Ada banyak alasan seseoramg membuat
pilihannya
Dan janganlah pernah kamu menghakiminya
Sebelum kamu tahu apa alasan di balik
setiap keputusannya
Agar kamu terhindar dari penyesalan
yang tiada habisnya
~Zelvin~
Akhirnya
Nendra pun menjelaskan semuanya pada Zelvin. Tentang Reta yang menerima ancaman
dari Regina, tentang teror-teror yang Regina lakukan pada Reta, dan tentang
kesalah pahaman hubungan diantara Nendra dan Reta, juga tentang alasan kenapa
Reta harus mau melepaskan Zelvin untuk Regina.
“Kalau dia beneran mencintai gue,
harusnya dia nggak ninggalin gue dan membuat kesalah pahaman itu terjadi
Nen...,”
“Dia melakukan itu karena dia takut
dengan ancaman Regina yang akan nyakitin loe kalau dia nggak ngelakuin apa yang
Regina mau. Dia mempunyai tingkat kecemasan yang berlebihan Vin, dan itulah
yang membuat dia akhirnya memutuskan untuk memilih langkah itu...,”
“Psikosomatik. Dia memiliki tingakat
kecemasan dan ketakutan yang berlebihan. Dan salah satu phobianya yang terparah
adalah karena dia takut pada ular. Apa itu yang menyebakannya sampai tidak
sadarkan diri?”
“Iya, dia bercerita bahwa dia
melihat ular di lokernya di kampus dan itulah yang ngebuat dia pingsan. Kau
tahu aku sampai gila karena saking khawatirnya melihat dia tidak sadarkan diri
selama dua hari,” tambah Nendra.
“Nen, loe.....,” Zelvin merasa
curiga dengan rasa khawatir Nendra terhadap Reta yang dianggapnya tidak wajar.
“Ah..apa kelihatan jelas ya... Aku
tak bisa menyembunyikannya lagi. Padahal dulu aku sangat pandai
menyembunyikannya...,”
“Maksud loe...?”
“Ya seperti dugaanmu aku memang
mencintai Reta, sejak dulu dan mungkin sampai sekarang...,” jelas Nendra.
“Kalau loe, sejak kapan loe jatuh cinta pada Reta...,”
“Sejak dulu, sejak gue sering
gangguin di saat di sekolah dasar dulu...,” jujur Zelvin.
“Ahhhh...jadi itukah sebabnya kenapa
loe bisa tahu dia memiliki penyakit itu? Yang bahkan aku sahabatnya dan orang
terdekatnya pun tidak tahu kalau dia menderita penyakit itu sejak lama?”
Zelvin menjawab pertanyaan Nendra
dengan anggukan.
“Aku tidak tahu kalau ternyata kita
mencintai satu orang perempuan yang sama Nen...,”
“Iya, Vin. Aku juga tidak pernah
berfikir kalau kamu juga menyukai dia karena kamu dulu sering sekali
membullynya dan menghinanya..,”
“Ya, kita mencintai satu wanita yang
sama hanya cara kita mencintai yang berbeda Nen. Aku dengan caraku yang
menyakitinya berharap dia akan membenciku hingga dia tidak akan melupakanku di
sampai kapanpun dan dengan harapan penuh
bahwa suatu hari nanti rasa bencinya itu akan berubah menjadi cinta,”
“Ya, dan caraku mencintainya adalah
dengan mendekatinya dan menjadi orang terdekatnya berharap bahwa dia akan
segera tahu bahwa aku mencintainya...,”
“Reta pasti akan sangat bahagia
kalau dia tahu bahwa selama ini cintanya padamu tidak bertepuk sebelah tangan
Nen. Dia mencintaimu..,”
“Itu dulu Vin, sebelum akhirnya kamu
datang lagi di hidupnya dan membuatnya jatuh cinta padamu,” ucap Nendra. “Aku
akan melepaskan Reta, Vin...,”
“Apa maksudmu...?”
“Berjanjilah padaku bahwa sampai
kapanpun loe nggak akan ngungkapin kebenaran bahwa sesungguhnya aku
mencintainya...,”
“Tapi kenapa Nen...?”
“Gue hanya nggak ingin membebaninya
Vin. Dia sekarang mencintai loe dan gue nggak mau dia melepaskan cintanya buat
loe hanya karena gue. Gue nggak mau dia menerima gue hanya karena dia ngerasa
nggak enak atau kasian sama gue. Lagi pula, gue juga sudah punya Mita, sahabat
Reta. Dan gue juga nggak mau Reta menyalahkan dirinya sendiri jika dia tahu
bahwa dialah yang akan menjadi penyebab putusnya gue dengan Mita, jika dia tahu
gue punya perasaan untuknya. Jadi gue mohon Vin..please jangan kasih tahu dia
tentang perasaan gue,”
“Tapi, loe beneran nggak apa-apa?”
“Gue nggak apa-apa Vin. Toh ini juga
salah gue sendiri jika gue kehilangan dia. Gue yang nggak punya keberanian
untuk menyatakan perasaan gue ke dia, hingga akhirnya gue dan dia terjebak
dalam hubungan yang rumit ini bersama juga dengan Mita,” jelas Nendra.
“Lagipula yang dibutuhkan Reta saat ini hanya loe Vin. Satu-satunya orang yang
ada di pikiran dan hatinya hanya loe seorang. Gue cuman minta satu hal sama loe
Vin, jagain dan bahagiain dia Vin dan jangan pernah salah paham lagi
dengannya,” ujar Nendra.
“Iya Nen...tentu saja gue bakal
jagain dia. Gue sangat mencintai dia. Tapi, sebelum gue berlari ke arah dia dan
meminta ma’af kepadanya gue harus menyelesaikan dulu masalah gue sama Regina.
Gue akan buat perhitungan sama dia karena telah ngebuat cewek yang gue cintai
menderita,”
“Baiklah, gue pegang janji loe..,”
“Ya, tentu saja...,” ucap Zelvin
Kemudian keduanya pun merebahkan
dirinya di sofa dan hanyut dengan pikirannya masing-masing. Ada ketenangan yang
terlukis di wajah keduanya.
*****
0 comments:
Posting Komentar