Aku tidak tahu kapan rasa itu
benar-benar sirnah
Bahkan hingga saat ini, saat melihat
wajahmu rapuh
Ada sedih yang terendap dalam hatiku
Dan ada harap yang kusimpan bahwa
pelukku akan mampu membuatmu kembali
Kembali menjadi ceria seolah tak
pernah merasa sakit sedikitpun
~Reta~
Zelvin
sedang berdua dengan Nico ketika yang lainnya balik ke kamarnya
masing-masing.Dan Nico mulai menginterogasi Zelvin, dan itulah yang sering dia
lakukan jika sudah penasaran.
“Loe,
bukan pertama kalinya kan ciuman? Tapi kok loe seneng banget,”
Zelvin
melihat sahabatnya dengan tersenyum.“Ini bukan pertama kalinya dan loe juga
pernah nyium dia sebelumnya.Tapi kenapa kali ini loe sangat berbeda. Jangan
berlebihan bro, loe jadi buat semua orang iri sama loe. Apa sih yang ngebuat
loe begitu seneng hari ini?”
“Loe
tuh Nic, gak seneng apa liat temen loe bahagia,”
“Bukan
gitu maksud gue.Tapi loe emang berlebihan senengnya. Emang rasanya kayak gimana
sih? Apa bedanya dengan ciuman loe dengan pacar-pacar loe dulu?”
“Yang
ini jauh lebih manis dari yang sudah-sudah,” ucap Zelvin sembari meninggalkan
sahabatnya yang masih penasaran itu.
“Kenapa?
Karena ciuman yang ini lebih manis?” Nico kembali berseru penasaran.
“Karena
dia Reta, Margareta Auristella Lisham,” Jelas Zelvin setengah berteriak.
“Apa
bedanya?”
“Loe
harus jatuh cinta dulu agar loe tahu.Dan loe juga harus pernah patah hati dulu
agar loe semakin tahu bahwa loe bener-bener mencintainya,” seru Zelvin.
“Maksud
loe?Gue nggak ngerti,” Nico berteriak.
Tapi
Zelvin tak menjawab pertanyaan terakhir itu.Dia ingin sendiri dan mengingat
kejadian-kejadian tadi saat dia bersama Reta.Saat bibir mereka bertemu dan saat
kehangatan menyentuh mereka.Zelvin tidak bisa melupakan itu.Bahkan sampai
sekarang dia masih merasakan kehangatan itu.
*****
Setali
tiga uang yang dilakukan Zelvin, Reta pun masih membayangkan kejadian tadi.Dia
menghentikan sisir yang tengah merapikan rambutnya itu.Kini tangannya beralih
menyentuh bibirnya.Betapapun banyaknya Reta membayangkan dia masih tidak
percaya.Bahwa dia telah membiarkan teman lamanya itu mencium dan menikmati
bibirnya yang merekah.Dia tak habis pikir dengan sikapnya sendiri.
Dia
tak punya perasaan apapun pada Zelvin.Karena cintanya hanyalah untuk Nendra
seorang. Tapi, harus Reta akui jika ia mendapatkan rasa ketenangan dan
kehangatan dari ciuman Zelvin. Meski itu masih tidak merubah apapun bahwa dia
masih tidak mempunyai rasa untuknya.
“Ada
apa denganmu Reta,” desahnya dalam hati sembari masih memegang dan
memperhatikan bibirnya dari cermin di meja riasnya.
Reta
tak ingin menghabiskan waktunya hanya untuk memikirkan alasan kenapa dia
sendiri menerima ciuman dari Zelvin, karena baginya itu tidak penting
lagi.Baginya yang terpenting adalah tugas-tugas yang sedang menunggunya.Dan
ketika telah menyelesaikan sebagian tugasnya Reta tertidur dngan lelapnya
hingga dia tidak sadar bahwa leptopnya masih menyala.
*****
Hari
Sabtu malam Reta mendapat pesan dari seseorang. Seseorang yang hanya bisa
dicintainya dalam hati itu memberi pesan singkat pada Reta bahwa ia ingin
bertemu dengan Reta.
Nendra
mengajak Reta untuk bertemu di café dalam sebuah mall yang tidak begitu jauh
dari tempat Nendra kuliaj tapi lumayan jauh jika diukur dari tempat Reta.Tapi,
Reta tak menolaknya.Bagaimana mungkin dia menolak jika permintaan cowok yang
dicintainya itu.
*****
Sabtu
pukul 10.00 siang Reta sudah sampai di Mall tempat janjian dengan Nendra.Dia
berkeliling dan mencari café tempat dimana Nendra menunggu.Di café itu Reta
melihat seorang pria jangkung yang tengah duduk di tepi kaca.Pria itu
menghampirinya dan mengurnya perlahan.
“Nendra,”
ucapnya dengan senyuman yang manis dari wajah polodnya itu.
“Oh…Ret..kau
sudah datang?”
“Iya,
kamu sudah lama nunggunya? Ma’af ya aku sedikit terlambat,”
“Ah…nggak
papa kok.Aku cuman menunggu 20 menit. Seharusnya aku yang minta ma’af karena
membuatmu jauh-jauh kemari,”
“BTW
ada apa kamu minta aku kesini?”
“Hmmm…bête
banget nih.. Dan aku butuh temen buat ngobrol,”
“Ada
apa sebenarnya?Kamu ada masalah dengan Mita?”
“Aku
memang nggak bisa nyembunyiin apapun darimu ya?” ucap Nendra terkekeh kecil.
“Iya,
kamu cerita aja tentang masalahmu seperti biasanya. Siapa tahu aku bisa bantu,”
*****
0 comments:
Posting Komentar