Hari
mulai sore ketika mereka semua tiba di tempat tujuan. Semua peserta turun dan
mulai berjalan menuju tenda-tenda yang telah di siapkan oleh beberapa panitia
yang datang terlebih dahulu. Mereka harus berjalan kaki dengan membawa serta
barang mereka karena lokasi yang mereka tuju masih berada di dalam hutan yang
dimana jalannya tidak dapat di lalui oleh kendaraan karena hanya berupa jalan
setapak.
Aqilla mencoba untuk tetap kuat
berjalan, dengan irama jantungnya yang mulai berjalan tidak normal karena
aktivitasnya yang sudah di luar batasnya. Dia tetap berjalan meskipun Fabian
sudah menawarinya untuk membantunya membawa barang-barangnya. Tapi,, keras
kepala Aqilla memang tidak ada tandingannya hingga ia menyerah untuk memberi
bantuan pada cewek itu. Hingga kemudian kaki Aqilla pun akhirnya terkilir,
karena ia mencoba untuk menahan pusingnya yang berakibat pada keseimbangan
kakinya yang bermasalah. Kenzo yang melihat hal itu langsung berbalik dan
berjalan ke arah cewek itu. Dia tadi memang berjalan mendahului Aqilla namun
dia masih bisa mendengar tawaran bantuan yang diajukan oleh Fabian dan di tolak
oleh cewek itu.
“Makanya kalau di kasih bantuan itu
di terima, jangan nolak dan sok gengsi gitu. Jadinya kan kayak gini...,”
celoteh Kenzo pada Aqilla tanpa melihat wajah cewek itu yang terkejut karena
fokusnya hanya pada kaki kiri Aqilla yang terkilir. “Gak ada yang ngelarang loe
buat minta tolong Qilla, dan gak ada pula yang larang loe buat nolak
pertolongan orang lain. Loe nggak hidup sendiri di dunia ini, loe hidup bersama
yang lainnya, jadi loe harus pandai bersosialisasi dari sekarang dan loe.....,”
ucapan Kenzo terhenti ketika menyadari cewek itu tidak mendengarkannya dan
malah menatapnya.
“Loe ngerti nggak sih
kalau....................,”
“Sudah lama gue nggak denger ceramah
loe, Zoey...,” ucap Aqilla dengan senyum lebarnya yang tentu saja membuat Kenzo
merasakan panas di pipinya karena cewek itu menatapnya tepat di manik matanya
dan memanggilnya dengan sebutan kesayangan yang diberikan Aqilla dulu.
“Sudahlah...kayaknya loe baik-baik
aja. Percuma gue khawatirin loe...,” ucap Kenzo yang kemudian berdiri dari
posisi berjongkoknya.
“Aduhh..duh...., gue masih sakit nie
Zoey, gimana dong...,” ucap Aqilla yang tentu saja membuat cowok yang tadinya
membalikkan badannya itu kembali menghadap Aqilla. Dia tahu benar bahwa Aqilla
sedang berusaha untuk mempermainkannya. Tapi, di juga punya tanggung jawab
untuk menjaga cewek itu. Dan dia juga nggak mau menerima hukuman dari papanya
nanti setelah pulang dari acara ini karena dia mengabaikan Aqilla, mengingat
bahwa papanya mempunyai sejuta mata untuk menegtahui apa yang dia dan Aqilla
lakukan.
Akhirnya Kenzo pun berjongkok,
memberikan punggungnya dn memberi isyarat pada Aqilla untuk segera menaiki
punggungnya. Ia tahu betul bahwa di gendong di punggungnya adalah hal yang
paling membuat Aqilla senang bukan main sewaktu kecil dan mungkin sampai saat
ini cewek itu juga masih menggilai gendongan Kenzo. Kenzo meletakkan tas nya di
gendongan depan, dan Aqilla menggantikan letak ransel itu di punggungnya.
“Bi...toong bawain dong, tadi loe
nawarin kan...hehe....,” ucap Aqilla pada Fabian yang di jawabi dengusan kesal
oleh Fabian. Sudah dari tadi ditawari nggak mau, eh sekarang malah nitip pada
Fabian karena gadis itu naik ke punggung Kenzo dan tidak ingin membuat Kenzo
menjadi lebih menderita karena harus menenteng dua tas dan juga dirinya
tentunya.
Fabian pun berjalan mendahului Kenzo
dan Aqilla karena tidak ingin melihat pemandangan yang akan membuatnya merasa
seakan sesak nafas meskipun udara di hutan tersebut banyak dan segar.
