Pesta belum usai dan Alvi berjalan keluar dari
ballroom hotel setelah mendapat telfon dari seseorang di seberang sana. Dia
segera bergegas menemui seseorang yang tengah menelfonnya itu.Alvi memarkirkan
mobilnya di sebuah café dan seseorang melambaikan tangannya ketika Alvi tengah
masuk café itu.
“Oh,
Vin…sorry gue agak lama,” ucap seseorang yang bernama Calvin itu.
“Iya, gue
maklum. Loe kan pengantin baru, hehe… Sorry gue tadi gak sempet dateng,”
“Ya, gak
masalah…,”
“Tadinya
gue pikir besok aja gue mau ngasih tahu loe karena hari ini adalah hari
pernikahan loe, dan rasanya gak etis banget kalau gue harus menculik pengantin
prianya. Tapi, masalahnya gue gak bisa lama-lama karena malemini jugague harus
terbang ke Canada,”
“Ya, gak
masalah. Ngomong-ngomong info apa yang loe dapet tentang gadis itu?” tanya Alvi
pada Calvin.
Calvin
menyerahkan sebuah dokumen yang agak tebal kepada Alvi.Dan Alvi membaca satu
per satu halaman dokumen itu. Dan dia begitu terkejut ketika melihat isi di
halaman ke lima dokumen tersebut.
“Ini……?”tanya
Alvi.
“Ya, itu
informasi tentang istri loe yang sebenarnya,”
“Apa
data-data ini akurat?” tanya Alvi lagi seolah tak percaya dengan dokumen yang
tengah di bacanya itu.
“Ya, tentu
saja. Loe tahu kan gue ini professional, jadi gue gak mungkin ngasih data ke
loe yang gak bener tentang dia,”
“Tapi…ini….?”
“Ya, loe
nggak percaya kan? Begitu pula dengan gue sebelumnya juga gak percaya Vi. Tapi,
setelah gue cari informasi sampai ke LA gue baru mendapatkan kebenaran itu..,”
jelas Calvin.
Alvi masih
diam tercenggang dengan dokumen ditangannya itu.Matanya terpaku membaca lembar
demi lembar dokumen itu.Dan seolah tahu bahwa Alvi belum dapat menerima
kebenaran dokumen itu, Calvin mulai angkat bicara.
“Ma’af Vi,
gue gak bisa lama-lama.Gue harus segera pergi,” ucap Calvin dan di jawabi
anggukan oleh Alvi.
Alvi
melajukan mobilnya ke area tepi pantai.Di hirupnya udara di tepi pantai
tersebut seraya mencari ketenangan.
“Kenapa
kamu berbohong Ken….?” Batin Alvi.
*****
Pesta
berakhir hingga pukul sebelas malam.Niken masuk ke kamar hotel yang telah di
sediakan oleh mertuanya terlebih dahulu.Ia tak menunggu Alvi untuk pergi
bersamanya karena kelelahan yang tengah melandanya.
“Kemana
perginya tuh orang….,” gumam Niken sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi dari
Ballroom menuju kamarnya yang dengan nomor kamar 501.
Niken
tengah berusaha melepaskan baju nya. Dia menghadapkan punggungnya di depan
cermin dan berusaha menarik pengait untuk membuka resleting bajunya. Setelah
bersusah payah
akhirnya dia dapat menggapai pengait itu dan perlahan dia sudah hampir bisa
membuka resleting itu.
Namun,
tiba-tiba seseorang tiba-tiba masuk dan segera mendorong tubuhnya ke tempat
tidur dengan cepat hingga dia tak sempat untuk menghentikan orang itu.Dan
matanya sungguh terkejut bukan main ketika dia tahu siapa lelaki yang tengah
membuatnya terbaring di kamar tidur dengan lelaki itu yang masih menindih
tubuhnya sembari menatapnya dengan tatapan mata yang tajam.Tangan Niken yang di
cekal oleh lelaki itu tak mampu berbuat apa-apa.Dia hanya diam menerima
perlakuan lelaki yang tengan menahan marah di hadapannya itu.
“Niken Graviola
Bramasta sudah mati !!Siapa loe sebenarnya?”tanya Alvi geram dengan amarahnya.
Gadis yang
dikungkungnya di bawah tubuhnya itupun diam beberapa saat sebelum akhirnya
angkat bicara karena lelaki di hadapannya ini masih belum melepaskan
cengkeramannya di tangan dan bahunya hingga dia tak bisa bergerak sama sekali.
Kakinya juga tak bisa digerakkannya karena lelaki itu juga telah mengunci kedua
kakinya dengan kaki kokoh lelaki itu.
Niken
menarik napas perlahan dan mulai angkat bicara.
“Jadi, loe
sudah tahu. Loe nyari informasi tentang gue?” tanya Niken santai. Tapi, Alvi
masih dengan amarahnya tak terima bahwa Niken yang telah membohongi semua
keluarganya dan dirinya hanya menjawab santai pertanyaan Alvi.
