Hingga hari mulai malam Niken masih menceritakan apa
yang ingin di ketahui oleh Alvi. Dan Alvi pun masih setia mendengarkan cerita
Niken.
“Orang tua
gue adalah salah satu artis terkenal di perusahaan bokap loe.Papa gue seorang
composer lagu “Bramasta Prasetyo”, dan ibu gue adalah pemain biola terkenal
“Selvi Gracella Moudy”. Loe pernah dengar kan?” tanya Niken yang langsung di
jawabi anggukan oleh Alvi. Menurut kabar yang beredar orang tua gue meninggal
karena kecelakaan.Tapi sebenarnya mereka meninggal bukan karena itu. Mereka
meninggal karena di bunuh…,”
Alvi
terkejut mendengar penuturan Niken.
“Kenapa
loe berpikiran seperti itu?” tanya Alvi.
“Gue tahu,
dari pesan-pesan yang dikirimkan oleh saudara kembar gue. Saudara gue sering
ngirim fax ke gue waktu gue di LA dan menceritakan semua yang terjadi di sini
termasuk dengan terror dan ancaman-ancaman yang di terima oleh beberapa orang
yang membenci orang tua gue..,”
“Tapi,
bagaimana mungkin mereka bisa tidak tahu kalau loe juga anak mereka? Bukankah
fax-fax yang di kirimkan saudara loe ke loe bisa melacak keberadaan loe?” tanya
Alvi dengan kening berkerutnya pertanda dia sangat penasaran dengan apa yang
sebenarnya terjadi pada gadis yang kini berada di hadapannya itu.
“Gue dan
saudara gue sering bermain kode-kode an semasa kecil. Kami sering membuat kode
dari notasi-notasi balok, hingga kadang percakapan dengan tulisan yang sering
gue lakukan dengan saudara gue jika dilihat oleh orang-orang hanyalah nampak
seperti partitur lagu yang belum selesai di buat. Hal itulah yang mungkin
membuat mereka tidak menaruh curiga sedikitpun akan adanya fax itu. Mereka
hanya berfikiran itu adalah lagu yang Papa gue gubah dan dikirim ke seorang
temannya di luar negeri tanpa mereka tahu bahwa sesungguhnya partitur-partitur
tersebut berisi sebuah rahasia antara diri gue dan saudara gue,” jelas Niken.
Alvi
mendengar seluruh rangkaian cerita yang diceritakan oleh Niken.Tentang asal
usul Niken, dan alasan yang mendasari ambisi balas dendamnya itu.Tapi, dia tahu
bahwa dari semua rangkaian cerita yang di ceritakan gadis itu padanya masih
terselip beberapa kebohongan.Dia tahu ada beberapa kejanggalan dalam cerita
itu. Terlebih tentang alasan apa yang sebenarnya mendasari keluarganya hingga masih
tetap mengikuti kemauan gadis itu untuk ambisi balas dendamnya.
“Rahasia
apa yang masih loe sembunyikan Ken. Loe pikir setelah gue percaya satu kali
sama loe maka gue gak akan meraguin loe? Loe salah Ken, karena nyatanya gue
tahu bahwa sebenarnya tidak semua cerita yang loe ceritakan adalah kebenarannya
Ken…,” gumam Alvi dalam hati.“Gue nggak bisa diam aja, gue harus mengungkap
rahasia sebenarnya akan peristiwa ini,” gumam Alvi lagi.
Kini Alvi
yang tengah melihat gadis itu terlelap karena kelelahan. Dimana gadis itu sudah
berdiri ber jam-jam di acara pernikahan mereka tadi juga waktu yang cukup lama
untuk menceritakan apa yang ingin di ketahui oleh Alvi. Alvi beranjak dari
ranjangnya dan membiarkan gadis itu tidur sendiri di rangjang berukuran king size
itu. Sementara dirinya membuka almari pakaian dan mengambil beberapa pakaian
ganti untuknya.Alvi tersenyum seketika ketika melihat baju-baju gadis itu yang
telah berjajar rapi di samping tumpukan bajunya.
