Aku tak tahu sebesar apa rasa
cintanya padaku
Hingga membuatnya menjadi seperti
ini
Pucat pasi seolah tak ada semangat
hidup lagi
Aku memintanya pergi, sebenarnya
bukan karena tak ingin dia disisi
Hanya saja aku tak mau dia lebih
tersakiti
Karena hingga detik ini berjalan,
aku masih saja terpaku pada kehilangan hati
~Reta~
Akhirnya Reta pun masuk ke dalam
kamar Zelvin.
“Kau sakit?”
Zelvin yang tengah duduk di sofa
kecil dalam kamarnya itu memperhatikan gadis cantik yang tengah berbicara
kepadanya. Dan tiba-tiba Zelvin memeluknya. Ini kedua kalinya Zelvin memeluk
Reta. Tapi, pelukan kali ini sangat erat hingga Reta kesulitan bernapas.
“Aku tidak bisa bernapas,”
“Ah...ma’af...aku merindukanmu...,”
ucap Zelvin.
“Kau sakit apa hingga tak mau keluar
kamar hingga beberapa hari,”
“Oh...aku tidak apa-apa. Hanya saja
aku...,”
“Aku sudah tahu semuanya,” sela
Reta. Zelvin terbengong mengamati pernyataan Reta. Reta angkat bicara lagi.
“Aku tahu semua kebohongan kamu tentang Nico dan aku harap kamu tidak
melakukannya lagi. Dan jika perlu kita tidak usah bertemu lagi !”
“Reta...ak..aku...,”
“Aku tidak bisa menjanjikan apapun
untukmu. Aku bahkan tidak tahu sampai kapan aku bisa melupakannya dan kaupun
tahu itu,” ucap Reta sembari meneteskan air matanya yang tengah ditahannya
sedari tadi ketika dia mendapati cowok tampan dan ceria yang biasanya dikenalnya
itu menjadi pucat pasi dan berantakan.
“Reta..aku...,”
Lagi-lagi Reta menyela perkataan
Zelvin.
“Aku tidak bisa menerima
perasaannmu. Aku tidak ingin melihat kamu seperti ini lagi, terlebih itu semua
karena aku,” ucap Reta sembari memegangi wajah Zelvin yang kusut seperti mayat
hidup itu. “Berhentilah...ku mohon berhentilah...Aku tidak bisa
menjanjikan...,”
“Aku akan menunggumu,” sela Zelvin
yang sontak membuat Reta terkaget. “Aku akan menunggumu sampai kau bisa
melupakannya. Aku akan menunggumu sampai hatimu mampu menerima hatiku
seutuhnya,” ucap Zelvin.
“Tapi, aku tidak tahu sampai kapan?”
Zelvin mengusap air mata Reta dan
berkata lembut. “Asalkan kamu tidak mengusirku lagi yang selalu menempel di
dekatmu, cepat atau lambat kau pasti bisa melupakannya,”
Reta memandangi wajah cowok yang
berada begitu dekat dihadapannya itu. Cowok itu masih sibuk menyeka air mata
Reta. Sebelum akhirnya mata mereka saling bertemu dan berpandangan.
“Jangan menangis Reta,” desah Zelvin
yang samar tak terdengar lagi karena kini bibirnya dengan bibir Reta melekat
menjadi satu. Reta membiarkan Zelvin menciumnya. Kehangatan merasuk tubuhnya
dan kekhawatiran karena akan menyakiti cowok di hadapannya itupun lenyap. Kini
dia seolah sedang berada di dunia lain. Dimana yang ia rasakan hanyalah
kehangatan.
Zelvin melepaskan ciumannya dan
menggantikannya dengan pelukan. Seolah dapat merasakan betapa lemahnya tubuh
cowok yang ada dihadapannya itu, Reta menyuruhnya untuk beristirahat dan dia
berpamitan untuk pulang.
“Tidak bisakah kau disini sedikit
lebih lama? Aku sering bermimpi buruk akhir-akhir ini dan ku pikir kau mungkin bisa
mengusir mimpi buruk itu untukku,” ucap Zelvin.
“Kau ini bicara apa?” tanya Reta.
Tapi Zelvin masih menggandeng tangannya meski dia telah terkulai lemas di
tempat tidur.
“Ku mohon, tinggallah sampai aku
tertidur...,” pinta Zelvin. Dan mau tak mau Reta pun akhirnya mengiyakan
permintaan Zelvin. Dia menunggu di kursi di samping tempat tidur Zelvin sambil
mengompreskan air dingin di kening Zelvin yang demam. Setelah demamnya turum
dan Zelvin tidur, diapun bergegas pulang.
*****
Ketika menuruni anak tangga Reta
melihat seorang cewek menaiki tangga berpapasan dengannya. Cewek itu mengenakan
tanktop dan rok mini serta higheels yang tingginya kira-kira 7 cm. Sangat modis
penampilannya jika dibandingankan dengan dia yang terkesan sederhana.
Tapi kemudian dia berhenti
memperhatikan ke kamar mana gadis itu pergi ketika Davy menyapanya.
“Sudah mau pulang mbak?” tanya Davy.
“Ah...Iya...,” jawab Reta.
“Mau saya antar? Saya yakin Kak
Zelvin nggak bakal marah jika saya mengantar mbak pulang,”
“Oh, tidak usah Dav, aku bisa pulang
sendiri,”
“Emm...baiklah kalau begitu,”
Reta menolak tawaran Davy, yang
ingin mengantarnya pulang. Dia tahu Davy orang yang baik dan tidak akan berbuat
macam-macam padanya dan itu pula yang telah di ceritakan Zelvin. Tapi, dia
memilih untuk pulang sendiri.
*****
0 comments:
Posting Komentar