Jumat, 13 Juli 2018

Seven

Edit Posted by with No comments


AUTHOR'S POV
Reynand sampai disebuah kamar yang berwarna biru laut. Ia mengetuk pintu kamar itu hingga seseorang di dalam kamar itupun berkata sesuatu.
"Masuk aja nggak di kunci....," ucap Anastasya dari dalam kamar.
Reynand pun akhirnya masuk setelah dipersilahkan. Dia melihat gadis itu tidur menyamping ke arah jendela kaca dan memunggunginya. 
"Gampang bener masuk kamar loe. Apa loe emang sering ngijinin orang lain masuk kamar loe tanpa mengetahui siapa orangnya?" tanya Reynand yang tentu saja langsung membuat Anastasya yang semula berbaring memunggunginya menjadi terbangun, membalikkan badannya ke arah pemilik suara itu dan merubah posisinya yang semula berbaring menjadi duduk dan bersandar pada bantal.
"Lo..loe...ngapain disini?" tanya Anastasya dengan nada seperti biasanya dan seperti tidak terjadi apa-apa. 
Namun Reynand tahu bahwa gadis itu sedang bersikap wajar dan baik-baik saja seperti biasanya. Ia dapat melihat bekas cairan bening masih menggantung dipelupuk mata gadis itu. Ia pun berpura-pura tak melihatnya, dan tak menghiraukannya dengan maksud agar gadis itu masih bisa menjaga harga dirinya di depannya. 
Reynand berjalan mendekat dan tentu saja itu membuat Anastasya mengerutkan keningnya, tidak mengerti apa yang akan dilakukan lelaki itu. Reynand mengangkat tangan kananya dan memberikan sebuah jitakan kecil di kepala Anastasya.
"Bodoh, kenapa loe gak bilang ke gue kalau loe trauma naik motor...?" tanya Reynand kemudian. 
"Da..darimana loe tahu....?"
"Bi Asih....,"
"Uhh..dasar Bi Asih itu sukanya ngegosip...,"
"Heii,,,jangan salahkan Bi Asih, dia cuman menceritakan sedikit penyebab mengenai apa yang baru saja terjadi," jelas Reynand dan Anastasya pun mengangguk-anggukkan kepalanya.
Reynand kemudian berjalan ke arah jendela kaca dan membuka jendela itu. Anastasya segera bangkit dan melihat apa yang dilakukan cowok itu.
"Ternyata balkon kamar loe bersebelahan dengan kamar gue..," ucap Reynand.
"Hahhh...itu kamar loe...," tunjuk Anastasya.
"Iya itu kamar gue. Ternyata kamar gue deketan dengan kamar loe kan? Cuman terpisah balkon doang. Jadi, lain kali kalau gue mau ke tempat loe, gue gak perlu lewat pintu ah..gue lompat aja dari kamar gue ke sini...," jelas Reynand akan pemikirannya.
"Eh...enak aja. Emang siapa yang mau nerima loe berkunjung seperti itu...," ucap Anastasya dengan wajah cemberut.
Reynand hanya tersenyum menanggapi Anastasya yang mulai merasa kesal terhadapnya. Beberapa detik berikutnya ia pun akhirnya berkata. "Kenapa?"
Seolah tahu kemana arah pembicaraan Reynand selanjutnya, Anastasya diam dan tak menanggapinya.
"Kenapa? APa alasan yang membuat loe jadi trauma naik motor?" tanya Reynand sekali lagi.
Tadinya Reynand tidak ingin menanyakan alasannya pada Anastasya. Namun, setelah ia ingat perkataan Alfan bahwa sebenarnya gadis yang disukainya itu sangat suka sekali naik motor, membuat Reynand jadi penasaran kenapa gadis itu sekarang mejadi takut naik motor dan hingga membuat wajahnya pias seperti beberapa waktu lalu.
Reynand tahu bahwa gadis itu enggan untuk menjawab pertanyaannya dan ia pun tak lagi menuntut jawaban atas pertanyaan itu. Ia tak ingin kejadia beberapa hari yang lalu terjadi, dimana gadis itu berpikir bahwa Reynand terlalu mencampuri urusannya padahan dia tidak ada hak untuk itu. Karenanya untuk menghindari hal itu terjadi, akhirnya Reynand memilih untuk mengalihkan topik pembicaraan.
"Eh, gue pinjem buku fisika loe dong...," ucap Reynand kemudian membuyarkan lamunan Anastasya.
"Eh....?"
"Gue pinjem buku fisika loe, loe pastinya udah ngerjain PR minggu lalu kan?"
"Iy..iya sudah...," jawab Anastasya.
"Ya sudah makanya gue pinjem...,"
"Kenapa loe nggak ngerjain sendiri aja. Bukannya loe lebih pinter dari gue? Loe salah orang kalau mau nyotek PR ke gue,"
"Bawel pokoknya siniin aja buku loe,"
"Huhh dasar udah minjem, maksa lagi...," gerutu Anastasya yang tentu saja didengar oleh Reynand dan membuat Reynand senyum-senyum sendiri. Dia paling seneng deh kalau ngebuat Anastasya kesel karena ulahnya. "Jadi, ini alasan loe dateng ke sini?" selidik Anastasya.
"Iyalah, emang mau ngapain lagi. Atau jangan-jangan loe ngarepin gue kesini jengukin loe ya? Gak usah kegeeran..,"
"Ish..najis. Gue nggak kegeeran kali. Ngapain gue ngarepin loe jengukin gue. Gak ada manfaatnya sama sekali bagi gue tahu,"
"Adalah manfaatnya. Dengan gue pinjem buku PR loe, gue kan juga bisa ngoreksi pekerjaan loe yang pastinya banyak yang salah,"
"Ish...ngeselin. Udah sono, loe kan udah dapetin buku PR gue, sono pergi...," usir Anastasya sembari mendorong Reynand keluar dari kamarnya.
Reynand pun tak marah sekalipun Anastasya mengusirnya. Ia malah cengar-cengir melihat ekspresi Anastasya yang kesal karena ulahnya.
"Syukurlah loe udah kembali...," gumam Reynand sembari memandang pintu kamar Anastasya yang tertutup. Namun, pikirannya masih memikirkan penyebab yang membuat Anastasya menjadi trauma naik motor.
*****
ANASTASYA'S POV
Gue terkejut bukan main ketika gue tahu cowok itu tiba-tiba nongol di kamar gue. Gue tahu wajah tuh cowok khawatir ngeliat kondisi gue yang semula baik-baik aja tiba-tiba jadi pucat pasi. Gue juga tahu bahwa meminjam buku fisika gue hanyalah alasan baginya untuk ngeliat kondisi gue.
Gak hanya itu, gue juga dengar beberapa saat lalu tuh cowok menanyakan perihal kenapa gue bisa trauma naik motor. Tapi, gue enggan tuk jawab pertanyaan tuh cowok. Gue hanya mencoba untuk mengalihkan pembicaraan gue ketika dia sudah mencoba untuk mengarahkannya kesana.
Dan sekarang ketika cowok itu sudah pergi dan meninggalkan gue sendiri seperti semula, gue kembali teringat peristiwa beberapa tahun silam.
"Ana, ma'afin gue......," gumam gue ketika peristiwa beberapa tahun lalu kembali terurai dalam ingatan gue. Gue meringkuk di sudut kamar dan memeluk lutut gue sembari kembali meneteskan air mata gue.
*****





0 comments:

Posting Komentar