“When a heart find
another, what’s a cloud more or less in the sky?”
~ Wolf and Page ~
AUTHOR’S POV
“ACHA.............BANGUN............................!!!!!!!!!!!!”
teriak mamanya sembari menggedor pintu kamar tidur anak gadisnya itu.
            Acha tak mengindahkan gedoran
mamanya di pintu kamarnya, ia malah semakin menarik selimutnya dan kembali
memejamkan matanya. Namun, mamanya tak tingga diam, ia terus menerus
meneriakkan nama Acha sembari tetap menggedor-gedor pintu kamar tidur gadis
itu.
“Acha....cepet
bangun...!!! “ teriak mamanya. “Sudah jam 06.50 Cha, sekarang hari senin dan
kamu harus upacara. Kamu mau datang terlambat dan jadi pajangan di depan
lapangan upacara lagi...! Kalau kamu nggak bersiap-siap juga, papa bakal
ninggal kamu dan kamu harus pergi naik angkot, ingat mobilmu sedang ada di
bengkel....! “ ancam mamanya.
            Mendengar hal itu sontak membuat
mata Anastasya yang semula masih sipit karena menahan kantuk kini membelalak
lebar. Dia buru-buru menyambar handuk dan lekas ke kamar mandi dan mandi
sekenanya. Ia tak mau datang terlambat lagi dan menjadi pajangan di depan
lapangan upacara seperti yang sudah-sudah tengsin di liatin oleh semua murid di
sekolahnya. Dan yang lebih memalukan lagi adalah jika gebetannya ngeliat
kebiasaan buruknya itu.
            Beberapa menit kemudian Anastasya
pun sudah siap, sudah memakai seragam dan menenteng tasnya. Ia mencomot roti
isi yang sudah di siapin mamanya untuk sarapan paginya, mencium pipi mamanya
dan segera menuju mobil ayahnya yang sudah menderu sedari tadi. Dia bersyukur
dalam hati karena ayahnya masih setia menunggunya, kalau tidak dia pasti terpaksa
harus naik angkutan umum ke sekolahnya dan itu tentu saja akan memakan waktu
yang cukup lama. 
ANASTASYA’S POV
            Sumpah kalau loe jadi
gue loe pasti akan malu setengah mati. Bagaimana tidak gue terlambat lagi dan
kali ini gue tetep aja gak bisa absen dari rekor gue yang menjadi “miss
terlambat upacara sepenjang masa”. Duhhh...ini sungguh memalukan untuk memegang
predikat itu, gue sih udah biasa kalau jadi pajangan tiap hari senin, tapi yang
bikin gue malu adalah karena gebetan gue bakal ngeliat gue yang tengah di hukum
berdiri di lapangan dan itu tentu saja akan ngebuat citra gue di hadapannya. 
            Namanya adalah Aditya Naufal Amzar.
Dia adalah kakak kelas gue yang beda setahun di atas gue. Dia ketua osis di
sekolah gue dan jadi kebanggaan semua guru-guru di SMA Pelita Harapan ini.
Bagaimana tidak selain orangnya cakep, baik, otak cerdas dan briliant lagi,
ditambah lagi dia jago dalam semua bidang olahraga. Tuh kan, siapa coba yang
gak bakal klepek-klepek kalau deket sama orang kayak dia. Hehe..
            Tapi, memanglah gue lagi gak
beruntung banget hari ini. Gue terlambat dan jadi pajangan lagi di depan
lapangan upacara yang sontak baka di liatin oleh semua murid SMA Pelita Harapan
ini. Yang memalukan lagi, gue harus memakai sebuah kalung yang terbuat dari
tali rafia dan kertas karton besar dengan tulisan “Saya Janji Tidak Akan
Terlambat Lagi”, tuh kan gue dapat pastiin bahwa kali ini tuh gebetan gue bakal
langsung illfeel liat gue.
            Semua ini gara-gara tuh cowok
nyebelin. Gara-gara dia gue terlambat. Awas aja kalau ketemu lagi gue bakal
bikin perhitungan sama dia. Tapi, entah gue bakal bisa bisa beneran balas
dendam atau tidak pasalnya tuh cowok asing banget di mata gue. Meskipun gue gak
kenal semua orang di SMA Pelita Harapan ini, tapi paling nggak gue hafal wajah-wajah
mereka meski tidak dengan nama dan kelas mereka. Dan gue yakin kalau tuh cowok
yang asing di mata gue memang bukan murid sini.
Flashback
On
            “Eh...loe...,”
ucap cowok itu.
“Apa
sih loe, narik tangan orang sembarangan. Cepet lepasin gue....,” ucap gue.
            “Gak, gue gak bakal lepasin sebelum
loe minta ma’af dulu sama gue...,”
            “Minta ma’af apaan sih. Denger ya
gue gak punya salah sama loe, lagipula gue juga gak kenal loe. Jadi sekarang
gue minta lepasin tangan gue...,” bentak gue.
            “Eh, cewek jutek, loe udah nyenggol
gue dan hampir saja buat gue terjatuh di selokan. Dan loe bukannya minta ma’af
malah bentak-bentak gue...,” jelas cowok itu.
            “Gimana gue gak bentak-bentak loe,
gara-gara loe gue jadi terlambat bego...,” ucapnya sembari menunjuk pintu gerbang
sekolah yang sudah tertutup dengan satpam yang sudah bertengger disana dan
siap-siap untuk mencatat dan menghukum para purid yang terlambat.
