Jam
menunjukkan pukul jam 02.00 pagi, semua anggota OSIS kembali ke penginapan dan
hanya tinggal Aqilla yang tersisa di kamar Kenzo di temani dengan Fabian yang
tertidur di sofa ruang tunggu. Sementara Orang tua Aqilla dan Kenzo menempati
kamar sebelah kamr Kenzo yang memang di sediakan oleh pihak rumah sakit sebagai
tempat menginap bagi keluarga pengunjung VVIP di rumah sakit itu.
Aqilla yang terbaring di samping
Kenzo, dengan masih dalam keadaan duduk di kursi rodanya, merasakan ada sesuatu
yang bergerak di tangannya. Ia pun terbangun, dan membuka matanya. Ia melihat
cowok di hadapannya itu membuka matanya dan tersenyum ke arahnya.
“Jangan tersenyum. Kenapa baru
bangun sekarang heh....?” ucap Aqilla dengan kembali menahan isakannya.
Lelaki itu pun menjawab pertanyaan
Aqilla dengan lirih mengingat kondisinya masih lemah.
“Sorry...gue masih belum punya
kekuatan yang cukup buat berdebat sama loe...,” ucap Kenzo yang masih dengan
senyumnya.
“Dasaar bodoh...loe tahu gue
nungguin loe bangun dari tadi dasar jahat...,” ucap Aqilla sembari
memukul-mukul kecil dada Kenzo.
Kenzo pun berusaha meraih tubuh
Aqilla dan memeluknya. Tubuh Aqilla yang semula duduk di kursi roda kini sudah
beralih duduk di ranjang Kenzo.
“Jangan banyak omong, sudah gue
bilang kalau gue masih belum punya tenaga buat berdebat sama loe...,” ucap
Kenzo yang kemudian membawa Aqilla untuk merubah posisi duduknya menjadi
berbaring di sebelah Kenzo. Kenzo memeluk Aqilla dan meneggelamkan wajah gadis
itu di dada bidangnya. Sementara tangannya yang lain yang terbebas dari selang
infus mengusap rambut Aqilla yang sebahu itu.
“Sekarang, kita tidur saja dulu,
besok kita lanjutkan lagi debatnya,” pinta Kenzo yang kemudian mendapat
anggukan dari kepala Aqilla sebagai jawabannya.
Kemudian Kenzo pun masih
mengusap-ngusap kepala dan punggung Aqilla seraya memeberi kenyamanan pada
gadis itu. Karena dia tahu bahwa gadis itu sangat mengkhawatirkan dirinya.
Selain itu, hal ini juga dilakukannya agar detak jantung gadis itu dapat
berirama normal setelah guncangan yang terjadi beberapa saat lalu.
Kenzo mengecup puncak kepala Aqilla
sebelum akhirnya gadis itu tertidur dengan pulas.
*****
Kenzo
terkejut bukan main ketika ada sebuah bantal menghantam matanya. Dan tentu saja
ia segera membuka batanya karena sesuatu yang mengganggu tidurnya itu. Mamanya
masih memukulnya dengan bantal tanpa henti hingga akhirnya dia menggunakan
tubuhnya untuk melindungi Aqilla yang masih tertidur. Namun, pukulan berikutnya
tak sengaja menegenai Aqilla yang tentu saja membuat gadis itu bangun kemudian.
“Ma’af
Aqilla, kamu jadi terbangun…,” ucap Mama Diatama pada Aqilla.
“Ish…mama
sih. Ni gara-gara mama kan Qilla jadi kebangun…,” ucap Kenzo.
“Kamu
tuh ya, dasar anak kurang ajar, malah marahin mamanya. Harusnya mama yang
marah, kenapa kamu malah ngapa-ngapain Aqilla sampai dia bisa tidur di ranjang
kamu. Kamu tuh…..,” celoteh Mama Kenzo sembari masih memukuli tubuh anaknya
dengan bantal.
“Ma,
Ken nggak ngapa-ngapain Aqilla. Masak ngajak Aqilla tidur di samping Ken aja
nggak boleh ma,” ucap Kenzo mencoba untuk melakukan pembelaan diri.
Melihat
Kenzo yang kena ceramah Mamanya, Adhy, Arawi, Windha dan Fabian pun hanya
terkekeh.
“Gak
boleh Ken, nggak boleh…,” kata mamanya.
“Kenapa
nggak boleh ma. Kan dulu Ken juga sering tidur bareng, makan bareng, dan bahkan
mandi bareng sama Qilla,” ucap Kenzo tak kalah dari celotehan mamanya.
“Itu
dulu waktu kalian masih kecil Kenzo. Sekarang kalian sudah besar jadi nggak
boleh…,” seru mamanya.
“Ish
mama ini nggak ada bedanya dulu atau sekarang juga, Aqilla tetep Qilla, dan
Kenzo tetep Ken,”
“Beda
Kenz……………..,” teriak mamanya.
“Apa
bedanya Ma….,” ucap Kenzo tak kalah.
“Sekarang
Aqilla sudah bisa membuat dan melahirkan anak, sedangkan dulu masih belum
bisa…….,” teriak mamanya lagi yang tentu saja membuat semua orang di keluarga
itu terbelalak kaget.
Aqilla
yang mendengar penuturan Mama Kenzo yang terkesan agak terlalu vulgar itu
menunduk malu, dia menyembunyikan wajahnya di balik bantal. Sementara Kenzo
hanya terkekeh mendengar perkataan mamanya itu.
“Kan,
bukannya mama seneng kalau nanti punya cucu ya, jadinya kan mama punya temen
main baru dan bukannya mainin cucu tetangga sebelah rumah…,” ucap Kenzo dengan
kekehannya.
Diatama
pun diam dan mencoba berpikir.
“Kamu
bener juga sih Ken…,” ucapnya kemudian. “Tapi…eh nggak ada, nggak ada deh punya
anak sebelum nikah. Mama nggak setuju meskipun mama sangat pingin nimang
cucu…,” cetus Diatama kemudian. “Pokoknya kamu harus segera nikahin Aqilla
bulan depan…,” ucap Mamanya.
“Lah,
kok cepet amat ma…,”
“Iya,
kamu kan udah apa-apain Qilla…,”
“Ya,
Allah ma, udah di bilangin Ken cuman tidur sambil meluk Qilla doang nggak
ngapa-ngapain juga…,”
“Mama
nggak mau tahu, pokoknya bulan depan kalian menikah…,” putus mamanya yang
langsung mendapat anggukan dari keluarganya.
“Ish…tahu
gitu tadi malem aku apa-apain kamu aja Qill, dari pada di tuduh gini kan rugi
kalau nggak apa-apain kamu…,” gerutu Kenzo.
Dan karena perkataan Kenzo itulah, tentu saja langsung
mendapat jitakan di kepalanya dari Aqilla.
*****


0 comments:
Posting Komentar