Keheningan terjadi di antara keduanya.Mereka duduk
berdua dengan arah pandang menatap tepi pantai.Botol-botol, minuman kaleng
sudah banyak yang kosong, karena keduanya hanya asyik minum dan berkelana
dengan pikirannya masing-masing.Hingga akhirnya Alvi angkat bicara untuk
memecah keheningan itu.
“Ceritakan
ke gue semua kebenarannya tanpa terkecuali…,” ucap Alvi.
Niken
menatap wajah lelaki yang duduk di sampingnya
itu. Lelaki itu bertanya tanpa memandang ke arahnya.Dan Niken pun tahu,
bahwa lelaki itu mungkin masih memendam amarahnya.Dan akhirnya detik berikutnya
dia pun mulai menceritakan semua hal pada Alvi.
“Gue
sebenarnya gak tahu harus memulai cerita ini dari mana.Karena cerita ini
sungguh sangat rumit dan dulu aku menghabiskan begitu banyak waktuku hanya
untuk mencari benang merah dari semua permasalahan ini,” ucap Niken sebagai
pembuka ceritanya.
“Semua
ini berawal dari cerita lama dimana kakek, nenek loe dan kakek nenek gue adalah
bersahabat.Dan benar adanya memang tentang perjodohan di antara keluarga
kita.Tapi, dulu yang di jodohkan adalah Tante Selvi dengan Papa Dana. Papa
sangat mencintai Tante Selvi, tapi tidak dengan Tante Selvi, dia mencintai
lelaki lain. Hingga akhirnya Tante Selvi memilih pergi meninggalkan Papa Dana
dan menikah dengan Om Bram, sementara Papa Dana akhirnya menikah dengan Mama
Ratih,” jelas Niken.
“Papa
Dana menginginkan anak laki-laki sebagai penerus keluarganya, tapi yang ia
dapatkan ternyata adalah anak perempuan yaitu gue yang dulu sering di panggil
“Violin” dan adik gue “Viola”.Papa Dana tidak menginginkan kami dan akhirnya
Oma menyerahkan gue dan Viola ke Tante Selvi. Dan kami pun menjadi anak Tante
Selvi dan Om Bram dan menjadi keluarga Bramasta tanpa sepengetahuan Papa dan
tentu saja Mama juga tidak tahu karena sejak awal Mama memang tidak pernah tahu
apa-apa. Papa mengatakan pada Mama kalau anak yang dilahirkannya meninggal karena
terlahir tidak normal, dan hal itu membuat Mama Ratih menjadi depresi,” jelas
Niken yang kini kembali membuat matanya berkaca-kaca.
Alvi
menolehkan pandangannya pada Niken, ia tahu dari suara gadis itu yang berubah
menjadi parau karena menahan tangisnya. Tapi, kemudian gadis itu berusaha untuk
menyembunyikannya dan berusaha untuk tetap bersikap wajar, hingga kemudian
gadis itu melanjutkan ceritanya setelah mengambil nafas panjang.
“Suatu
hari Papa Dana membawa pulang seorang bayi laki-laki yang entah di dapatkannya
dari mana.Bayi laki-laki itu adalah loe, Alvi, dan papa memberikan marganya
pada loe. Kedatangan loe ngebuat Mama Ratih sembuh dari depresinya, Mama
mencintai loe dan menganggap loe sebagai pengganti kami. Mama menyayangi loe
seperti anaknya sendiri, sementara gue dan Viola tak pernah mendapatkan
sedikitpun cinta Mama dan Papa. Ketika usia gue 15 tahun, gue tahu kebenaran
tentang hal itu. Waktu itu gue nggak sengaja denger pembicaraan Om Bram dan
Tante Selvi, dan gue sungguh terkejut akan hal itu. Loe tahu apa yang loe
rasakan ketika orang tua loe sendiri gak mau nerima anaknya sendiri dan malah
memilih untuk mengasuh anak orang lain? Rasanya sungguh menyakitkan Vi, menyesakkan
seakan loe kesulitan untuk bernafas meskipun sebenarnya udara tersedia cukup
banyak untuk bisa loe hirup,”
“Om Bram
dan Tante Selvi menyuruh gue untuk menyimpan rahasia itu dari siapapun termasuk
saudara kembar gue Viola, mengingat kondisi dia yang lemah dan sering
sakit-sakitan. Tapi, gue gak pandai berbohong Vi, gue gak bisa berpura-pura
baik-baik saja setiap kali gue lihat Papa setiap harinya mengingat Om Bram dan
Tante Selvi bekerja untuk perusahaan Papa Dana. Dan akhirnya karena hal itulah
Om Bram dan Tante Selvi mengirim gue ke luar negeri untuk melindungi gue, tidak
saja agar terhindar dari Papa tapi juga musuh-musuh Papa,” jelas Niken.
