motor Reynand. Motor pun melaju perlahan
sampai keluar gerbang dan kemudian laju motornya menjadi semakin cepat
dijalanan dan tentu saja hal itu membuat Anastasya ketakutan. Ia tak lagi
berpegangan pada bahu Reynand, tetapi kini tangannya melingkar tepat dipinggang
Reynand. Dia menutup matanya, menyembunyikan wajahnya dibalik punggung Reynand,
dan memegang erat pinggang Reynand.
Reynand yang menyadari bahwa ada
sesuatu yang melingkari pinggangnya pun tersenyum-senyum karena pemikirannya
sendiri.
"Gitu sok jaim sama gue, akhirnya
loe tertarik juga kan sama gue, sampai peluk-peluk gue segala...," pikir
Reynand kemudian.
*****
Tiga puluh menit kemudian motor pun
mendarat mulus di depan rumah Anastasya. Reynand yang menyadari bahwa Anastasya
masih tidak bergerak dan tak melepaskan pelukannya dipinggangnya itupun mencoba
untuk menyadarkan gadis itu.
Ketika mendengar suara Reynand yang
berusaha untuk menyadarkannya bahwa mereka sudah sampai Anastasya pun mencoba
untuk turun dari motor Reynand perlahan-lahan. Anastasya berjalan menuju bel
rumah agar pembantunya membukakan pintu, ia berjalan tanpa berucap sepatah
katapun pada Reynand. Dan Reynand yang menyadari bahwa gadis itu kini
mencuekkannya lagi pun segera berjalan menuju gadis itu.
"Ish...gadis ini sungguh tidak
punya sopan santun sama sekali. Sudah diantar sampai rumah tapi tidak berterima
kasih sama sekali, malah main nyelonong gitu aja..," gumam Reynand.
"Eh, loe...harusnya loe bilang terima kasih sudah gue anter pulang,
bukannya....," ucapan Reynand terhenti ketika dia menyadari bahwa ada
sesuatu yang terjadi pada gadis itu.
"Lo..loe kenapa?" tanya
Reynand ketika melihat wajah gadis itu yang pucat pasi. Dapat dirasakannya juga
bahwa tangan gadis itu yang berada digenggamannya beberapa detik lalu
bergetar.
"Gu...gue nggak apa-apa. Terima
kasih...," ucap Anastasya. Kemudian dia pun meminta tolong kepada pembantu
rumah tangganya untuk membawanya masuk ke dalam rumah. Pintu rumah tertutup
sementara Reynand masih berdiri terpaku disana. Hingga beberapa saat kemudian
ia pun berjalan membawa motornya untuk kembali ke rumahnya sendiri.
*****
REYNAND'S POV
Gue merebahkan diri gue di atas
ranjang gue seusai membersihkan badan gue. Namun, tiba-tiba pikiran gue
berkelana lagi pada kejadian beberapa jam yang lalu. Gue masih penasaran kenapa
tiba-tiba muka tuh cewek menjadi pucat pasi.
"Loe kenapa Anastasya...?"
gumam Reynand.
AUTHOR'S POV
Namun, kemudian akhirnya dia melepas
egonya dan hendak menemui gadis yang tinggal di sebelah rumahnya itu. Pasalnya
dari tadi hingga menjelang malam kini, ia tak mendengar suara mobil mama atau
papanya pulang, dan dapat dipastikan bahwa gadis itu sekarang sedang sendiri
saja dirumahnya bersama dengan Bi Asih pembantunya.
Reynand berjalan dan memencet bel
rumah Anastasya dan keluarlah pembantu rumah tangga Anastasya membukakan pintu.
"Eh Den Reynand, ada perlu apa
den?" tanya Bi Asih pada Reynand.
"Oh, saya mau ketemu Acha,
Bi...," jawab Reynand.
"Oh, Non Acha nya lagi istirahat
di kamarnya den," ucap Bi Asih.
"Istirahat? Jam segini?"
tanya Reynand yang tidak percaya bahwa gadis itu mendekam di kamarnya saat jam
masih menunjukkan pukul tujuh malam.
"Iy..iya den. Non, Acha sedikit
nggak enak badan den, tadi mukanya pucet kan...?"
"Ah, iya si Bi. Tapi, tadi
disekolah dia baik-baik aja loh Bi, tapi kenapa dia tiba-tiba pucat saat sampai
rumah....?" tanya Reynand heran.
"Aden sih bawa pulang Non Acha
pakek motor, makanya Non Acha jadi begitu...,"
"Haahhh maksud bibi semua ini
gara-gara saya?"
"Lah iya den, Non Acha kan trauma
naik motor den, dia pasti pucet pasi tiap kali naik motor. Makanya dia gak
pernah mau naik motor den, dan bahkan Non Acha lebih memilih naik sesak-sesakan
naik angkot daripada naik motor. Emangnya aden Reynand nggak tahu..?"
Reynand menggelengkan kepalanya. Ia
kembali memutar otaknya ke beberapa saat lalu sebelum kejadian dimana gadis itu
ngotot banget nolak buat naik motor sama dia dan lebih memilih naik angkot. Dia
nggak menyadari sebelumnya bahwa hal itu karena Anastasya trauma naik motor,
dia malah negatif thingking kalau Anastasya nggak mau naik motor karena jaim.
"Ya, udah deh mendingan aden
langsung naik ke atas aja kalau mau ketemu Non Acha, kamarnya ada di lantai dua
den...," jelas Bi Asih.
Setelah berbicara dengan bi Asih
akhirnya Reynand pun menaiki anak tangga menuju ke kamar Anastasya di lantai
dua itu.
*****
0 comments:
Posting Komentar