Jumat, 13 Juli 2018

One

Edit Posted by with No comments

“When a heart find another, what’s a cloud more or less in the sky?”
~ Wolf and Page ~
AUTHOR’S POV
“ACHA.............BANGUN............................!!!!!!!!!!!!” teriak mamanya sembari menggedor pintu kamar tidur anak gadisnya itu.
            Acha tak mengindahkan gedoran mamanya di pintu kamarnya, ia malah semakin menarik selimutnya dan kembali memejamkan matanya. Namun, mamanya tak tingga diam, ia terus menerus meneriakkan nama Acha sembari tetap menggedor-gedor pintu kamar tidur gadis itu.
“Acha....cepet bangun...!!! “ teriak mamanya. “Sudah jam 06.50 Cha, sekarang hari senin dan kamu harus upacara. Kamu mau datang terlambat dan jadi pajangan di depan lapangan upacara lagi...! Kalau kamu nggak bersiap-siap juga, papa bakal ninggal kamu dan kamu harus pergi naik angkot, ingat mobilmu sedang ada di bengkel....! “ ancam mamanya.
            Mendengar hal itu sontak membuat mata Anastasya yang semula masih sipit karena menahan kantuk kini membelalak lebar. Dia buru-buru menyambar handuk dan lekas ke kamar mandi dan mandi sekenanya. Ia tak mau datang terlambat lagi dan menjadi pajangan di depan lapangan upacara seperti yang sudah-sudah tengsin di liatin oleh semua murid di sekolahnya. Dan yang lebih memalukan lagi adalah jika gebetannya ngeliat kebiasaan buruknya itu.
            Beberapa menit kemudian Anastasya pun sudah siap, sudah memakai seragam dan menenteng tasnya. Ia mencomot roti isi yang sudah di siapin mamanya untuk sarapan paginya, mencium pipi mamanya dan segera menuju mobil ayahnya yang sudah menderu sedari tadi. Dia bersyukur dalam hati karena ayahnya masih setia menunggunya, kalau tidak dia pasti terpaksa harus naik angkutan umum ke sekolahnya dan itu tentu saja akan memakan waktu yang cukup lama.