“Lalu,
bagaiman Om Bram, Tante Selvi dan Viola bisa meninggal?” tanya Alvi.
“Mereka
di bunuh….,” ucap Niken yang tentu saja membuat Alvi terbelalak kaget.
“Bag…bagaimana
mungkin loe mengetahuinya?” tanya Alvi.
“Sama
seperti yang gue ceritain ke loe dulu, gue tahu semua itu dari adik gue. Viola
mengatakan kepadaku kalau beberapa hari terakhir sebelum kematiannya, ia tengah
di intai. Dan pelakunya tentu saja musuh papa.Musuh papa akhirnya tahu bahwa
Viola adalah anak kandung papa, meskipun mereka tidak melihat wajah Viola
secara langsung.Dan mereka pun kemudian melakukan balas dendam kepada papa
dengan melakukan pembunuhan terhadap Viola. Dengan begitu, mereka berharap
bahwa dengan kematian putrinya, papa akan hancur sehancur-hancurnya. Namun
nyatanya lain, papa bahkan tidak bersedih sedikitpun atas kematian Viola. Ia
hanya mementingkan perusahaannya, yang dipikirkannya hanyalah tentang bagaimana
ia menjadikan perusahaannya menjadi leader diantara perusahaan-perusahaan yang
lainnya,” jelas Niken yang kemudian dengan suara parau karena menhan tangisnya.
Alvi
yang mendengar penuturan cerita Niken, kini tak menemukan kebohongan di mata
gadis itu ketika gadis itu menceritakan semuanya kepadanya.Ia juga tidak
menyangka bagaimana rumit dan sulitnya kehidupan gadis yang berada di
sampingnya itu. Dirinya merasa bersalah kepada gadis itu, bagaimana tidak ia
hidup dalam kemewahan sejak kecil. Meski ia tidak tahu siapa orang tua
kandungnya, tapi ia mendapatkan kasih saying yang sangat banyak dari orang tua
kandung Niken, sementara gadis itu malah hidup dalam pelarian dan kesusahan
sekalipun ia tahu bahwa keluarganya adalah keluarga terkaya kedua di negaranya.
Alvi
tidak dapat membayangkan betapa sedih rasanya ketika dirinya berada di posisi
Niken, dimana kelahirannya tidak di
harapkan oleh papanya karena ambisi yang menguasainya. Keheningan tercipta
beberapa waktu ketika Niken selesai dengan ceritanya.Hingga kemudian Alvi
menanyakan beberapa pertanyaan lagi kepada gadis itu.
“Loe
bilang, loe peduli pada gue karena adik loe, apa maksudnya? Gue bahkan sama
sekali nggak kenal sama adik loe?” tanya Alvi. Niken menatap kedua manik mata
lelaki yang melontarkan pertanyaan itu kepada dirinya.
“Em…it..itu
karena….,” ucap Niken terbata-bata.
“Why?
Karena apa Ken?” tanya Alvi dengan rasa penasarannya.
“Karena
adik gue…jatuh cinta sama loe….,” ucap Niken dengan susah payah.
Alvi
yang mendengar jawaban Niken seolah tak percaya dengan apa yang di dengarnya
dari gadis itu. Bagaimana mungkin dia percaya bahwa adiknya mencintai dirinya
yang nyatanya adalah perebut kebahagiaannya.Ia merebut posisinya dan juga kasih
saying kedua orang tuanya.
Niken
yang melihat tatapan mata lelaki dihadapannya yang menatapnya dengan banyak
tanya dan menyiratkan ketidak percayaan lelaki itu pada jawaban darinya, segera
menggelengkan kepalanya seraya member jawaban tidak, dirinya tidak tahu kenapa
hal itu bisa terjadi.
