AUTHOR'S POV
Reynand sampai disebuah kamar yang
berwarna biru laut. Ia mengetuk pintu kamar itu hingga seseorang di dalam kamar
itupun berkata sesuatu.
"Masuk aja nggak di
kunci....," ucap Anastasya dari dalam kamar.
Reynand pun akhirnya masuk setelah
dipersilahkan. Dia melihat gadis itu tidur menyamping ke arah jendela kaca dan
memunggunginya.
"Gampang bener masuk kamar loe.
Apa loe emang sering ngijinin orang lain masuk kamar loe tanpa mengetahui siapa
orangnya?" tanya Reynand yang tentu saja langsung membuat Anastasya yang
semula berbaring memunggunginya menjadi terbangun, membalikkan badannya ke arah
pemilik suara itu dan merubah posisinya yang semula berbaring menjadi duduk dan
bersandar pada bantal.
"Lo..loe...ngapain disini?"
tanya Anastasya dengan nada seperti biasanya dan seperti tidak terjadi
apa-apa.
Namun Reynand tahu bahwa gadis itu
sedang bersikap wajar dan baik-baik saja seperti biasanya. Ia dapat melihat
bekas cairan bening masih menggantung dipelupuk mata gadis itu. Ia pun
berpura-pura tak melihatnya, dan tak menghiraukannya dengan maksud agar gadis
itu masih bisa menjaga harga dirinya di depannya.
Reynand berjalan mendekat dan tentu
saja itu membuat Anastasya mengerutkan keningnya, tidak mengerti apa yang akan
dilakukan lelaki itu. Reynand mengangkat tangan kananya dan memberikan sebuah
jitakan kecil di kepala Anastasya.
"Bodoh, kenapa loe gak bilang ke
gue kalau loe trauma naik motor...?" tanya Reynand kemudian.
"Da..darimana loe tahu....?"
"Bi Asih....,"
"Uhh..dasar Bi Asih itu sukanya
ngegosip...,"
"Heii,,,jangan salahkan Bi Asih,
dia cuman menceritakan sedikit penyebab mengenai apa yang baru saja
terjadi," jelas Reynand dan Anastasya pun mengangguk-anggukkan kepalanya.
Reynand kemudian berjalan ke arah
jendela kaca dan membuka jendela itu. Anastasya segera bangkit dan melihat apa
yang dilakukan cowok itu.
"Ternyata balkon kamar loe
bersebelahan dengan kamar gue..," ucap Reynand.
"Hahhh...itu kamar loe...,"
tunjuk Anastasya.
"Iya itu kamar gue. Ternyata
kamar gue deketan dengan kamar loe kan? Cuman terpisah balkon doang. Jadi, lain
kali kalau gue mau ke tempat loe, gue gak perlu lewat pintu ah..gue lompat aja
dari kamar gue ke sini...," jelas Reynand akan pemikirannya.
"Eh...enak aja. Emang siapa yang
mau nerima loe berkunjung seperti itu...," ucap Anastasya dengan wajah
cemberut.
Reynand hanya tersenyum menanggapi
Anastasya yang mulai merasa kesal terhadapnya. Beberapa detik berikutnya ia pun
akhirnya berkata. "Kenapa?"
Seolah tahu kemana arah pembicaraan
Reynand selanjutnya, Anastasya diam dan tak menanggapinya.
"Kenapa? APa alasan yang membuat
loe jadi trauma naik motor?" tanya Reynand sekali lagi.
Tadinya Reynand tidak ingin menanyakan
alasannya pada Anastasya. Namun, setelah ia ingat perkataan Alfan bahwa
sebenarnya gadis yang disukainya itu sangat suka sekali naik motor, membuat
Reynand jadi penasaran kenapa gadis itu sekarang mejadi takut naik motor dan
hingga membuat wajahnya pias seperti beberapa waktu lalu.
Reynand tahu bahwa gadis itu enggan
untuk menjawab pertanyaannya dan ia pun tak lagi menuntut jawaban atas
pertanyaan itu. Ia tak ingin kejadia beberapa hari yang lalu terjadi, dimana
gadis itu berpikir bahwa Reynand terlalu mencampuri urusannya padahan dia tidak
ada hak untuk itu. Karenanya untuk menghindari hal itu terjadi, akhirnya
Reynand memilih untuk mengalihkan topik pembicaraan.
"Eh, gue pinjem buku fisika loe
dong...," ucap Reynand kemudian membuyarkan lamunan Anastasya.
"Eh....?"
"Gue pinjem buku fisika loe, loe
pastinya udah ngerjain PR minggu lalu kan?"
"Iy..iya sudah...," jawab
Anastasya.
"Ya sudah makanya gue
pinjem...,"
"Kenapa loe nggak ngerjain
sendiri aja. Bukannya loe lebih pinter dari gue? Loe salah orang kalau mau
nyotek PR ke gue,"
"Bawel pokoknya siniin aja buku
loe,"
"Huhh dasar udah minjem, maksa
lagi...," gerutu Anastasya yang tentu saja didengar oleh Reynand dan
membuat Reynand senyum-senyum sendiri. Dia paling seneng deh kalau ngebuat
Anastasya kesel karena ulahnya. "Jadi, ini alasan loe dateng ke
sini?" selidik Anastasya.
"Iyalah, emang mau ngapain lagi.
Atau jangan-jangan loe ngarepin gue kesini jengukin loe ya? Gak usah
kegeeran..,"
"Ish..najis. Gue nggak kegeeran
kali. Ngapain gue ngarepin loe jengukin gue. Gak ada manfaatnya sama sekali
bagi gue tahu,"
"Adalah manfaatnya. Dengan gue
pinjem buku PR loe, gue kan juga bisa ngoreksi pekerjaan loe yang pastinya
banyak yang salah,"
"Ish...ngeselin. Udah sono, loe
kan udah dapetin buku PR gue, sono pergi...," usir Anastasya sembari
mendorong Reynand keluar dari kamarnya.
Reynand pun tak marah sekalipun
Anastasya mengusirnya. Ia malah cengar-cengir melihat ekspresi Anastasya yang
kesal karena ulahnya.
"Syukurlah loe udah
kembali...," gumam Reynand sembari memandang pintu kamar Anastasya yang
tertutup. Namun, pikirannya masih memikirkan penyebab yang membuat Anastasya
menjadi trauma naik motor.
*****
ANASTASYA'S POV
Gue terkejut bukan main ketika gue
tahu cowok itu tiba-tiba nongol di kamar gue. Gue tahu wajah tuh cowok khawatir
ngeliat kondisi gue yang semula baik-baik aja tiba-tiba jadi pucat pasi. Gue
juga tahu bahwa meminjam buku fisika gue hanyalah alasan baginya untuk ngeliat
kondisi gue.
Gak hanya itu, gue juga dengar
beberapa saat lalu tuh cowok menanyakan perihal kenapa gue bisa trauma naik
motor. Tapi, gue enggan tuk jawab pertanyaan tuh cowok. Gue hanya mencoba untuk
mengalihkan pembicaraan gue ketika dia sudah mencoba untuk mengarahkannya
kesana.
Dan sekarang ketika cowok itu sudah
pergi dan meninggalkan gue sendiri seperti semula, gue kembali teringat
peristiwa beberapa tahun silam.
"Ana, ma'afin gue......,"
gumam gue ketika peristiwa beberapa tahun lalu kembali terurai dalam ingatan
gue. Gue meringkuk di sudut kamar dan memeluk lutut gue sembari kembali
meneteskan air mata gue.
*****


0 comments:
Posting Komentar