Jumat, 13 Juli 2018

Two

Edit Posted by with No comments


“Smile is the shortest distance between two people”
REYNAND’S POV
            Hari ini gue udah mulai masuk ke kelas baru gue yang tentu saja di sekolah baru gue SMA Pelita Harapan. Gue gak sabar buat tahu dimana kelas gue dan siapa saja yang bakal jadi teman gue nantinya. Bel berbunyi dan gue bergegas untuk masuk ke ruang guru menemui wali kelas gue yang akan mengantar gue memasuki ruangan kelas.
            Kelas XI-IPA 1, gue masuk ke kelas itu. Dan sontak semua murid disana pada ngeliatin gue. Gue sudah mengira sebelumnya kalau gue bakalan jadi pusat perhatian. Wali kelas langsung meminta izin pada para guru buat ngenalin gue.
            “Permisi anak-anak, ma’af mengganggu, ibu minta waktunya sebentar,” ucap wali kelasku.
            Setelah mendapatkan perhatian dari semua siswa siswi ibu wali kelas yang kemudian ku tahu namanya adalah Bu Agustien segera memperkenalkanku. “Anak-anak kalian kedatangan teman baru hari ini yang akan bergabung dalam kelas kita,” ucap bu Agustien yang kemudian di sahut antusias oleh anak-anak di dalam kelas dengan memperhatikan aku yang berdiri di depan kelas. “Ibu akan mempersilahkan dia memperkenalkan dirinya,” ujar bu Agustien yang kemudian memberikanku beberapa waktu untuk memperkenalkan diriku sendiri.
            “Hallo teman-teman, perkenalkan nama saya Abraham Reynand Pratama. Kalian bisa manggil gue Reynand. Saya pindahan dari Bandung,” ucap gue dengan bahasa formal karena guru sedang merhatiin.
            Aku mengakhiri perkenalan singkatku itu dengan seulas senyum kepada mereka yang tentu saja di balas pula dengan senyuman dari para siswa di kelas yang terutama di dominasi oleh kaum hawa itu. Maklumlah kelas IPA entah di sekolah manapun pasti lebih banyak dihuni oleh kaum hawa daripada kaum adam. Entahlah mungkin hanya kaum hawalah yang bisa dengan sabar mencari “x” yang tak tahu entah kemana perginya.
            “Ada pertanyaan?” tanya Bu Agustien setelah aku mengakhiri perkenalanku.
            “Ada bu.....,” ucap seorang siswa yang kemudian ku kenal bernama Bimbo.
            “Dawiyah bilang mau nanya sama anak baru di depan bu, Apa Reynand udah punya cewek?” ucap Bimbo yang langsung membuat cewek yang duduk di depannya itu kincep karna malu dan menundukkan mukanya.
            Aku pun hanya senyum-senyum memperhatikan hal itu, baru beberapa menit saja sudah ada yang tertarik padaku apalagi sehari atau sebulan pasti akan banyak cewek yang ngejar-ngejar gue,” batin gue.
            “Sudah..sudah kalian ini bercanda saja. Kalau mau nanya masalah pribadi Reynand kalian bisa nanya langsung saja ke orangnya saat jam istirahat. Sekarang lanjutkan peljaran kalian,”
            “Yahhhh...ibu...................,” ucap semua murid serempak namun hanya ada satu orang cewek yang sedari tadi asyik sendiri menunduk tanpa melihat ke arahku sedikitpun. Beberapa menit kemudian cewek itupun mengangkat wajahnya dan akupun dapat melihatnya dengan jelas. “Cewek...itu.....,” gumamku.
Setelah itu, bu Agustien keluar ruangan dan mengembalikan waktu pada guru yang tengah mengajar yang ku kenal dengan nama Bu Elly, guru Biologi. Aku duduk di bangku yang tengah di tunjukkan oleh bu Agustien beberapa saat lalu. Aku duduk tepat di belakang cewek yang mengabaikan perkenalanku sedari tadi. “Tunggu pembalasanku, loe gak akan bisa hidup tenang dan nyaman setelah loe ketemu sama gue...,” gumam gue.
