Rabu, 22 April 2020

Tujuh

Edit Posted by with No comments

Hingga hari mulai malam Niken masih menceritakan apa yang ingin di ketahui oleh Alvi. Dan Alvi pun masih setia mendengarkan cerita Niken.
       “Orang tua gue adalah salah satu artis terkenal di perusahaan bokap loe.Papa gue seorang composer lagu “Bramasta Prasetyo”, dan ibu gue adalah pemain biola terkenal “Selvi Gracella Moudy”. Loe pernah dengar kan?” tanya Niken yang langsung di jawabi anggukan oleh Alvi. Menurut kabar yang beredar orang tua gue meninggal karena kecelakaan.Tapi sebenarnya mereka meninggal bukan karena itu. Mereka meninggal karena di bunuh…,”
       Alvi terkejut mendengar penuturan Niken.
       “Kenapa loe berpikiran seperti itu?” tanya Alvi.
       “Gue tahu, dari pesan-pesan yang dikirimkan oleh saudara kembar gue. Saudara gue sering ngirim fax ke gue waktu gue di LA dan menceritakan semua yang terjadi di sini termasuk dengan terror dan ancaman-ancaman yang di terima oleh beberapa orang yang membenci orang tua gue..,”
       “Tapi, bagaimana mungkin mereka bisa tidak tahu kalau loe juga anak mereka? Bukankah fax-fax yang di kirimkan saudara loe ke loe bisa melacak keberadaan loe?” tanya Alvi dengan kening berkerutnya pertanda dia sangat penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi pada gadis yang kini berada di hadapannya itu.
       “Gue dan saudara gue sering bermain kode-kode an semasa kecil. Kami sering membuat kode dari notasi-notasi balok, hingga kadang percakapan dengan tulisan yang sering gue lakukan dengan saudara gue jika dilihat oleh orang-orang hanyalah nampak seperti partitur lagu yang belum selesai di buat. Hal itulah yang mungkin membuat mereka tidak menaruh curiga sedikitpun akan adanya fax itu. Mereka hanya berfikiran itu adalah lagu yang Papa gue gubah dan dikirim ke seorang temannya di luar negeri tanpa mereka tahu bahwa sesungguhnya partitur-partitur tersebut berisi sebuah rahasia antara diri gue dan saudara gue,” jelas Niken.
       Alvi mendengar seluruh rangkaian cerita yang diceritakan oleh Niken.Tentang asal usul Niken, dan alasan yang mendasari ambisi balas dendamnya itu.Tapi, dia tahu bahwa dari semua rangkaian cerita yang di ceritakan gadis itu padanya masih terselip beberapa kebohongan.Dia tahu ada beberapa kejanggalan dalam cerita itu. Terlebih tentang alasan apa yang sebenarnya mendasari keluarganya hingga masih tetap mengikuti kemauan gadis itu untuk ambisi balas dendamnya.
       “Rahasia apa yang masih loe sembunyikan Ken. Loe pikir setelah gue percaya satu kali sama loe maka gue gak akan meraguin loe? Loe salah Ken, karena nyatanya gue tahu bahwa sebenarnya tidak semua cerita yang loe ceritakan adalah kebenarannya Ken…,” gumam Alvi dalam hati.“Gue nggak bisa diam aja, gue harus mengungkap rahasia sebenarnya akan peristiwa ini,” gumam Alvi lagi.
       Kini Alvi yang tengah melihat gadis itu terlelap karena kelelahan. Dimana gadis itu sudah berdiri ber jam-jam di acara pernikahan mereka tadi juga waktu yang cukup lama untuk menceritakan apa yang ingin di ketahui oleh Alvi. Alvi beranjak dari ranjangnya dan membiarkan gadis itu tidur sendiri di rangjang berukuran king size itu. Sementara dirinya membuka almari pakaian dan mengambil beberapa pakaian ganti untuknya.Alvi tersenyum seketika ketika melihat baju-baju gadis itu yang telah berjajar rapi di samping tumpukan bajunya.