*****
Perjalanan sudah sampai setengah
dari tempat yang hendak mereka tuju. Keheningan di antara Kenzo dan Aqilla pun
pecah seketika ketika cewek itu mulai angkat bicara.
“Rasanya sudah lama sekali gue gak
ngerasain enaknya bersandar di punggung loe,” ucap Aqilla sembari membenamkan
wajahnya di punggung Kenzo.
Kenzo hanya diam dan berpura-pura
tidak mendengar perkataan Aqilla. Dia tahu kemana arah pembicaraan Aqilla
selanjutnya dan karena itulah dia mencoba mengalihkan arah pembicaraan itu.
“Orang yang loe panggil Bi, bi,,,,
itu siapa sih sebenarnya namanya?” tanya Kenzo.
“Oh, itu namanya Fabian....,” jelas
Aqilla.
“Lalu, kenapa loe panggil Bi...?”
“Biar keliatan akrab...,” jawab
Aqilla.
“Oh, gitu jadi panggilan itu sama
dengan panggilan Zoey yang loe berikan ke gue dulu?” tanya Kenzo yang namoak
seperti interogasi bagi Aqilla.
Aqilla pun terkekeh mendengar nada
bicara Kenzo yang tersimpan nada kecemburuan di sana.
“Hal itu berbeda, Zoey. Panggilan
Zoey untuk loe adalah panggilan sayang gue buat loe, sementara panggilan Bi,
untuk Fabian adalah panggilan akrabgue ke dia karena dia satu-satunya sahabat
yang gue punya...,” jelas Aqilla.
“Oh..gitu....,” ucap Kenzo.
“Iya gitu, Dari dulu gue selalu
manggil dia dengan sebutan itu, dan tunggu...bukannya dulu loe juga pernah
nanya hal yang sama ya?” tanya Aqilla.
“Maksud loe...?”
“Loe nggak inget siapa dia Zoey?”
tanya Aqilla dan Kenzo pun menggeleng. “Dia itu cowok gendut yang berkacamata
yang sering loe juluki boboho itu loh. Cowok yang sering ngikutin gue pulang
sekolah waktu kita kecil....,” jelas Aqilla.
Kenzo mencoba memutar otaknya. Dan
seketika ingatannya tentang cowok dengan pipi tembem dan kacamata bulat itu
kini menyeruak.
“Oh...jadi dia.....,”
Seolah tahu bahwa Kenzo sudah
mengingat siapa Fabian, akhirnya Aqilla pun menyelanya.
“Iya, itu dia Zoey. Loe kaget ya,
dia bisa jadi setampan ini sekarang? Gue juga kaget pas pertama kali ketemu
dia...,” seru Aqilla. “Sudah lima tahun nggak ketemu, dia bisa berubah menjadi
setampan itu kan, gue juga gak percaya awalnya...,” celoteh Aqilla yang membuat
hawa kecemburuan menghampiri Kenzo lagi.
“Kalau dibandingin dengan gue,
gimana?”
“Maksud loe...?” Aqilla mengernyit.
“Kalau di bandingin dengan gue,
siapa yang lebih cakep?” tanya Kenzo.
Aqilla tersenyum simpul mendengar
nada kecemburuan Kenzo lagi kepada Fabian, dan itu artinya Aqilla bisa
benar-benar yakin bahwa lelaki itu masih mencintainya.
“Em..kalau di bandingin dengan loe,
gimana ya....,”
“Gimana apanya, cepetan jawab....,”
“Em...kalau dia itu perkembangannya
kalau di bandingkan dengan dulu dia makin tampan, tapi kalau loe....karena loe
sudah tampan dari dulu....sekarang...,”
“Sekarang..gue yang sekarang gimana
Aqilla...?” tanya Kenzo mulau geram.
“Loe ma...kin....ber...isi...dan..itu
ngebuat loe makin....seksi....,” ucap Aqilla yang kemudian menyembunyikan
kepalanya di ceruk leher Kenzo karena menahan malu.
“Sejak kapan loe jadi mesum gini
heh....?” tanya Kenzo yang tentu saja membuat Aqilla terdiam dan tak mampu
menjawab karena malu. Dia malah menyembunyikan kepalanya semakin dalam di ceruk
leher Kenzo. Hingga membuat Kenzo dapat merasakan nafas Aqilla di lehernya. Hal
itupun membuat Kenzo jadi merasakan getaran yang aneh di tubuhnya.
“Kalau loe kayak gini terus, gimana
gue bisa nahannya Qilla...,” batin Kenzo yang kemudian mengacak rambut Aqilla.
*****
0 comments:
Posting Komentar