Hari
kedua di kaki gunung, permainan pun dilakukan. Setiap orang di bagi menjadi
beberapa tim untuk memecahkan teka-teki yang di berikan oleh panitia. Jawaban
dari teka teki pertama akan menunjukkan teka-teki berikutnya, dan seterusnya
hingga teka-teki terakhir adalah sebuah petunjuk di mana mereka harus mencari
apa-apa yang telah di sembunyikan tim panitia.
Bersyukurlah takdir masih berpihak
padanya, hingga membawa dia menjadi satu team dengan Fabian. Aqilla berjalan
dengan perlahan menuju ke lokasi dimana petunjuk pertama mengarahkan mereka.
Mereka mengikuti semua petunjuk-petunjuk itu dan kemudian sampailah pada
petunjuk terakhir saat hari mulai menjelang malam.
Fabian tidak percaya mendapati
petunjuk terakhir mengarahkannya ke tepi jurang untuk mengambil kotak rahasia
yang tertanam di sana. Ia mengernyitkan dahinya dan mencium bau tidak beres di
sini.
“Ayo cepat kita ambil kotak harta
karun nya Bi...,” ucap Aqilla.
“Loe gila ya, ini tepi jurang
bagaimana mungkin kotak itu tertanam disini..,” ucap Fabian.
“Lah, tapi petunjuknya mengarah ke
sini Fabian,” seru Aksa teman satu team mereka yang di ikuti dengan anggukan
oleh tiga orang anggota team lainnya yaitu Dian, Fariska dan Gery.
“Ini semua pasti ada yang tidak
beres...,” seru Fabian namun tidak di indahkan oleh Aqilla. Aqilla hanya ingin
cepat-cepat mengambil kotak itu hingga dia pun nekat hendak mengambilnya.
Namun, tiba-tiba..ia terpeleset dan hampir saja jatuh ke dasar jurang kalau
saja Fabian tidak segera sigap menariknya.
“Sial..kenapa loe ceroboh dan nggak
mau dengerin gue sih Aqilla...,” bentak Fabian dengan geram yang masih berusaha
meraih Aqilla agar segera naik dan di bantu pula oleh teman-teman lainnya.
Fabian berseru pada satu orang dalam
teamnya untuk menyalakan kembang api ke angkasa seraya memberi petunjuk pada
yang lainnya bahwa teamnya sedang dalam keadaan bahaya. Selama satu jam lamanya
mencoba untuk menolong Aqilla akhirnya Aqilla pun dapat diselamatkan dan
kembali ke permukaan. Namun tiba-tiba sesuatu yang lain, terjadi ketika teman
salah satu teamnya membuka isi kotak tersebut yang ternyata isisnya bukanlah
petunjuk berikutnya melainkan ular. Kotak yang berisi ular tersebut membebaskan
ular tersebut.
Belum sempat menyelamatkan dirinya,
ular tersebut sudah mematuk Aqilla yang menghalangi jalannya, kemudian ular itu
pun hilang di balik semak-semak tepat di belakang tempat Aqilla duduk
tersungkur.
“Sial....,” teriak Fabian yang
kebingungan apa yang harus dilakukannya untuk menyelamatkan cewek itu.
Sementara di sisi lain, Kenzo dan
beberapa panitia lainnya yang melihat isyarat tanda bahaya dari atas langit
segera bergegas menyelusuri hutan dan mencari lokasi team membutuhkan
pertolongan.
Kenzo terkejut bukan main melihat
cewek yang sangat di cintainya itu terkulai lemas dengan wajah yang pucat.
Setelah tahu apa yang terjadi pada cewek itu, Kenzo langsung mengeluarkan silet
dari tas kecil yang dibawanya, kemudian dia membakarnya dan setelah dia
menyayat kaki Aqilla yang tergigit ular itu.
Ketika menyadari bahwa racun ular
itu sudah mulai menyebar, Kenzo mengumpat.
“Sial...Tuhan, biarkan gue
nyelametin dia kali ini....,” ucapnya.