ANASTASYA’S POV
            Gue gak tahu apa yang tiba-tiba membuat seisi kelas jadi ribut, gue gak peduli. Dan gue langsung mengeraskan musik dari handphone agar tak gue denger lagi suasana ricuh itu. Gue pasang headset yang tadi hanya nangkring di telinga kiri gue hingga sekarang menjadi nangkring di kedua telinga gue. Sampai beberapa menit berikutnya gue gak tahu kalau pelajaran yang beberapa saat lalu terhenti karena kericuhan itu kini berlanjut kembali. Gue baru tahu ketika seseorang yang duduk tepat dibelakang gue menarik-narik rambut gue yang berkuncir kuda.
            “Hell…siapa sih ganggu banget…,” batin gue. Dan gue gak ngehirauin tuh orang. Namun, beberapa cetik berikutnya tuh orang tetep aja narik-narik rambut gue lagi. Dengan dongkol akhirnya gue pun berbalik menghadap ke bangku belakang. Dan sontak gue langsung terkejut bukan main melihat siapa yang sedari tadi gangguin gue.
            “LOE….NGAPAIN LOE DISINI…..,” teriak gue yang kemudian mengangetkan seisi kelas. Gue berteriak saking refleksnya dengan keterkejutan di hadapan gue hingga gue gak nyadar kalau Bu Elly, guru biologi gue masih ngejelasin pelajaran.
            “ANASTASYA…………!!!” panggil Bu Elly dengan suara lantang dan tentu saja itu ngebuat gue bergidik ngeri. “Mampus….perasaan gue gak enak…,” batin gue ketika Bu Elly tiba-tiba manggil gue buat maju ke depan kelas.
            “Ini sedang jam pelajaran Anastasya, kenapa kamu berteriak-teriak di dalam kelas?” tanya Bu Elly.
            “Ma’af Bu nggak sengaja. Habisnya saya di gangguin bu….,” bela gue pada diri gue sendiri.
            “Siapa yang nggangguin kamu?” tanya bu Elly. Dan gue pun langsung menunjuk seorang cowok yang duduk tepat dibelakang bangku gue.
            “Nggak mungkin dia gangguin kamu….!” Jelas Bu Elly.
            “Lah, kenyataannya memang gitu bu…,”
            “Memangnya kamu tahu siapa dia?” tanya bu Elly yang langsung gue jawab dengan gelengan kepala.
            “Dia anak baru disini Anastasya, jadi dari tadi kamu gak menyimak ketika bu Agustin memperkenalkan anak baru di dalam kelas. Jangan-jangan kamu juga tidak mendengarkan apa yang ibu jelasin sedari tadi?” tuduh Bu Elly.
            “Eh…saya dengerin kok bu. Tapi…karena saya piker gak penting jadi saya…. Tapi saya bener-bener dengerin kalau tentang materi pelajaran yang ibu jelaskan hari ini kok…,” seru gue.
            “Sudah gak usah banyak alesan, pokoknya nanti kamu ibu hukum saat jam pulang sekolah kamu harus bersihkan rawat dan bersihkan tanaman-tanaman di kebun botanical sekolah,” titah Bu Elly.
Gue pun mengganggukkan kepala seraya menyetujui hukuman yang di titahkan bu Elly ke gue. Bagaimana mungkin menolak, gue ketahuan gak merhatiin pelajaran sih, meski hal itu mungkin tidak ketahuan jika saja tuh anak baru gak gangguin gue. Gue tatap mata tuh anak baru dengan tatapan mengancam, tapi tuh anak bukannya takut malah cengar-cengir gak jelas sembari menjulurkan lidahnya tanda mengejek gue.
“Oh, loe menyuarakan perang sama gue, liat aja nanti siapa yang bakal menang,” batin gue.
*****











0 comments:

Posting Komentar