Jumat, 13 Juli 2018

Sebelas

Edit Posted by with No comments


Ujian telah usai beberapa saat lalu, dan akhirnya baik Brigitha ataupun Fabian merasa lega. Hingga akhirnya mereka pun melepaskan penat dengan berbaring tiduran di tempat tidur lebih awal dari biasanya. Brigitha menempati tempat tidur Fabian, sementara Fabian tidur di sofa ruang tamu. 
Brigitha terkejut bukan main, ketika sebuah tangan melingkar di sekitar pinggangnya. Ia mengucek matanya dari posisi bangun tidurnya, mencoba untuk melihat siapa pemilik tangan itu. Dan seketika itu dia pun mengerjap-ngerjapkan matanya seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Di dorongnya lelaki itu dengan sekuat tenaganya ketika kesadaran sudah menguasainya. Sang lelaki pun mengaduh ketika dia tahu bahwa dirinya kini tengah berada di bawah tempat tidurnya dan dibangunkan dengan paksa oleh rasa sakit dikepalanya karena benturan kecil itu.
"Loe apa-apaan sih Queen,,,," teriak Fabian.
"Apa-apaan, apa-apaan. Harus nya tuh ya gue yang nanya ke loe, loe yang apa-apaan...?" tanya Brigitha.
"Maksud loe...?" Fabian balik bertanya.
"Loe ngapain tidur di tempat tidur ini. Dan ngapain juga loe pakek tidur peluk-peluk gue...," ucap Queen.
"Hadeh..jadi ini semua hanya karena itu...,"
"Apa...loe bilang hanya. Loe tidur dan loe pel....luk...,"
Fabian berjalan mendekati Brigitha dan tentu saja membuat gadis itu melangkah mundur dari hadapan Fabian. Namun, bukan Fabian namanya kalau menyerah dengan Brigitha.
"Di luar dingin Queen, jadinya gue pindah tidur disini...," jelas Fabian.
"Tap...tapi...gak perlu peluk-peluk segala dong...," ucap Brigitha.
"Hahhh....jadi loe gak inget siapa yang lebih dulu meluk....," ledek Fabian yang tentu saja membuat Brigitha makin penasaran dengan apa yang tengah terjadi.
Akhirnya Fabian pun menceritakan kejadian semalam. Bahwa listrik tengah mati dan membuat Brigitha ketakutan. Hingga akhirnya dia pun memeluk Fabian yang tertidur di sampingnya dengan erat. Fabian pun memeluk Brigitha dan memberi kenyamanan yang Brigitha inginkan agar ketakutannya hilang. Brigitha yang mendengarkan penuturan dari cerita itupun kini kembali mengingat-ingat apa yang terjadi. Dan ketika ingatannya memang sama persis dengan apa yang diceritakan oleh Fabian, ia pun kemudian tertunduk karena malu.
"Hahaaha...loe kayaknya udah inget kejadian semalam rupanya," ucap Fabian melihat tingkah Brigitha yang menunduk malu.
Brigitha hanya menunduk dan tak berani menatap wajah Fabian. Ia merasa malu bahwa ternyata lelaki yang dulu dibencinya itulah yang kini tahu kelemahannya. Ia merasa bahwa dirinya sudah tak punya harga diri lagi di hadapan lelaki itu.
"Loe kenapa?" tanya Fabian kemudian yang melihat Brigitha diam tak berkutik dan bahkan wanita itu tak menanggapi candaannya sedikitpun. 
Brigitha hanya menggelengkan kepalanya menanggapi pertanyaan Fabian dan kemudia dia menggerakkan kakinya untuk melenggang pergi meninggalkan lelaki itu. Namun, tiba-tiba pergelangan tangannya di tarik oleh Fabian.
Fabian mendekatkan tubuhnya pada tubuh Brigitha. Ia memeluk Brigitha dari belakang dengan tetap memegang pergelangan tangan Brigitha. Brigitha sempat menolak pelukan Fabian, tapi tenaganya tak cukup mampu untuk membuat lelaki itu melepaskan pelukannya. 
Mereka tetap berada pada posisi itu selama beberapa menit dan kemudian Brigitha merasakan sebuah kecupan hangat di rambutnya. 
"Ayo menikah, Queen.....," ucap Fabian kemudian dan tentu saja hal itu membuat Brigitha terkejut. Jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya saat mendengar pernyataan Fabian.
Brigitha kemudian melepaskan pergelangan tanggannya dari genggaman Fabian dan membuat Fabian pun melepaskan pelukannya dari Brigitha.
Brigitha kemudian menatap kedua mata lelaki itu. Fabian terkejut dengan tatapan mata Brigitha yang dipenuhi dengan cairan bening di pelupuknya.
"Pernikahan bukanlah sebuah permainan Fabian, jadi jangan pernah bermain dengan kata-kata "ayo menikah"...," ucap Brigitha.
Fabian tahu wanita dihadapannya itu tidak percaya dengan apa yang dikatakannya atau lebih tepatnya wanita itu meragukannya.
"Gue nggak main-main Brigitha. Gue bersungguh-sungguh....," jelas Fabian. "Atau mungkin loe tak percaya karena gue nggak mengusulkan pernikahan itu dengan sebuah rencana yang romantis seperti di acara-acara drama yang sering loe tonton...?" tanya Fabian. "Ma'af Queen kalau karena itu...loe....,"
"Cukup Fabian, berhenti bercanda. Gue nggak percaya sama omongan loe. Kenapa loe tiba-tiba ngusulin buat kita nikah? Apa loe merasa kasian sama gue, setelah loe tahu semua kelemahan gue? Dan bagaimana mungkin gue akan percaya kalau loe sungguh-sungguh jika nyatanya di hati loe hanya ada Aqilla. Gue nggak mau jadi pelarian loe dari Aqilla....," ucap Brigitha yang kemudian pergi menuju ke kamar mandi dan mengunci pintu itu dari dalam.
Fabian melihat kedua mata wanita itu meneteskan air mata saat mengatakan hal itu terhadapnya. Dia tahu bahwa wanita itu tidak mempercayai ucapannya.
"Gue nggak melakukan itu karena rasa kasihan Queen, dan juga loe bukan pelarian gue dari Aqilla...," desah Fabian.

0 comments:

Posting Komentar