“Shitttt…berhenti
main-main dan katakana padaku. Siapa kau sebenarnya…?” tanya Alvi geram melihat
kelakuan gadis di hadapannya itu. Hingga dia tidak sadar kalau cengkeraman di
bahu gadis itu membuat baju gadis itu menjadi terbuka di bahunya karena
resleting di bajunya yang telah nyaris terbuka sempurna.
“Loe mau
menelanjangi gue, apa mendengar jawaban gue sebenarnya ?!”bentak Niken.
Alvi yang
baru sadar kalau cengkeraman dan kelakuannya pada gadis di hadapannya itu
membuat gaun gadis itu menjadi menurun hingga menampakkan seperempat bagian
dadanya. Setelah menyadari apa yang dilakukannya itu Alvi langsung bangun dari
posisinya yang menindih Niken dan segera memalingkan wajahnya dari Niken.
“Sorry…,”
ucapnya kemudian sembari menggaruk rambutnya yang sebenarnya tidak gatal hanya
saja itu dilakukannya untuk menyembunyikan rasa malunya.
Niken yang
seolah tahu bahwa lelaki itu menyadari kesalahannya langsung angkat bicara.
“Makanya
liat-liat dulu sebelum loe melampiaskan kemarahan loe…!! Tunggu dulu, gue bakal
jawab pertanyaan loe setelah gue ganti baju…!!!” bentak Niken yang kemudian
mengambil baju sekenanya dari lemari dan masuk ke kamar mandi dengan menutup
pintunya dengan sangat keras sampai membuat Alvi yang masih berdiri memunggungi
Niken.
“Nah..kenapa
jadi dia yang marah….,” gumam Alvi.
Niken
keluar dari kamar mandi masih dengan gerutuannya.Dan ketika Alvi hendak
membalik badannya dan menghadap ke arahnya Niken buru-buru melarangnya.
“Tunggu….!!!”Ucap
Niken kemudian dia buru-buru menarik selimut dan menutupi tubuhnya kemudian dia
duduk di atas ranjang.Setelahnya dia pun member isyarat pada Alvi bahwa dia
selesai.
“Apa yang
mau loe tanyakan?” ucap Niken.
Alvi yang
membalik badannya dan menghadap ke arah Niken terkejut bukan main dengan
kelakuan gadis itu.Ia menutupi sekujur tubuhnya dengan selimut tebal.Hingga
yang terlihat hanyalah wajah gadis itu saja.
“Loe
ngapain kayak gitu?” tanya Alvi dengan kekehannya. Entah kemana perginya
amarahnya yang tadi memuncak seketika sirnah setelah melihat kelakuan gadis
itu.Selalu saja seperti itu, setiap kali amarahnya memuncak jika di dekat gadis
itu pastilah tiba-tiba amarahnya hilang entah kemana.
Niken tak
mejawab pertanyaan Alvi yang menurutnya tidak penting itu.Dan juga sangat
memalukan jika dia harus menjawab pertanyaan Alvi.
“Sudahlah..apa
yang mau loe tanyain?” tanya Niken.
“Kenapa
loe bohongin gue dan keluarga gue?” tanya Alvi yang kini ikut duduk di tempat
tidur menghadap Niken.
“Perasaan
tadi pertanyaan loe bukan ini deh…,”
“Ken….,”
“Iya, iya
gue tahu.Duuh gak sabaran bener jadi orang.Oke gue jawab. Gue gak bohongin
keluarga loe…,”
“Maksud
loe..?”
“Ya, kalau
gue gak bohongin keluarga loe, itu artinya mereka tahu kalau gue memang bukan
Niken Glaviola Bramasta.Gitu aja gak tahu…,” cibir Niken.
“Ken..Maksud
loe…? Mereka tahu tapi masih mau di bohongin sama loe dan nerima loe jadi
menantu mereka?” tanya Alvi. Dan Niken pun menjawab dengan anggukan.
“Loe kira
gue bodoh Ken. Mana ada keluarga gue masih mau nerima loe setelah mereka tahu
kalau loe bukan Niken yang asli…,”
“Kenyataannya
memang gitu Vi. Dan asal loe tahu nama gue juga Niken. Niken Graviolin
Bramasta. Dan Niken Graviola itu adalah adik gue..,” jelas Niken.
“Tap…tapi…bagaimana
mungkin…?”
“Gue
saudara kembarnya Vi, gak ada yang nggak mungkin…,”
“Tapi…yang
ku tahu Bramasta hanya mempunyai satu orang putri..”
“Iya, itu
karena gue gak tinggal dengan kedua orang tua gue dan kembaran gue. Gue tinggal
dengan orang tua angkat gue di luar negeri..,”
“Gak usah
drama deh Ken.Mana ada orang tua yang nggak mau tinggal dengan anaknya
sendiri!!”
“Itu
karena mereka bilang pingin ngelindungin gue dari orang-orang picik itu…!!!”
jelas Niken.
Dan tentu
saja itu membuat Alvi menjadi semakin penasaran dengan kelanjutan dari
penjelasan Niken.
*****
0 comments:
Posting Komentar