ANASTASYA’S POV
            Sumpah kalau loe jadi gue loe pasti akan malu setengah mati. Bagaimana tidak gue terlambat lagi dan kali ini gue tetep aja gak bisa absen dari rekor gue yang menjadi “miss terlambat upacara sepenjang masa”. Duhhh...ini sungguh memalukan untuk memegang predikat itu, gue sih udah biasa kalau jadi pajangan tiap hari senin, tapi yang bikin gue malu adalah karena gebetan gue bakal ngeliat gue yang tengah di hukum berdiri di lapangan dan itu tentu saja akan ngebuat citra gue di hadapannya.
            Namanya adalah Aditya Naufal Amzar. Dia adalah kakak kelas gue yang beda setahun di atas gue. Dia ketua osis di sekolah gue dan jadi kebanggaan semua guru-guru di SMA Pelita Harapan ini. Bagaimana tidak selain orangnya cakep, baik, otak cerdas dan briliant lagi, ditambah lagi dia jago dalam semua bidang olahraga. Tuh kan, siapa coba yang gak bakal klepek-klepek kalau deket sama orang kayak dia. Hehe..
            Tapi, memanglah gue lagi gak beruntung banget hari ini. Gue terlambat dan jadi pajangan lagi di depan lapangan upacara yang sontak baka di liatin oleh semua murid SMA Pelita Harapan ini. Yang memalukan lagi, gue harus memakai sebuah kalung yang terbuat dari tali rafia dan kertas karton besar dengan tulisan “Saya Janji Tidak Akan Terlambat Lagi”, tuh kan gue dapat pastiin bahwa kali ini tuh gebetan gue bakal langsung illfeel liat gue.
            Semua ini gara-gara tuh cowok nyebelin. Gara-gara dia gue terlambat. Awas aja kalau ketemu lagi gue bakal bikin perhitungan sama dia. Tapi, entah gue bakal bisa bisa beneran balas dendam atau tidak pasalnya tuh cowok asing banget di mata gue. Meskipun gue gak kenal semua orang di SMA Pelita Harapan ini, tapi paling nggak gue hafal wajah-wajah mereka meski tidak dengan nama dan kelas mereka. Dan gue yakin kalau tuh cowok yang asing di mata gue memang bukan murid sini.
Flashback On
            “Eh...loe...,” ucap cowok itu.
“Apa sih loe, narik tangan orang sembarangan. Cepet lepasin gue....,” ucap gue.
            “Gak, gue gak bakal lepasin sebelum loe minta ma’af dulu sama gue...,”
            “Minta ma’af apaan sih. Denger ya gue gak punya salah sama loe, lagipula gue juga gak kenal loe. Jadi sekarang gue minta lepasin tangan gue...,” bentak gue.
            “Eh, cewek jutek, loe udah nyenggol gue dan hampir saja buat gue terjatuh di selokan. Dan loe bukannya minta ma’af malah bentak-bentak gue...,” jelas cowok itu.
            “Gimana gue gak bentak-bentak loe, gara-gara loe gue jadi terlambat bego...,” ucapnya sembari menunjuk pintu gerbang sekolah yang sudah tertutup dengan satpam yang sudah bertengger disana dan siap-siap untuk mencatat dan menghukum para purid yang terlambat.
Flashback Off
REYNAND’S POV
            Hari ini fix sudah gue pindah sekolah. Gue harus tinggalin kota kelahiran gue dan datang ke kota asing ini karena ortu gue dipindah tugaskan. Gue pergi ke sekolah baru gue dan mengurus semua kekurangan dari berkas-berkas kepindahan gue. Gue mengendarai motor ninja gue dan hendak memarkirkan motor di tempat parkiran yang sudah penuh itu karena banyak murid yang sudah bergegas pergi menuju lapangan. Ah, ya hari ini hari senin, lapangan sudah di penuhi oleh para murid yang hendak melaksanakan kegiatan hari senin yaitu upacara bendera.
            Ketika gue ngebuka helm gue, semua orang pada natap gue terutama para kaum hawa. Mereka tak henti-hentinya merhatiin gue, secara gue ganteng banget gituloh jadi bukan hal yang baru lagi kalau ngebuat mereka kesengsem sama gue. Disekoah lama gue dulu aja gue juga sering dijadikan perhatian, jadi juga bukan hal yang baru lagi kalau di sekolah baru gue ini gue juga bakal ngedapetin predikat “cowok most wanted” di sekolah ini.
            Gue liat seorang cewek yang berlari hendak menyambar pintu gerbang sekolah yang nyaris saja di tutup. Dia menyenggo gue dan langsung nyelonong gitu aja tanpa minta ma’af. Gue kira dia emang gak liat gue, karena kalau dia ngeiat gue, gue pastikan bahwa dia gak bakal ngacir kabur gitu aja seenaknya tanpa ngeliat pesona yang udah gue tebar. Tapi, tuh cewek kemudian ngeiat ke arah gue tanpa minta ma’af dan angsung pergi gitu aja. Refleks gue narik tangan dia dan meminta dia buat ngucapin ma’af ke gue.
            “Eh...loe...,” ucap gue.
            “Apa sih loe, narik tangan orang sembarangan. Cepet lepasin gue....,” ucap cewek itu dengan tampang garang.
            “Gak, gue gak bakal lepasin sebelum loe minta ma’af dulu sama gue...,”
            “Minta ma’af apaan sih. Denger ya gue gak punya salah sama loe, lagipula gue juga gak kenal loe. Jadi sekarang gue minta lepasin tangan gue...,” bentak cewek itu.
            Gue terkejut bukan main. Harusnya gue yang bertampang galak karena dia udah menyenggol gue dan hampir saja gue jatuh ke selokan, tapi kenapa jadi gaakkan dia.
            “Eh, cewek jutek, loe udah nyenggol gue dan hampir saja buat gue terjatuh di selokan. Dan loe bukannya minta ma’af malah bentak-bentak gue...,” jelas gue.
            “Gimana gue gak bentak-bentak loe, gara-gara loe gue jadi terlambat bego...,” ucapnya sembari menunjuk pintu gerbang sekolah yang sudah tertutup dengan satpam yang sudah bertengger disana dan siap-siap untuk mencatat dan menghukum para murid yang terlambat. Dia pun langsung pergi gitu aja ninggain gue dan langsung masuk ke pintu gerbang dengan membawa sesuatu yang diberikan oleh satpam setelah namanya di tulis di buku yang ku tebak itu adalah buku catatan untuk siswa siswi yang terlambat.
            Gue pun masuk beberapa menit kemudian ke gerbang yang sama setelah mengatakan maksud kedatangan gue pada satpam itu. Kepala sekolah sedang mengikuti upacara rutin bersama para guru yang lain dan staf sekolah lainnya, hingga aku di suruh menunggu hingga upacara selesai. Setelah di suruh masuk oleh satpam itu gue pun langsung menuju ke ruang tunggu yang letaknya gak jauh dari lapangan upacara.
Daripada bosan menunggu akhirnya gue pun ngeiat para murid yang tengah mengikuti upacara dengan khitmat. Gak semua khitmat sih, mungkin hanya petugasnya saja karena gue liat banyak murid yang ngobrol di sela-sela upacara dan gue pun nyengir ngeliat semua itu. Ternyata pemandangan seperti itu nggak hanya di sekolah lama gue aja tetapi di sekolah ini juga. Kemudian mataku pun tertuju pada pemandangan yang menarik. Aku melihat seorang cewek yang sudah tak asing lagi di mataku karena beberapa menit yang lalu sempat berdebat denganku. Cewek itu tengah berdiri di depan lapangan upacara dengan menghadap pada semua murid dengan mengenakan kalung yang terbuat dari tali rafia dan kertas karton. Dari jauh gue dapat membaca apa tulisan di kertas karton itu saking besarnya “Saya Tidak Akan Terlambat Lagi” dan gue pun senyum-senyum sendiri menyaksikan muka masam tuh cewek yang tengah kena hukum karena terlambat.
“Itu balasan karena loe hampir nyelakain gue tadi,” batin gue. “Menarik !,” gumam gue sembari tetap memandangi tuh cewek yang kena hukum karena terambat gara-gara gue.
*****













0 comments:

Posting Komentar