Flashback
Off
REYNAND’S POV
            Hari ini fix sudah gue
pindah sekolah. Gue harus tinggalin kota kelahiran gue dan datang ke kota asing
ini karena ortu gue dipindah tugaskan. Gue pergi ke sekolah baru gue dan
mengurus semua kekurangan dari berkas-berkas kepindahan gue. Gue mengendarai
motor ninja gue dan hendak memarkirkan motor di tempat parkiran yang sudah
penuh itu karena banyak murid yang sudah bergegas pergi menuju lapangan. Ah, ya
hari ini hari senin, lapangan sudah di penuhi oleh para murid yang hendak
melaksanakan kegiatan hari senin yaitu upacara bendera. 
            Ketika gue ngebuka helm gue, semua
orang pada natap gue terutama para kaum hawa. Mereka tak henti-hentinya
merhatiin gue, secara gue ganteng banget gituloh jadi bukan hal yang baru lagi
kalau ngebuat mereka kesengsem sama gue. Disekoah lama gue dulu aja gue juga
sering dijadikan perhatian, jadi juga bukan hal yang baru lagi kalau di sekolah
baru gue ini gue juga bakal ngedapetin predikat “cowok most wanted” di sekolah
ini.
            Gue liat seorang cewek yang berlari
hendak menyambar pintu gerbang sekolah yang nyaris saja di tutup. Dia menyenggo
gue dan langsung nyelonong gitu aja tanpa minta ma’af. Gue kira dia emang gak
liat gue, karena kalau dia ngeiat gue, gue pastikan bahwa dia gak bakal ngacir
kabur gitu aja seenaknya tanpa ngeliat pesona yang udah gue tebar. Tapi, tuh
cewek kemudian ngeiat ke arah gue tanpa minta ma’af dan angsung pergi gitu aja.
Refleks gue narik tangan dia dan meminta dia buat ngucapin ma’af ke gue.
            “Eh...loe...,” ucap gue.
            “Apa sih loe, narik tangan orang
sembarangan. Cepet lepasin gue....,” ucap cewek itu dengan tampang garang.
            “Gak, gue gak bakal lepasin sebelum
loe minta ma’af dulu sama gue...,”
            “Minta ma’af apaan sih. Denger ya
gue gak punya salah sama loe, lagipula gue juga gak kenal loe. Jadi sekarang
gue minta lepasin tangan gue...,” bentak cewek itu.
            Gue terkejut bukan main. Harusnya
gue yang bertampang galak karena dia udah menyenggol gue dan hampir saja gue
jatuh ke selokan, tapi kenapa jadi gaakkan dia.
            “Eh, cewek jutek, loe udah nyenggol
gue dan hampir saja buat gue terjatuh di selokan. Dan loe bukannya minta ma’af
malah bentak-bentak gue...,” jelas gue.
            “Gimana gue gak bentak-bentak loe,
gara-gara loe gue jadi terlambat bego...,” ucapnya sembari menunjuk pintu
gerbang sekolah yang sudah tertutup dengan satpam yang sudah bertengger disana
dan siap-siap untuk mencatat dan menghukum para murid yang terlambat. Dia pun
langsung pergi gitu aja ninggain gue dan langsung masuk ke pintu gerbang dengan
membawa sesuatu yang diberikan oleh satpam setelah namanya di tulis di buku
yang ku tebak itu adalah buku catatan untuk siswa siswi yang terlambat.
            Gue pun masuk beberapa menit
kemudian ke gerbang yang sama setelah mengatakan maksud kedatangan gue pada
satpam itu. Kepala sekolah sedang mengikuti upacara rutin bersama para guru
yang lain dan staf sekolah lainnya, hingga aku di suruh menunggu hingga upacara
selesai. Setelah di suruh masuk oleh satpam itu gue pun langsung menuju ke
ruang tunggu yang letaknya gak jauh dari lapangan upacara.
Daripada
bosan menunggu akhirnya gue pun ngeiat para murid yang tengah mengikuti upacara
dengan khitmat. Gak semua khitmat sih, mungkin hanya petugasnya saja karena gue
liat banyak murid yang ngobrol di sela-sela upacara dan gue pun nyengir ngeliat
semua itu. Ternyata pemandangan seperti itu nggak hanya di sekolah lama gue aja
tetapi di sekolah ini juga. Kemudian mataku pun tertuju pada pemandangan yang
menarik. Aku melihat seorang cewek yang sudah tak asing lagi di mataku karena
beberapa menit yang lalu sempat berdebat denganku. Cewek itu tengah berdiri di
depan lapangan upacara dengan menghadap pada semua murid dengan mengenakan
kalung yang terbuat dari tali rafia dan kertas karton. Dari jauh gue dapat
membaca apa tulisan di kertas karton itu saking besarnya “Saya Tidak Akan
Terlambat Lagi” dan gue pun senyum-senyum sendiri menyaksikan muka masam tuh cewek
yang tengah kena hukum karena terlambat. 
“Itu
balasan karena loe hampir nyelakain gue tadi,” batin gue. “Menarik !,” gumam
gue sembari tetap memandangi tuh cewek yang kena hukum karena terambat
gara-gara gue.
*****


0 comments:
Posting Komentar