“Gue
nggak tahu Vi, gue nggak tahu kenapa Viola bisa mencintai loe. Harusnya dia
membenci loe sama sepertiku dan bukannya mencintai loe, karena loe telah
mengambil semua kasih sayang orang tua kami. Tapi suatu hari dia berkata pada
gue kalau cinta tidak pernah bisa memilih kepada siapa ia akan jatuh, ia juga tidak pernah meminta sebelumnya bahwa
rasa cintanya akan jatuh pada loe. Dia bilang bahwa bukan salah loe kalau pada
akhirnya gue dan dia kehilangan cinta orang tua kami karena nyatanya loe bahkan
nggak tahu apa-apa tentang masalah ini.Karena itulah, ketika dia merasa bahwa
harinya telah habis di dunia, dia meminta gue buat selalu ada bersama loe,
disaat loe mengetahui semua kebenaran ini.Dia nggak ingin melihat loe terpuruk
dan menyalahkan diri loe sendiri,” jelas Niken.
“Niken
Graviola Bramasta, seorang gadis yang bahkan tak pernah ku temui, tapi dia
mencintai gue dengan begitu dalamnya. Apakah gue termasuk salah satu yang
beruntung?” ujar Alvi.
“Ya,
tentu saja.Loe adalah orang paling beruntung sedunia karena mendapat cinta
darinya.Dia gadis yang cantik, lugu dan berbakat.Ia berbakat dalam bermain
piano apalagi biola.Ia dikagumi oleh banyak para lelaki, namun dia hanya
tertuju pada loe, dia bodoh kan? Padahal apa coba yang dia liat dari loe….,”
ucap Niken dan tentu saja membuat Alvi
sedikit tersinggung.
“Heii…gue
nggak terlalu buruk dan gue juga pantas di cintai….,” ucap Alvi sembari
mengerucutkan bibirnya.
“Ah…benarkah….?”
Tanya Niken menggoda lelaki itu yang tentu saja membuat Alvi merasa sedikit
kesal.
Akhirnya
ia pun membalas Niken dengan menggelitik tubuh gadis itu. Niken yang tidak
tahan dengan geli itu pun berlari menghindari lelaki itu. Namun, bukan Alvi
namanya jika ia tidak bisa mengejar gadis itu. Ia mengejar Niken dan akhirnya
Niken pun tertangkap olehnya. Niken bernafas dengan terengah-engah akibat ia
lelah berlari, ia berada dalam dekapan Alvi kali ini. Mereka sama-sama
mengambil napas karena lelah berlarian.Akhirnya keheningan pun tercipta
beberapa saat di antara mereka.Kemudian Alvi pun berkata.
“Sudah
malam bisakah kita beristirahat sekarang?” tanya Alvi.
“Tentu
saja.Hari ini hari yang panjang dan aku juga lelah…,” seru Niken.
“Em…Ken….,”
“Apa?”
“Apa
kita akan tidur satu ranjang?” tanya Alvi dengan malu-malu ketika mereka sudah
sampai di dalam rumah di tepi pantai itu. Rumah itu adalah rumah pembelian
Alvi, dimana dia sering menghabiskan waktunya disitu jika suasana hatinya
sedang buruk seraya mencari ketenangan.
“Ya
tentu saja. Disini cuman ada satu kamar kan?” tanya Niken dan Alvi mejawab
dengan anggukan. “Kita akan tidur sekamar, kecuali kalau kamu bersedia untuk
tidur di sofa dan kamar itu gue yang nempati…,” ucap Niken dengan tersenyum
licik.
“Ish…enak
aja loe.Ini rumah-rumah gue, harusnya gue yang tidur di kamar dan loe yang
tidur di sofa…,”dengus Alvi.
“Nggak
mau, pokoknya loe tidur di sofa.Kalau loe nggak mau juga, ya sudah terpaksa
kita tidur satu ranjang..,” ucap Niken.
“Ya,
tentu saja siapa takut…,” ucap Alvi yang langsung masuk ke kamar tidur
mengikuti Niken dibelakang.
Beberapa
menit kemudian Niken pun tertidur pulas di samping Alvi.Alvi menatap gadis
itu.Ia meletakkan rambut gadis itu di balik telinganya.
“Terima
kasih sudah bersedia menemaniku Ken.Ma’afkan aku atas semuanya. Bisakah loe
menghilangkan rasa benci loe ke gue sama seperti yang dilakukan adik loe ke
gue? Karena gue butuh loe sejak gue mulai merasakan sesuatu sama loe, dan gue
harap suatu saat nanti loe juga mulai ada perasaan ke gue,” ucap Alvi lirih
yang tidak mungkin terdengar oleh gadis yang tertidur pulas itu. Alvi mengecup
kening Niken ringan dan ia mengambil tubuh gadis itu dan meletakkannya dalam
pelukannya hingga dia tertidur kemudian.
*****


0 comments:
Posting Komentar