Jumat, 13 Juli 2018

Tiga Belas

Edit Posted by with No comments


Hari kedua di kaki gunung, permainan pun dilakukan. Setiap orang di bagi menjadi beberapa tim untuk memecahkan teka-teki yang di berikan oleh panitia. Jawaban dari teka teki pertama akan menunjukkan teka-teki berikutnya, dan seterusnya hingga teka-teki terakhir adalah sebuah petunjuk di mana mereka harus mencari apa-apa yang telah di sembunyikan tim panitia.
            Bersyukurlah takdir masih berpihak padanya, hingga membawa dia menjadi satu team dengan Fabian. Aqilla berjalan dengan perlahan menuju ke lokasi dimana petunjuk pertama mengarahkan mereka. Mereka mengikuti semua petunjuk-petunjuk itu dan kemudian sampailah pada petunjuk terakhir saat hari mulai menjelang malam.
            Fabian tidak percaya mendapati petunjuk terakhir mengarahkannya ke tepi jurang untuk mengambil kotak rahasia yang tertanam di sana. Ia mengernyitkan dahinya dan mencium bau tidak beres di sini.
            “Ayo cepat kita ambil kotak harta karun nya Bi...,” ucap Aqilla.
            “Loe gila ya, ini tepi jurang bagaimana mungkin kotak itu tertanam disini..,” ucap Fabian.
            “Lah, tapi petunjuknya mengarah ke sini Fabian,” seru Aksa teman satu team mereka yang di ikuti dengan anggukan oleh tiga orang anggota team lainnya yaitu Dian, Fariska dan Gery.
            “Ini semua pasti ada yang tidak beres...,” seru Fabian namun tidak di indahkan oleh Aqilla. Aqilla hanya ingin cepat-cepat mengambil kotak itu hingga dia pun nekat hendak mengambilnya. Namun, tiba-tiba..ia terpeleset dan hampir saja jatuh ke dasar jurang kalau saja Fabian tidak segera sigap menariknya.
            “Sial..kenapa loe ceroboh dan nggak mau dengerin gue sih Aqilla...,” bentak Fabian dengan geram yang masih berusaha meraih Aqilla agar segera naik dan di bantu pula oleh teman-teman lainnya.
            Fabian berseru pada satu orang dalam teamnya untuk menyalakan kembang api ke angkasa seraya memberi petunjuk pada yang lainnya bahwa teamnya sedang dalam keadaan bahaya. Selama satu jam lamanya mencoba untuk menolong Aqilla akhirnya Aqilla pun dapat diselamatkan dan kembali ke permukaan. Namun tiba-tiba sesuatu yang lain, terjadi ketika teman salah satu teamnya membuka isi kotak tersebut yang ternyata isisnya bukanlah petunjuk berikutnya melainkan ular. Kotak yang berisi ular tersebut membebaskan ular tersebut.
            Belum sempat menyelamatkan dirinya, ular tersebut sudah mematuk Aqilla yang menghalangi jalannya, kemudian ular itu pun hilang di balik semak-semak tepat di belakang tempat Aqilla duduk tersungkur.
            “Sial....,” teriak Fabian yang kebingungan apa yang harus dilakukannya untuk menyelamatkan cewek itu.
            Sementara di sisi lain, Kenzo dan beberapa panitia lainnya yang melihat isyarat tanda bahaya dari atas langit segera bergegas menyelusuri hutan dan mencari lokasi team membutuhkan pertolongan.
            Kenzo terkejut bukan main melihat cewek yang sangat di cintainya itu terkulai lemas dengan wajah yang pucat. Setelah tahu apa yang terjadi pada cewek itu, Kenzo langsung mengeluarkan silet dari tas kecil yang dibawanya, kemudian dia membakarnya dan setelah dia menyayat kaki Aqilla yang tergigit ular itu.
            Ketika menyadari bahwa racun ular itu sudah mulai menyebar, Kenzo mengumpat.
            “Sial...Tuhan, biarkan gue nyelametin dia kali ini....,” ucapnya.