       “Jadi, itu yang jadi alasan loe hingga loe melilit tubuh loe dengan selimut-selimut tebal itu?” gumam Alvi yang mengetahui jenis baju apa yang dikenakan oleh gadis itu tadi. Setelah melihat baju-baju transparan dan jenis baju kurang bahan lainnya di samping bajunya yang tertata di lemari. “Ini juga mungkin kerjaan kalian semua…,” gumam Alvi yang mencurigai beberapa orang yang berkelebat di pikirannya yang ia tahu akan mampu bertindak seperti itu.
*****
       Alvi tidak kembali ke hotel pagi harinya setelah Niken bangun.Tidak pula kembali ke rumahnya.Satu malam, dua malam, tiga malam hingga terhitung sudah satu bulan Alvi tidak pulang ke rumahnya. Niken tidak tahu  apa yang membuat lelaki itu menghilang. Pasalnya dia sudah menceritakan semua hal yang ingin Alvi ketahui hingga dia berharap bahwa lelaki itu tidak akan lagi penasaran dan berhenti untuk mencari tahu, karena ketika dia tahu kenyataan yang sebenarnya nanti, Niken tak bisa pastikan apa laki-laki itu akan tetap bisa baik-baik saja atau tidak.
       Tak tahan dengan kecemasan yang dirasakannya, Niken memasuki ruang kerja Dana dan itu tentu saja membuat Dana terkejut. Pasalnya ia tak pernah mengizinkan Niken untuk menemuinya selain atas permintaan darinya.
       “Apa yang kamu lakukan di sini…!!!” ucap Dana dengan nada tinggi.
       “Aku lelah pa.Sudahi saja semua sampai di sini..!” ucap Niken.
       “Apa maksud mu?”
       “Tidakkah papa tahu bahwa papa sudah terlalu melukainya? Memanfaatkan dia yang tidak tahu apa-apa hanya untuk ambisi balas dendam papa !Tidakkah papa kehilangan Om Bram, Tante Selvi dan juga Viola anak papa, sudah membuat papa cukup merasakan kehilangan?” seru Niken.
       “Kamu tidak tahu apa-apa. Pendapatmu tidak di butuhkan di sini…!!!” ucap Dana geram.
       “Tapi, pa…jika papa terus seperti ini, papa hanya akan kehilangannya. Tidakkah papa menyayanginya dan menganggapnya seperti anak papa sendiri…!!!” seru Niken yang kemudian mendapatkan bentakan dari Dana.
       “Niken, jangan lewati batasanmu…!!!” ucap Dana.
       “Niken lelah berbohong pa.Niken bukan Viola yang bisa mengikuti semua kehendak papa. Niken juga benci dan bosan di hina terus sama lelaki itu, meski Niken tahu bahwa dia melakukan itu memang karena tanpa sepengetahuannya. Pokoknya Niken nggak mau tahu, sudahi saja semuanya sampai di sini atau papa nggak akan lagi liat Niken untuk selamanya seperti papa nggak akan bisa liat Viola,”
       Akhirnya Niken pun memutuskan untuk meninggalkan ruang kerja papanya dan menutup pintu itu dengan keras.Sementara seseorang yang tadi berdiri di balik pintu itu yang mendengar pembicaraan kedua orang tersebut kini bersembunyi.
*****
       Flashback On
       “Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Niken memanggil papa gue dengan sebutan papa, dan memanggil Om Bram dan Tante Selvi yang dia bilang orang tua kandungnya malah di panggilnya dengan sebutan Om dan Tante?” pikir Alvi beberapa detik lalu ketika Alvi berdiri di depan pintu ruang kerja papanya.
       Alvi masih mendengarkan pembicaraan kedua orang itu yang dapat di tangkapnya bahwa kedua orang itu terkesan terlalu akrab jika hanya sebatas hubungan antara menantu dan mertuanya.
