Rabu, 22 April 2020

Enam

Edit Posted by with No comments

Pesta belum usai dan Alvi berjalan keluar dari ballroom hotel setelah mendapat telfon dari seseorang di seberang sana. Dia segera bergegas menemui seseorang yang tengah menelfonnya itu.Alvi memarkirkan mobilnya di sebuah café dan seseorang melambaikan tangannya ketika Alvi tengah masuk café itu.
       “Oh, Vin…sorry gue agak lama,” ucap seseorang yang bernama Calvin itu.
       “Iya, gue maklum. Loe kan pengantin baru, hehe… Sorry gue tadi gak sempet dateng,”
       “Ya, gak masalah…,”
       “Tadinya gue pikir besok aja gue mau ngasih tahu loe karena hari ini adalah hari pernikahan loe, dan rasanya gak etis banget kalau gue harus menculik pengantin prianya. Tapi, masalahnya gue gak bisa lama-lama karena malemini jugague harus terbang ke Canada,”
       “Ya, gak masalah. Ngomong-ngomong info apa yang loe dapet tentang gadis itu?” tanya Alvi pada Calvin.
       Calvin menyerahkan sebuah dokumen yang agak tebal kepada Alvi.Dan Alvi membaca satu per satu halaman dokumen itu. Dan dia begitu terkejut ketika melihat isi di halaman ke lima dokumen tersebut.
       “Ini……?”tanya Alvi.
       “Ya, itu informasi tentang istri loe yang sebenarnya,”
       “Apa data-data ini akurat?” tanya Alvi lagi seolah tak percaya dengan dokumen yang tengah di bacanya itu.
       “Ya, tentu saja. Loe tahu kan gue ini professional, jadi gue gak mungkin ngasih data ke loe yang gak bener tentang dia,”
       “Tapi…ini….?”
       “Ya, loe nggak percaya kan? Begitu pula dengan gue sebelumnya juga gak percaya Vi. Tapi, setelah gue cari informasi sampai ke LA gue baru mendapatkan kebenaran itu..,” jelas Calvin.
       Alvi masih diam tercenggang dengan dokumen ditangannya itu.Matanya terpaku membaca lembar demi lembar dokumen itu.Dan seolah tahu bahwa Alvi belum dapat menerima kebenaran dokumen itu, Calvin mulai angkat bicara.
       “Ma’af Vi, gue gak bisa lama-lama.Gue harus segera pergi,” ucap Calvin dan di jawabi anggukan oleh Alvi.
       Alvi melajukan mobilnya ke area tepi pantai.Di hirupnya udara di tepi pantai tersebut seraya mencari ketenangan.
       “Kenapa kamu berbohong Ken….?” Batin Alvi.
*****
       Pesta berakhir hingga pukul sebelas malam.Niken masuk ke kamar hotel yang telah di sediakan oleh mertuanya terlebih dahulu.Ia tak menunggu Alvi untuk pergi bersamanya karena kelelahan yang tengah melandanya.
       “Kemana perginya tuh orang….,” gumam Niken sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi dari Ballroom menuju kamarnya yang dengan nomor kamar 501.
       Niken tengah berusaha melepaskan baju nya. Dia menghadapkan punggungnya di depan cermin dan berusaha menarik pengait untuk membuka resleting bajunya. Setelah bersusah payah akhirnya dia dapat menggapai pengait itu dan perlahan dia sudah hampir bisa membuka resleting itu.
       Namun, tiba-tiba seseorang tiba-tiba masuk dan segera mendorong tubuhnya ke tempat tidur dengan cepat hingga dia tak sempat untuk menghentikan orang itu.Dan matanya sungguh terkejut bukan main ketika dia tahu siapa lelaki yang tengah membuatnya terbaring di kamar tidur dengan lelaki itu yang masih menindih tubuhnya sembari menatapnya dengan tatapan mata yang tajam.Tangan Niken yang di cekal oleh lelaki itu tak mampu berbuat apa-apa.Dia hanya diam menerima perlakuan lelaki yang tengan menahan marah di hadapannya itu.
       “Niken Graviola Bramasta sudah mati !!Siapa loe sebenarnya?”tanya Alvi geram dengan amarahnya.
       Gadis yang dikungkungnya di bawah tubuhnya itupun diam beberapa saat sebelum akhirnya angkat bicara karena lelaki di hadapannya ini masih belum melepaskan cengkeramannya di tangan dan bahunya hingga dia tak bisa bergerak sama sekali. Kakinya juga tak bisa digerakkannya karena lelaki itu juga telah mengunci kedua kakinya dengan kaki kokoh lelaki itu.
       Niken menarik napas perlahan dan mulai angkat bicara.
       “Jadi, loe sudah tahu. Loe nyari informasi tentang gue?” tanya Niken santai. Tapi, Alvi masih dengan amarahnya tak terima bahwa Niken yang telah membohongi semua keluarganya dan dirinya hanya menjawab santai pertanyaan Alvi.
