Jumat, 13 Juli 2018

Eight

Edit Posted by with No comments


AUTHOR'S POV
Darah berceceran dimana-mana menggenangi sebagian jalanan. Suara sirine ambulans memekakkan telinga. Dua orang gadis terletak di samping jalan dengan bersimbah dara. Ambulans segera menepi dan memberi pertolongan pada kedua gadis itu. Seorang gadis di angkat dan dimasukkan kedalam ambulans untuk diberikan pertolongan pertama dan seorang gadis lainnya meninggal di tempat kejadian.
Anastasya menjerit dengan kencang dan sontak membuat papa dan mamanya segera berlari untuk menuju ke kamar gadis itu. Mamanya memeluk Anastasya yang penuh dengan peluh di dahinya, juga air mata yang membasahi seluruh wajahnya. Tubuhnya bergetar bahkan setelah namun perlahan-lahan berhenti setelah mamanya memberikan pelukan kepadanya.
"Ma, Ana..ma...Ana.....," ucap Anastasya pada mamanya dengan suara bergetar.
"Tidak apa-apa sayang. Ana sudah baik-baik saja. Dia sudah beristirahat dengan tenang bersama Tuhan...," jelas mamanya sembari masih memeluk erat anak gadisnya itu.
"Tapi ma, pa, gara-gara Acha....Ana jadi....,"
"Berhenti menyalahkan dirimu sendiri nak. Semuanya sudah takdir...," jelas Papa Anastasya sembari ikut memeluk anak gadisnya itu.
"Tap...tapi.....,"
"Kamu hanya mimpi buruk sayang. Mama akan menemani kamu tidur. Ayo kamu harus beristirahat....," ucap mamanya. Dan kemudian Anastasya pun menyetujui permintaan mamanya.
REYNAND'S POV
Pelajaran padat hari ini. Hampir tidak ada jam kosong karena semua guru pada masuk. Gue tetep aja gak bisa berkonsentrasi hari ini. Dan gue disini sekarang dengan perasaan cemas.
"Loe kenapa Nand, kasian tuh mie loe aduk-aduk melulu....," ucap Bimbo teman sekelas gue yang sekarang tengah nemenin gue makan di kantin sekolah.
"Gue lagi gak nafsu makan Bim...," ucap gue.
"Nah loh, tadi loe yang ngajakin kesini tapi sekarang loe malah gak nafsu makan?"
"Sudah deh, loe makan aja, ntar gue yang bayar....,"
"Oke deh bro...gue pegang omongan loe...," ucap Bimbo dengan cengar-cengir.
Gue hanya diam mematung memikirkan tentang cewek itu. Hingga kemudian samar-samar gue denger beberapa temen cewek sedang ngobrolin tentang Anastasya. Gue pun dengerin dengan saksama dengan harapan gue tahu alasan kenapa cewek itu gak hadir di sekolah hari ini.
"Eh, loe tahu nggak, si Anastasya gak masuk hari ini...," ucap cewek berambut sebahu dengan bandana pink.
"Serius loe? Kenapa lagi tuh anak pakek gak masuk?" tanya si cewek berkepang dua.
"Gak tau tuh. Kayaknyq penyakit gilanya kambuh tuh....," ucap si cewek berambut sebahu.
"Lah, dia gila lagi seperti tahun waktu di SMP dulu...?"
"Iya kayaknya si gitu. Rasain deh, memang ya pembunuh kayak dia tuh.....," ucapan si cewek berambut sebahu pun terhenti ketika seorang cewek dengan rambut panjang yang gue kenal bernama Dinda yang juga temen sekelas gue tiba-tiba menggebrak meja.
"Eh, Sil...jaga ya omongan loe. Kalau gue denger lagi loe gosipin Anastasya kayak gitu gue gak segen-segen buat....,"
"Apa loe nantangin gue. Dia tuh emang cewek pembawa sial, pem..bu...nuh....,"
PLAK...!!!
Sebuah tamparan keras dari tangan Dinda pun mendarat mulus di pipi gadis berambut sebahu. Namun, tuh cewek gak terima dengan tamparan Dinda dan akhirnya tuh cewek menjambak rambut Dinda dan perkelahian pun dimulai.
