Akhirnya, Fabian pun memutuskan untuk
pergi ke Indonesia, untuk menghabiskan liburan sekolahnya. Tak ada seorangpun
lagi saat ini yang bisa diajakknya bicara kecuali Aqilla. Dan dia pun harus
menemui gadis itu dan meminta pendapatnya dan siapa tahu gadis itu dapat
memberi solusi untuk masalahnya.
Indonesia
Fabian menuju ke taman belakang rumah
Aqilla dan disana dia mendapati Aqilla yang tentu saja sedang berdua dengan
Kenzo. Aqilla terlonjak senang ketika mendapati Fabian berada di ambang pintu
menuju ke taman belakang. Namun, ketika Aqilla hendak memberikan pelukan
kerinduan pada Fabian, Kenzo langsung menariknya dengan possesif.
"Tenang aja bro, gue nggak akan
ngerebut Qilla dari loe...," ucap Fabian. Yang kemudian ikut duduk
disamping dua sejoli itu.
Aqilla tahu ada yang tidak beres
dengan sahabatnya itu dan dia pun mulai bertanya.
"Ada apa? Apa yang
terjadi...?" tanya Aqilla.
Fabian tahu bahwa Aqilla akan
menanyakan pertanyaan itu padanya. Dia dapat menebak apa yang ada di kepala
gadis itu seperti gadis itu tahu pula bahwa kini dirinya memang tidak dalam
kondisi yang baik-baik saja.
"Kenzo, bolehkan gue pinjam
Aqilla sebentar?" pinta Fabian pada Kenzo. Kenzo yang semula hendak
menolak permintaan Fabian segera mengiyakan ketika mendapat kode dari Aqilla.
Dia tahu dan paham bahwa Fabian memang butuh berbicara dengan Aqilla kali ini.
Kenzo pun pergi meninggalkan mereka berdua agar bisa berbicara dengan nyaman.
Selepas kepergian Kenzo, Fabian pun
bercerita pada Aqilla tentang permasalahannya yang memang gadis itu sedikit
tahu karena Fabian beberapa kali bercerita melalui telpon dengan Aqilla.
"Apa yang terjadi?" tanya
Aqilla lagi.
"Dia pergi Qilla, dia
menjauhiku....," ucap Fabian. "Dia pergi dan semua ini karena
kesalahanku, keegoisanku...," seru Fabian lagi.
"Bi...semuanya bukan karena
kesalahanmu Bi. Mungkin, Queen hanya belum bisa mempercayaimu saja, kau harus
bisa buktilan padanya bahwa kau bersungguh-sungguh saat kau menyatakan bahwa
kau ingin menikah dengannya..," ucap Aqilla.
"Sudah Qilla, aku sudah mencoba
meyakinkannya bahwa aku benar-benar sudah melupakanmu dan aku..aku.....mencintainya....,"
ucap Fabian.
"Apa kau pernah berkata padanya
bahwa kau mencintainya sebelum kamu melamarnya?" tanya Aqilla lagi. Dan
Fabian pun menggelengkan kepalanya.
"Itulah akar permasalahannya Bi.
Kamu tidak menyatakan perasaanmu yang sebenarnya bahwa kamu
mencintainya...,"jelas Aqilla.
"Tapi...Qilla...apa itu penting?
Bukankah dengan menunjukkannya dengan perilakuku saja ia akan bisa mengerti
perasaanku?" tanya Fabian.
"Tidak setiap orang tahu perasaan
seseorang melalui perilakunya Fabian. Dan hal itu juga bukan berarti bahwa
Queen tidak cukup peka dengan semua hal yang telah kamu lakukan untuk
menunjukkan perasaanmu padanya Fabian. Dia wanita biasa sama sepertiku yang
juga butuh pernyataan cinta dari lelaki yang dicintainya, agar dia bisa tahu dengan
pasti tanpa harus menerka-nerka lagi,"
Fabian pun mengangguk-anggukkan
kepalanya seraya mengerti semua penjelasan Aqilla.
Sementara di tempat lain.
Brigitha akhirnya mendatangi rumah
orang tua Fabian, setelah dia tidak dapat menemui lelaki itu di apartemennya.
Dia ingin memberikan undangan itu kepada laki-laki itu karena walau
bagaimanapun hubungan mereka kini, Fabian tetaplah temannya dan dia tidak
mungkin ia tidak memberikan undangan itu pada Fabian. Dan lebih dari apapun,
Queen memang menyimpan keinginan bahwa lelaki yang kini sudah dapat mencuri
hatinya itu datang di hari istimewanya.
Ting...Tong....Ting.....Tong....
Seorang perempuan separuh baya keluar
dari rumahnya dan tentu saja Queen tahu siapa itu.
"Tante.....," sapa Queen.
"Eh...kamu Brigitha...ah...Queen...tante
panggil dengan sebutan itu saja ya supaya sama dengan panggilan Fabian
untukmu...," jelas Mama Fabian yang langsung disambuti anggukan oleh
Queen. "Eng...masuk dulu Queen....," pinta Mama Fabian.
"Ah...tidak tante, Queen cuman
sebentar saja. Fabiannya ada tante...?" tanya Queen.
"Oh,,,Fabiannya nggak ada Queen.
Dia pergi ke Indonesia, katanya kangen dengan Aqilla...," jelas Mama
Fabian.
Queen yang mendengar hal itupun hanya
bisa terdiam karena keterkejutannya.
"Bercanda Queen, jangan masukin
di hati. Fabian pergi kesana cuman ada perlu sebentar dengan Aqilla kok,"
jelas Mama Fabian kemudian.
"Ah begitu...kira-kira Fabian
kapan pulang ya tante?"
"Eh..kalau itu tante kurang tahu
sayang. Kenapa nggak kamu sendiri saja yang tanya padanya," ucap Mama
Fabian. Dan ketika menatap wajah calon menantunya yang menyembunyikan sesuatu
yang tidak beres itupun mama Fabian berucaplagi. "Hubungan kalian
baik-baik saja kan?" tanya Mama Fabian kemudia. Dan diangguki oleh Queen.
"Ya sudah kalau begitu Queen
pamit dulu ya Tante..,"
"Ah...buru-buru amat Queen,
padahal tante mau ajak kamu bikin kue...,"
"Ma'af tante lain kali aja ya,
Queen masih ada sedikit urusan,"
"Ah, baiklah kalau gitu...
hati-hati ya. Dan jangan lupa hubungin Fabian kapan dia pulangnya..,"
"Baik tante...," ucap Queen
yang kemudian pergi meninggalkan rumah Fabian dengan tetap menyembunyikan
undangan itu di balik badannya. Ketika keluar rumah itu, akhirnya Queen pun
memutuskan untuk kembali ke apartemen Fabian dan meletakkan undangan itu di
kotak surat Fabian, entah kapan lelaki itu membukanya kemudian Queen pun tak
peduli.
"Kenapa loe nemuin Aqilla lagi
Bian, apa terjadi sesuatu dengan Aqilla? Apa dia sakit lagi? Apa sebegitu
pentingnya dia bagimu?" gumam Aqilla dengan pemikirannya sendiri.
0 comments:
Posting Komentar