       “Shitttt…berhenti main-main dan katakana padaku. Siapa kau sebenarnya…?” tanya Alvi geram melihat kelakuan gadis di hadapannya itu. Hingga dia tidak sadar kalau cengkeraman di bahu gadis itu membuat baju gadis itu menjadi terbuka di bahunya karena resleting di bajunya yang telah nyaris terbuka sempurna.
       “Loe mau menelanjangi gue, apa mendengar jawaban gue sebenarnya ?!”bentak Niken.
       Alvi yang baru sadar kalau cengkeraman dan kelakuannya pada gadis di hadapannya itu membuat gaun gadis itu menjadi menurun hingga menampakkan seperempat bagian dadanya. Setelah menyadari apa yang dilakukannya itu Alvi langsung bangun dari posisinya yang menindih Niken dan segera memalingkan wajahnya dari Niken.
       “Sorry…,” ucapnya kemudian sembari menggaruk rambutnya yang sebenarnya tidak gatal hanya saja itu dilakukannya untuk menyembunyikan rasa malunya.
       Niken yang seolah tahu bahwa lelaki itu menyadari kesalahannya langsung angkat bicara.
       “Makanya liat-liat dulu sebelum loe melampiaskan kemarahan loe…!! Tunggu dulu, gue bakal jawab pertanyaan loe setelah gue ganti baju…!!!” bentak Niken yang kemudian mengambil baju sekenanya dari lemari dan masuk ke kamar mandi dengan menutup pintunya dengan sangat keras sampai membuat Alvi yang masih berdiri memunggungi Niken.
       “Nah..kenapa jadi dia yang marah….,” gumam Alvi.
       Niken keluar dari kamar mandi masih dengan gerutuannya.Dan ketika Alvi hendak membalik badannya dan menghadap ke arahnya Niken buru-buru melarangnya.
       “Tunggu….!!!”Ucap Niken kemudian dia buru-buru menarik selimut dan menutupi tubuhnya kemudian dia duduk di atas ranjang.Setelahnya dia pun member isyarat pada Alvi bahwa dia selesai.
       “Apa yang mau loe tanyakan?” ucap Niken.
       Alvi yang membalik badannya dan menghadap ke arah Niken terkejut bukan main dengan kelakuan gadis itu.Ia menutupi sekujur tubuhnya dengan selimut tebal.Hingga yang terlihat hanyalah wajah gadis itu saja.
       “Loe ngapain kayak gitu?” tanya Alvi dengan kekehannya. Entah kemana perginya amarahnya yang tadi memuncak seketika sirnah setelah melihat kelakuan gadis itu.Selalu saja seperti itu, setiap kali amarahnya memuncak jika di dekat gadis itu pastilah tiba-tiba amarahnya hilang entah kemana.
       Niken tak mejawab pertanyaan Alvi yang menurutnya tidak penting itu.Dan juga sangat memalukan jika dia harus menjawab pertanyaan Alvi.
       “Sudahlah..apa yang mau loe tanyain?” tanya Niken.
       “Kenapa loe bohongin gue dan keluarga gue?” tanya Alvi yang kini ikut duduk di tempat tidur menghadap Niken.
       “Perasaan tadi pertanyaan loe bukan ini deh…,”
       “Ken….,”
       “Iya, iya gue tahu.Duuh gak sabaran bener jadi orang.Oke gue jawab. Gue gak bohongin keluarga loe…,”
       “Maksud loe..?”
       “Ya, kalau gue gak bohongin keluarga loe, itu artinya mereka tahu kalau gue memang bukan Niken Glaviola Bramasta.Gitu aja gak tahu…,” cibir Niken.
       “Ken..Maksud loe…? Mereka tahu tapi masih mau di bohongin sama loe dan nerima loe jadi menantu mereka?” tanya Alvi. Dan Niken pun menjawab dengan anggukan.
       “Loe kira gue bodoh Ken. Mana ada keluarga gue masih mau nerima loe setelah mereka tahu kalau loe bukan Niken yang asli…,”
       “Kenyataannya memang gitu Vi. Dan asal loe tahu nama gue juga Niken. Niken Graviolin Bramasta. Dan Niken Graviola itu adalah adik gue..,” jelas Niken.
       “Tap…tapi…bagaimana mungkin…?”
       “Gue saudara kembarnya Vi, gak ada yang nggak mungkin…,”
       “Tapi…yang ku tahu Bramasta hanya mempunyai satu orang putri..”
       “Iya, itu karena gue gak tinggal dengan kedua orang tua gue dan kembaran gue. Gue tinggal dengan orang tua angkat gue di luar negeri..,”
       “Gak usah drama deh Ken.Mana ada orang tua yang nggak mau tinggal dengan anaknya sendiri!!”
       “Itu karena mereka bilang pingin ngelindungin gue dari orang-orang picik itu…!!!” jelas Niken.
       Dan tentu saja itu membuat Alvi menjadi semakin penasaran dengan kelanjutan dari penjelasan Niken.
*****









0 comments:

Posting Komentar