       Dan betapa terkejutnya Alvi kemudian setelah mendengar pernyataan Niken, bahwa Viola adalah anak papanya. Kalau Viola adalah anak papanya maka….Niken juga….
*****
       Alvi berlari dengan gusar, tak ingin mempercayai apa yang di dengarnya. Jika memang Niken adalah anak papanya, lantas bagaimana dengan dirinya?Tidak mungkin jika dirinya dan Niken bersaudara, karena nyatanya orang tuanya menikahkannya dengan Niken. Orang tua mana yang akan menikahkan anak kandungnya dengan anak kandungnya sendiri juga?  Tapi, jika benar tidak mungkin kemungkinan itu, lantas siapa dirinya..?
       Niken yang keluar dari ruang kerja Dana merasa ada yang aneh.Ia merasa ada seseorang yang tadi berdiri di depan ruangan ini. Niken segera bertanya pada penjaga siapa yang tadi berdiri atau sekedar melintas di depan ruang kerja papanya itu tapi penjaga bungkam dan tidak mengatakan apapun. Hingga akhirnya Niken pun memutuskan untuk melihat putaran ulang kejadian beberapa menit yang lalu dan dia begitu terkejut melihat siapa orang yang berdiri di depan ruang kerja papanya itu.
       “Alvi…..,” desahnya.
       Setelah melihat itu dan tanpa melihat kelanjutan video di cctv itu Niken  pun segera mengambil langkah seribu dan bergegas mengendarai mobil yang terparkir di parkiran. Dan berusaha untuk mengejar mobil yang berada beberapa meter jauhnya dari dirinya. Ia mengikuti sebuah mobil berwarna merah yang melesat begitu cepatnya itu. Mobil itu kemudian berhenti di sebuah villa di tepi pantai.
       Tahu bahwa ada seseorang yang mengikutinya Alvi sengaja membiarkannya karena ia tahu siapa yang telah mengikutinya itu. Ia keluar dengan gusar dan mendatangi mobil orang yang mengikutinya itu dan dengan kasar di tarikya tangan seorang wanita yang mengikutinya itu dan segera menghimpit tubuh wanita itu di pintu mobil.
       “Ngapain loe ngikutin gue….!!!” bentak Alvi. Namun Niken tak menjawab dan hanya berdiam diri.
       “Gue tanya sekali lagi, ngapain loe ngikutin gue!!!” bentak Alvi lebih keras dan kemudian karena amarahnya yang tak dapat di tahannya, Alvi mencium kasar bibir gadis itu. Melumat bibir itu tanpa ampun, bahkan ia tak peduli meski bibir bawah gadis di hadapannya itu berdarah. Dia tetap melakukannya sampai tak disadarinya bahwa gadis itu sudah terengah-engah karena sesak nafas akibat ciuman kasar Alvi.Setelahnya Alvi pun melepas ciuman itu.
       “Ngapain loe ngikutin gue…?” tanyanya lagi dengan suara yang kini melembut.Seolah semua amarahnya telah di tumpahkannya pada ciuman yang berlangsung beberpa detik lalu itu.
       “Karena gue gak bisa ninggalin loe sendiri…,” ucap Niken.
       “Kenapa?Kenapa loe gak biarin gue sendiri. Hah….Tidakkah loe puas dengan semua yang terjadi ini !Sandiwara loe dan keluarga loe…sungguh membuatku muak. Jadi pergi dari sini dan tinggalkan gue sendiri…!!! Bentak Alvi.
       “Gue nggak bisa..!!!”
       “Kenapa?Kenapa loe mesti nggak bisa!!!” bentak Alvi lagi.
       “Karena itu kemauan adek gue….!!!” seru Niken yang kini sudah berurai air mata. Air mata yang sedari tadi di tahannya kini menyeruak keluar.Melihat lelaki di hadapannya yang berantakan dan tak terurus itu entah mengapa membuat hati Niken menjadi sakit.Lelaki itu berusaha keras menjauh darinya, tapi Niken berusaha memeluk lelaki di hadapannya itu, hingga keduanya pun akhirnya menangis bersama.
*****

      


      

0 comments:

Posting Komentar