            “Dia pun kemudian mengeluarkan racun ular tersebut dengan mulutnya agar racun tersebut tidak segera menyebar ke bagian tubuh yang lain. Setelah melakukannya dan mengeluarkan racun ular dari kaki cewek itu, Kenzo pun kini terkulai lemah tak berdaya. Beberapa saat kemudian team sar pun segera membawa mereka dan memberikan pertolongan pertama.
*****
            Setelah keluar dari hutan, Aqilla dan Kenzo segera di larikan ke rumah sakit terdekat. Pembina OSIS dan panitia segera menghubungi kedua orang tua Aqilla dan juga Kenzo. Selama lebih dari 3 jam orang tua Aqilla pun sampai di rumah sakit. Namun, orang tua Kenzo yang memang berada di luar kota membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sampai di daerah itu.
            Aqilla mengerjap, dan mulai membuka matanya setelah ia pingsan selama tiga jam lamanya. Dokter mengatakan bahwa Aqilla baik-baik saja karena bisa ular tersebut dapat tidak menyebar ke anggota tubuhnya yang lain. Hal itu tentu saja berkat pertolongan pertama yang luar biasa yang dilakukan oleh Kenzo.
            Tapi, mendengar bahwa Kenzo yang menolongnya dan kini dia terbaring lemah karena bisa ular yang masih tersimpan di tubuhnya membuat Aqilla merasa sesak. Seolah dadanya tengah di remas habis hingga ia tak bisa bernafas. Namun, kedua orang tua nya mencoba untuk menguatkan Aqilla dan berkata bahwa Kenzo tidak apa-apa.
            Aqilla dengan di dorong oleh kursi roda oleh orang tuanya menuju ke kamar rawat Kenzo. Kenzo yang telah di pindahkan dari ruang operasi di kembalikan ke ruang rawat, untunglah lelaki itu dapat diselamatkan karena racun itu tak sampai menyebar. Hanya saja lelaki itu belum sadarkan diri karena pengaruh obat bius. Di depan kamar Kenzo, para anggota OSIS lainnya termasuk pembina OSIS masih setia menunggu Kenzo sadar. Beberapa menit kemudian, orang tua Kenzo pun datang dan setelah mendapat penjelasan dokter dan orang tua Aqilla akhirnya orang tua Kenzo dapat bernafas lega.
            “Syukurlah, kamu segera menandatangani surat operasi itu Arawi, kalau sampai dokter harus menunggu kami tiba entah apa yang akan terjadi pada Kenzo,” ucap Adhy, Papa  Kenzo.
            “Iya mas....,” ucap Arawi, papa Aqilla.
            Aqilla yang menyadari kedatangan Adhy dan Diatama, papa dan mama Kenzo menangis seketika, dan tahu bahwa gadis itu tak bisa berjalan karena kursi rodanya, akhirnya mama Kenzo pun mendekati Aqilla.
            “Tidak apa-apa sayang, Kenzo anak yang kuat...,” ucap Diatama.
            “Ma’afin Qilla ma, semua karena Qilla. Gara-gara Qilla...Zo...Zoey...,” ucap Aqilla dengan isaknya yang kini nampak semakin deras.
            “Hush....jangan ngomong gitu sayang. Jangan menyalahkan dirimu sendiri, kamu tahu kan apa yang dilakukan Kenzo bukan karena dia tidak berpikir terlebih dahulu. Dia pasti sudah memikirkan apapun yang mungkin akan terjadi pada dirinya sebelum dia memutuskan untuk melakukan hal itu padamu,” jelas Diatama. Namun, Aqilla masih saja terisak dalam dekapan mama Kenzo.
            Sementara itu, beberapa orang di luar mengernyitkan dahinya seolah mencerna apa isi pembicaraan mereka. Karena mereka sedikit bingung oleh ucapan Aqilla yang memanggil orang tua Kenzo dengan sebutan yang sama seperti gadis itu memanggil kedua orang tuanya.
            Di sisi lain, Fabian yang tadi menemukan bukti-bukti atas kecurigaannya akibat kejadian beberapa saat lalu, memedam amarahnya untuk tidak melakukan balas dendam sekarang. Di simpannya bukti itu rapat-rapat dan dia pun bergegas ke rumah sakit untuk melihat kondisi sahabatnya itu.
*****












0 comments:

Posting Komentar