“Jadi, itu
yang jadi alasan loe hingga loe melilit tubuh loe dengan selimut-selimut tebal
itu?” gumam Alvi yang mengetahui jenis baju apa yang dikenakan oleh gadis itu
tadi. Setelah melihat baju-baju transparan dan jenis baju kurang bahan lainnya
di samping bajunya yang tertata di lemari. “Ini juga mungkin kerjaan kalian
semua…,” gumam Alvi yang mencurigai beberapa orang yang berkelebat di
pikirannya yang ia tahu akan mampu bertindak seperti itu.
*****
Alvi tidak
kembali ke hotel pagi harinya setelah Niken bangun.Tidak pula kembali ke
rumahnya.Satu malam, dua malam, tiga malam hingga terhitung sudah satu bulan
Alvi tidak pulang ke rumahnya. Niken tidak tahu
apa yang membuat lelaki itu menghilang. Pasalnya dia sudah menceritakan
semua hal yang ingin Alvi ketahui hingga dia berharap bahwa lelaki itu tidak
akan lagi penasaran dan berhenti untuk mencari tahu, karena ketika dia tahu
kenyataan yang sebenarnya nanti, Niken tak bisa pastikan apa laki-laki itu akan
tetap bisa baik-baik saja atau tidak.
Tak tahan
dengan kecemasan yang dirasakannya, Niken memasuki ruang kerja Dana dan itu
tentu saja membuat Dana terkejut. Pasalnya ia tak pernah mengizinkan Niken
untuk menemuinya selain atas permintaan darinya.
“Apa yang
kamu lakukan di sini…!!!” ucap Dana dengan nada tinggi.
“Aku lelah
pa.Sudahi saja semua sampai di sini..!” ucap Niken.
“Apa
maksud mu?”
“Tidakkah
papa tahu bahwa papa sudah terlalu melukainya? Memanfaatkan dia yang tidak tahu
apa-apa hanya untuk ambisi balas dendam papa !Tidakkah papa kehilangan Om Bram,
Tante Selvi dan juga Viola anak papa, sudah membuat papa cukup merasakan
kehilangan?” seru Niken.
“Kamu
tidak tahu apa-apa. Pendapatmu tidak di butuhkan di sini…!!!” ucap Dana geram.
“Tapi,
pa…jika papa terus seperti ini, papa hanya akan kehilangannya. Tidakkah papa
menyayanginya dan menganggapnya seperti anak papa sendiri…!!!” seru Niken yang
kemudian mendapatkan bentakan dari Dana.
“Niken,
jangan lewati batasanmu…!!!” ucap Dana.
“Niken
lelah berbohong pa.Niken bukan Viola yang bisa mengikuti semua kehendak papa.
Niken juga benci dan bosan di hina terus sama lelaki itu, meski Niken tahu
bahwa dia melakukan itu memang karena tanpa sepengetahuannya. Pokoknya Niken
nggak mau tahu, sudahi saja semuanya sampai di sini atau papa nggak akan lagi
liat Niken untuk selamanya seperti papa nggak akan bisa liat Viola,”
Akhirnya
Niken pun memutuskan untuk meninggalkan ruang kerja papanya dan menutup pintu
itu dengan keras.Sementara seseorang yang tadi berdiri di balik pintu itu yang
mendengar pembicaraan kedua orang tersebut kini bersembunyi.
*****
Flashback On
“Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Niken
memanggil papa gue dengan sebutan papa, dan memanggil Om Bram dan Tante Selvi
yang dia bilang orang tua kandungnya malah di panggilnya dengan sebutan Om dan Tante?”
pikir Alvi beberapa detik lalu ketika Alvi berdiri di depan pintu ruang kerja
papanya.
Alvi masih mendengarkan pembicaraan kedua
orang itu yang dapat di tangkapnya bahwa kedua orang itu terkesan terlalu akrab
jika hanya sebatas hubungan antara menantu dan mertuanya.
Dan betapa terkejutnya Alvi kemudian
setelah mendengar pernyataan Niken, bahwa Viola adalah anak papanya. Kalau
Viola adalah anak papanya maka….Niken juga….