Bimbo yang ngeliat kejadian itu segera menghentikan acara makannya dan segera berlari melerai kedua cewek yang berkelahi dan menjadi tontonan semua siswa siswi SMA Pelita Harapan.
"Berhenti....," Bimbo mencoba melerai tapi kedua cewek itu masih tidak berhenti. " Berhenti sekarang juga atau gue gak segen-segen ngelaporin kalian berdua ke guru BP....!!! " seru Bimbo dengan nada suara yang meninggi.
Semua yang berada disana pada bergidik ngeri ngeliat muka Bimbo yang geram, termasuk gue. Karena gue nggak tahu bahwa seorang Bimbo yang biasanya terkesan cuek dan masa bodoh itu malah mencampuri urusan kedua cewek itu dan bahkan melerai mereka dari perkelahian.
Akhirnya perkelahian pun berhenti ketika Bimbo menarik tangan Dinda keluar dari kantin. Gue mengikuti langkah mereka berdua yang menuju ke arah taman belakang sekolah. Gue yang mengenal Bimbo baru satu bulan disekolah itupun makin terkejut dengan sifatnya yang ternyata jauh dari yang gue kira sebelumnya.
Gue lihat Dinda menangis sesenggukan. Dan Bimbo hanya diam di depan gadis itu hingga berkata kemudian.
"Sudah berapa kali gue bilang, jangan pernah hiraukan omongan mereka. Tapi kenapa loe masih aja ngeladenin mereka...!" ucap Bimbo dengan nada tinggi.
"Mereka jelek-jelekin Anastasya, Bim...bagaimana mungkin gue diem aja...," seru Dinda.
"Kenapa loe harus peduli....heh....,"
"Bagaimana mungkin gue gak peduli, Acha..itu......,"
"Apa? Siapa dia bagi loe ! Bukannya loe sendiri yang memilih ngejauhin dia sejak kejadian kecelakaan itu. Bukankah loe sendiri yang dulu menuduh sahabat loe sendiri sebagai seorang pembunuh. Bukankah loe sendiri yang......,"
"Hentikan....berhenti Bim....," seru Dinda sembari berurai air mata dan menutup telinganya mendengar perkataan Bimbo.
"Gue tahu gue yang salah. Gue tahu dan gue benar-benar merasa bersalah Bim. Dan untuk menebus rasa bersalah itu gu...gue....,"
"Apa? Loe mau bilang kalau loe mau menebus rasa bersalah lie dengan ngelindungin dia dari mereka, dari mereka yang masih saja menganggapnya sebagai pembunuh? Bukan itu yang Acha harapkan Dinda. Bukan. Acha nggak butuh semua yang loe lakukan. Satu-satunya yang dia butuhkan hanya loe. Hanya loe tetap berada disisinya dan gak pergi ninggalin dia di saat dia kehilangan seseorang yang sangat berharga dalam hidup dia," jelas Bimbo.
"Gue..tahu Bim...tap...tapi gue belum siap, setiap kali gue lihat Acha, gue akan teringat....,"
"Ini sudah lima tahun Dinda. Harusnya baik loe ataupun Acha sudah bisa melupakan kejadian itu. Bukan makin tersiksa seperti ini...,"
Dinda pun luruh, tangisnya makin kencang dan tubuhnya menjadi lemas hingga dia akhirnya terduduk di hadapan Bimbo yang berdiri di depannya.
Bimbo pun akhirnya tak kuasa melihat Dinda yang jatuh terduduk lemas dihadapannya dengan air mata yang berurai. Dia pun akhirnya mensejajarkan tubuhnya dengan posisi Dinda dan meraih Dinda dalam pelukannya.
Selama 20 menit lebih gue lihat kejadian itu. Dan setelah melihat kondisi Dinda yang berangsur-angsur mulai membaik gue pun menghampiri mereka.
"Apa yang sebenarnya terjadi?"
Dan mendengar pertanyaan gue mereka pun terkejut dan melotot ke arah gue.
*****




0 comments:

Posting Komentar