Jumat, 13 Juli 2018

Dua Belas

Edit Posted by with No comments


Akhirnya, Fabian pun memutuskan untuk pergi ke Indonesia, untuk menghabiskan liburan sekolahnya. Tak ada seorangpun lagi saat ini yang bisa diajakknya bicara kecuali Aqilla. Dan dia pun harus menemui gadis itu dan meminta pendapatnya dan siapa tahu gadis itu dapat memberi solusi untuk masalahnya.
Indonesia
Fabian menuju ke taman belakang rumah Aqilla dan disana dia mendapati Aqilla yang tentu saja sedang berdua dengan Kenzo. Aqilla terlonjak senang ketika mendapati Fabian berada di ambang pintu menuju ke taman belakang. Namun, ketika Aqilla hendak memberikan pelukan kerinduan pada Fabian, Kenzo langsung menariknya dengan possesif.
"Tenang aja bro, gue nggak akan ngerebut Qilla dari loe...," ucap Fabian. Yang kemudian ikut duduk disamping dua sejoli itu.
Aqilla tahu ada yang tidak beres dengan sahabatnya itu dan dia pun mulai bertanya.
"Ada apa? Apa yang terjadi...?" tanya Aqilla.
Fabian tahu bahwa Aqilla akan menanyakan pertanyaan itu padanya. Dia dapat menebak apa yang ada di kepala gadis itu seperti gadis itu tahu pula bahwa kini dirinya memang tidak dalam kondisi yang baik-baik saja. 
"Kenzo, bolehkan gue pinjam Aqilla sebentar?" pinta Fabian pada Kenzo. Kenzo yang semula hendak menolak permintaan Fabian segera mengiyakan ketika mendapat kode dari Aqilla. Dia tahu dan paham bahwa Fabian memang butuh berbicara dengan Aqilla kali ini. Kenzo pun pergi meninggalkan mereka berdua agar bisa berbicara dengan nyaman.
Selepas kepergian Kenzo, Fabian pun bercerita pada Aqilla tentang permasalahannya yang memang gadis itu sedikit tahu karena Fabian beberapa kali bercerita melalui telpon dengan Aqilla.
"Apa yang terjadi?" tanya Aqilla lagi.
"Dia pergi Qilla, dia menjauhiku....," ucap Fabian. "Dia pergi dan semua ini karena kesalahanku, keegoisanku...," seru Fabian lagi.
"Bi...semuanya bukan karena kesalahanmu Bi. Mungkin, Queen hanya belum bisa mempercayaimu saja, kau harus bisa buktilan padanya bahwa kau bersungguh-sungguh saat kau menyatakan bahwa kau ingin menikah dengannya..," ucap Aqilla.
"Sudah Qilla, aku sudah mencoba meyakinkannya bahwa aku benar-benar sudah melupakanmu dan aku..aku.....mencintainya....," ucap Fabian.
"Apa kau pernah berkata padanya bahwa kau mencintainya sebelum kamu melamarnya?" tanya Aqilla lagi. Dan Fabian pun menggelengkan kepalanya.
"Itulah akar permasalahannya Bi. Kamu tidak menyatakan perasaanmu yang sebenarnya bahwa kamu mencintainya...,"jelas Aqilla.
"Tapi...Qilla...apa itu penting? Bukankah dengan menunjukkannya dengan perilakuku saja ia akan bisa mengerti perasaanku?" tanya Fabian.
"Tidak setiap orang tahu perasaan seseorang melalui perilakunya Fabian. Dan hal itu juga bukan berarti bahwa Queen tidak cukup peka dengan semua hal yang telah kamu lakukan untuk menunjukkan perasaanmu padanya Fabian. Dia wanita biasa sama sepertiku yang juga butuh pernyataan cinta dari lelaki yang dicintainya, agar dia bisa tahu dengan pasti tanpa harus menerka-nerka lagi,"
Fabian pun mengangguk-anggukkan kepalanya seraya mengerti semua penjelasan Aqilla.

Sementara di tempat lain.
Brigitha akhirnya mendatangi rumah orang tua Fabian, setelah dia tidak dapat menemui lelaki itu di apartemennya. Dia ingin memberikan undangan itu kepada laki-laki itu karena walau bagaimanapun hubungan mereka kini, Fabian tetaplah temannya dan dia tidak mungkin ia tidak memberikan undangan itu pada Fabian. Dan lebih dari apapun, Queen memang menyimpan keinginan bahwa lelaki yang kini sudah dapat mencuri hatinya itu datang di hari istimewanya.
Ting...Tong....Ting.....Tong....
Seorang perempuan separuh baya keluar dari rumahnya dan tentu saja Queen tahu siapa itu.
"Tante.....," sapa Queen.
"Eh...kamu Brigitha...ah...Queen...tante panggil dengan sebutan itu saja ya supaya sama dengan panggilan Fabian untukmu...," jelas Mama Fabian yang langsung disambuti anggukan oleh Queen. "Eng...masuk dulu Queen....," pinta Mama Fabian.
"Ah...tidak tante, Queen cuman sebentar saja. Fabiannya ada tante...?" tanya Queen.
"Oh,,,Fabiannya nggak ada Queen. Dia pergi ke Indonesia, katanya kangen dengan Aqilla...," jelas Mama Fabian.
Queen yang mendengar hal itupun hanya bisa terdiam karena keterkejutannya.
"Bercanda Queen, jangan masukin di hati. Fabian pergi kesana cuman ada perlu sebentar dengan Aqilla kok," jelas Mama Fabian kemudian.
"Ah begitu...kira-kira Fabian kapan pulang ya tante?" 
"Eh..kalau itu tante kurang tahu sayang. Kenapa nggak kamu sendiri saja yang tanya padanya," ucap Mama Fabian. Dan ketika menatap wajah calon menantunya yang menyembunyikan sesuatu yang tidak beres itupun mama Fabian berucaplagi. "Hubungan kalian baik-baik saja kan?" tanya Mama Fabian kemudia. Dan diangguki oleh Queen.
"Ya sudah kalau begitu Queen pamit dulu ya Tante..," 
"Ah...buru-buru amat Queen, padahal tante mau ajak kamu bikin kue...,"
"Ma'af tante lain kali aja ya, Queen masih ada sedikit urusan,"
"Ah, baiklah kalau gitu... hati-hati ya. Dan jangan lupa hubungin Fabian kapan dia pulangnya..,"
"Baik tante...," ucap Queen yang kemudian pergi meninggalkan rumah Fabian dengan tetap menyembunyikan undangan itu di balik badannya. Ketika keluar rumah itu, akhirnya Queen pun memutuskan untuk kembali ke apartemen Fabian dan meletakkan undangan itu di kotak surat Fabian, entah kapan lelaki itu membukanya kemudian Queen pun tak peduli.
"Kenapa loe nemuin Aqilla lagi Bian, apa terjadi sesuatu dengan Aqilla? Apa dia sakit lagi? Apa sebegitu pentingnya dia bagimu?" gumam Aqilla dengan pemikirannya sendiri.





0 comments:

Posting Komentar