*****
Alvi
berlari dengan gusar, tak ingin mempercayai apa yang di dengarnya. Jika memang
Niken adalah anak papanya, lantas bagaimana dengan dirinya?Tidak mungkin jika
dirinya dan Niken bersaudara, karena nyatanya orang tuanya menikahkannya dengan
Niken. Orang tua mana yang akan menikahkan anak kandungnya dengan anak
kandungnya sendiri juga? Tapi, jika
benar tidak mungkin kemungkinan itu, lantas siapa dirinya..?
Niken yang
keluar dari ruang kerja Dana merasa ada yang aneh.Ia merasa ada seseorang yang
tadi berdiri di depan ruangan ini. Niken segera bertanya pada penjaga siapa
yang tadi berdiri atau sekedar melintas di depan ruang kerja papanya itu tapi
penjaga bungkam dan tidak mengatakan apapun. Hingga akhirnya Niken pun
memutuskan untuk melihat putaran ulang kejadian beberapa menit yang lalu dan
dia begitu terkejut melihat siapa orang yang berdiri di depan ruang kerja
papanya itu.
“Alvi…..,”
desahnya.
Setelah melihat
itu dan tanpa melihat kelanjutan video di cctv itu Niken pun segera mengambil langkah seribu dan
bergegas mengendarai mobil yang terparkir di parkiran. Dan berusaha untuk
mengejar mobil yang berada beberapa meter jauhnya dari dirinya. Ia mengikuti sebuah
mobil berwarna merah yang melesat begitu cepatnya itu. Mobil itu kemudian
berhenti di sebuah villa di tepi pantai.
Tahu bahwa
ada seseorang yang mengikutinya Alvi sengaja membiarkannya karena ia tahu siapa
yang telah mengikutinya itu. Ia keluar dengan gusar dan mendatangi mobil orang
yang mengikutinya itu dan dengan kasar di tarikya tangan seorang wanita yang
mengikutinya itu dan segera menghimpit tubuh wanita itu di pintu mobil.
“Ngapain
loe ngikutin gue….!!!” bentak Alvi. Namun Niken tak menjawab dan hanya berdiam
diri.
“Gue tanya
sekali lagi, ngapain loe ngikutin gue!!!” bentak Alvi lebih keras dan kemudian
karena amarahnya yang tak dapat di tahannya, Alvi mencium kasar bibir gadis
itu. Melumat bibir itu tanpa ampun, bahkan ia tak peduli meski bibir bawah
gadis di hadapannya itu berdarah. Dia tetap melakukannya sampai tak disadarinya
bahwa gadis itu sudah terengah-engah karena sesak nafas akibat ciuman kasar
Alvi.Setelahnya Alvi pun melepas ciuman itu.
“Ngapain
loe ngikutin gue…?” tanyanya lagi dengan suara yang kini melembut.Seolah semua
amarahnya telah di tumpahkannya pada ciuman yang berlangsung beberpa detik lalu
itu.
“Karena
gue gak bisa ninggalin loe sendiri…,” ucap Niken.
“Kenapa?Kenapa
loe gak biarin gue sendiri. Hah….Tidakkah loe puas dengan semua yang terjadi
ini !Sandiwara loe dan keluarga loe…sungguh membuatku muak. Jadi pergi dari
sini dan tinggalkan
gue sendiri…!!! Bentak Alvi.
“Gue nggak
bisa..!!!”
“Kenapa?Kenapa
loe mesti nggak bisa!!!” bentak Alvi lagi.
“Karena
itu kemauan adek gue….!!!” seru Niken yang kini sudah berurai air mata. Air
mata yang sedari tadi di tahannya kini menyeruak keluar.Melihat lelaki di
hadapannya yang berantakan dan tak terurus itu entah mengapa membuat hati Niken
menjadi sakit.Lelaki itu berusaha keras menjauh darinya, tapi Niken berusaha
memeluk lelaki di hadapannya itu, hingga keduanya pun akhirnya menangis
bersama.
*****
0 comments:
Posting Komentar