“Dia pun kemudian mengeluarkan racun
ular tersebut dengan mulutnya agar racun tersebut tidak segera menyebar ke
bagian tubuh yang lain. Setelah melakukannya dan mengeluarkan racun ular dari
kaki cewek itu, Kenzo pun kini terkulai lemah tak berdaya. Beberapa saat
kemudian team sar pun segera membawa mereka dan memberikan pertolongan pertama.
*****
Setelah keluar dari hutan, Aqilla
dan Kenzo segera di larikan ke rumah sakit terdekat. Pembina OSIS dan panitia
segera menghubungi kedua orang tua Aqilla dan juga Kenzo. Selama lebih dari 3
jam orang tua Aqilla pun sampai di rumah sakit. Namun, orang tua Kenzo yang
memang berada di luar kota membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sampai di
daerah itu.
Aqilla mengerjap, dan mulai membuka
matanya setelah ia pingsan selama tiga jam lamanya. Dokter mengatakan bahwa
Aqilla baik-baik saja karena bisa ular tersebut dapat tidak menyebar ke anggota
tubuhnya yang lain. Hal itu tentu saja berkat pertolongan pertama yang luar
biasa yang dilakukan oleh Kenzo.
Tapi, mendengar bahwa Kenzo yang
menolongnya dan kini dia terbaring lemah karena bisa ular yang masih tersimpan
di tubuhnya membuat Aqilla merasa sesak. Seolah dadanya tengah di remas habis
hingga ia tak bisa bernafas. Namun, kedua orang tua nya mencoba untuk
menguatkan Aqilla dan berkata bahwa Kenzo tidak apa-apa.
Aqilla dengan di dorong oleh kursi
roda oleh orang tuanya menuju ke kamar rawat Kenzo. Kenzo yang telah di
pindahkan dari ruang operasi di kembalikan ke ruang rawat, untunglah lelaki itu
dapat diselamatkan karena racun itu tak sampai menyebar. Hanya saja lelaki itu
belum sadarkan diri karena pengaruh obat bius. Di depan kamar Kenzo, para
anggota OSIS lainnya termasuk pembina OSIS masih setia menunggu Kenzo sadar. Beberapa
menit kemudian, orang tua Kenzo pun datang dan setelah mendapat penjelasan
dokter dan orang tua Aqilla akhirnya orang tua Kenzo dapat bernafas lega.
“Syukurlah, kamu segera
menandatangani surat operasi itu Arawi, kalau sampai dokter harus menunggu kami
tiba entah apa yang akan terjadi pada Kenzo,” ucap Adhy, Papa Kenzo.
“Iya mas....,” ucap Arawi, papa
Aqilla.
Aqilla yang menyadari kedatangan
Adhy dan Diatama, papa dan mama Kenzo menangis seketika, dan tahu bahwa gadis
itu tak bisa berjalan karena kursi rodanya, akhirnya mama Kenzo pun mendekati
Aqilla.
“Tidak apa-apa sayang, Kenzo anak
yang kuat...,” ucap Diatama.
“Ma’afin Qilla ma, semua karena
Qilla. Gara-gara Qilla...Zo...Zoey...,” ucap Aqilla dengan isaknya yang kini
nampak semakin deras.
“Hush....jangan ngomong gitu sayang.
Jangan menyalahkan dirimu sendiri, kamu tahu kan apa yang dilakukan Kenzo bukan
karena dia tidak berpikir terlebih dahulu. Dia pasti sudah memikirkan apapun
yang mungkin akan terjadi pada dirinya sebelum dia memutuskan untuk melakukan
hal itu padamu,” jelas Diatama. Namun, Aqilla masih saja terisak dalam dekapan
mama Kenzo.
Sementara itu, beberapa orang di
luar mengernyitkan dahinya seolah mencerna apa isi pembicaraan mereka. Karena
mereka sedikit bingung oleh ucapan Aqilla yang memanggil orang tua Kenzo dengan
sebutan yang sama seperti gadis itu memanggil kedua orang tuanya.
Di sisi lain, Fabian yang tadi
menemukan bukti-bukti atas kecurigaannya akibat kejadian beberapa saat lalu,
memedam amarahnya untuk tidak melakukan balas dendam sekarang. Di simpannya
bukti itu rapat-rapat dan dia pun bergegas ke rumah sakit untuk melihat kondisi
sahabatnya itu.
*****
0 comments:
Posting Komentar