Ujian telah usai beberapa saat lalu,
dan akhirnya baik Brigitha ataupun Fabian merasa lega. Hingga akhirnya mereka
pun melepaskan penat dengan berbaring tiduran di tempat tidur lebih awal dari
biasanya. Brigitha menempati tempat tidur Fabian, sementara Fabian tidur di
sofa ruang tamu.
Brigitha terkejut bukan main, ketika
sebuah tangan melingkar di sekitar pinggangnya. Ia mengucek matanya dari posisi
bangun tidurnya, mencoba untuk melihat siapa pemilik tangan itu. Dan seketika
itu dia pun mengerjap-ngerjapkan matanya seolah tak percaya dengan apa yang
dilihatnya. Di dorongnya lelaki itu dengan sekuat tenaganya ketika kesadaran
sudah menguasainya. Sang lelaki pun mengaduh ketika dia tahu bahwa dirinya kini
tengah berada di bawah tempat tidurnya dan dibangunkan dengan paksa oleh rasa
sakit dikepalanya karena benturan kecil itu.
"Loe apa-apaan sih Queen,,,,"
teriak Fabian.
"Apa-apaan, apa-apaan. Harus nya
tuh ya gue yang nanya ke loe, loe yang apa-apaan...?" tanya Brigitha.
"Maksud loe...?" Fabian
balik bertanya.
"Loe ngapain tidur di tempat
tidur ini. Dan ngapain juga loe pakek tidur peluk-peluk gue...," ucap
Queen.
"Hadeh..jadi ini semua hanya
karena itu...,"
"Apa...loe bilang hanya. Loe
tidur dan loe pel....luk...,"
Fabian berjalan mendekati Brigitha dan
tentu saja membuat gadis itu melangkah mundur dari hadapan Fabian. Namun, bukan
Fabian namanya kalau menyerah dengan Brigitha.
"Di luar dingin Queen, jadinya
gue pindah tidur disini...," jelas Fabian.
"Tap...tapi...gak perlu
peluk-peluk segala dong...," ucap Brigitha.
"Hahhh....jadi loe gak inget
siapa yang lebih dulu meluk....," ledek Fabian yang tentu saja membuat
Brigitha makin penasaran dengan apa yang tengah terjadi.
Akhirnya Fabian pun menceritakan
kejadian semalam. Bahwa listrik tengah mati dan membuat Brigitha ketakutan.
Hingga akhirnya dia pun memeluk Fabian yang tertidur di sampingnya dengan erat.
Fabian pun memeluk Brigitha dan memberi kenyamanan yang Brigitha inginkan agar
ketakutannya hilang. Brigitha yang mendengarkan penuturan dari cerita itupun
kini kembali mengingat-ingat apa yang terjadi. Dan ketika ingatannya memang
sama persis dengan apa yang diceritakan oleh Fabian, ia pun kemudian tertunduk
karena malu.
"Hahaaha...loe kayaknya udah
inget kejadian semalam rupanya," ucap Fabian melihat tingkah Brigitha yang
menunduk malu.
Brigitha hanya menunduk dan tak berani
menatap wajah Fabian. Ia merasa malu bahwa ternyata lelaki yang dulu dibencinya
itulah yang kini tahu kelemahannya. Ia merasa bahwa dirinya sudah tak punya
harga diri lagi di hadapan lelaki itu.
"Loe kenapa?" tanya Fabian
kemudian yang melihat Brigitha diam tak berkutik dan bahkan wanita itu tak
menanggapi candaannya sedikitpun.
Brigitha hanya menggelengkan kepalanya
menanggapi pertanyaan Fabian dan kemudia dia menggerakkan kakinya untuk
melenggang pergi meninggalkan lelaki itu. Namun, tiba-tiba pergelangan
tangannya di tarik oleh Fabian.
Fabian mendekatkan tubuhnya pada tubuh
Brigitha. Ia memeluk Brigitha dari belakang dengan tetap memegang pergelangan
tangan Brigitha. Brigitha sempat menolak pelukan Fabian, tapi tenaganya tak
cukup mampu untuk membuat lelaki itu melepaskan pelukannya.
Mereka tetap berada pada posisi itu
selama beberapa menit dan kemudian Brigitha merasakan sebuah kecupan hangat di
rambutnya.
"Ayo menikah, Queen.....,"
ucap Fabian kemudian dan tentu saja hal itu membuat Brigitha terkejut.
Jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya saat mendengar pernyataan
Fabian.
Brigitha kemudian melepaskan
pergelangan tanggannya dari genggaman Fabian dan membuat Fabian pun melepaskan
pelukannya dari Brigitha.
Brigitha kemudian menatap kedua mata
lelaki itu. Fabian terkejut dengan tatapan mata Brigitha yang dipenuhi dengan
cairan bening di pelupuknya.
"Pernikahan bukanlah sebuah
permainan Fabian, jadi jangan pernah bermain dengan kata-kata "ayo
menikah"...," ucap Brigitha.
Fabian tahu wanita dihadapannya itu
tidak percaya dengan apa yang dikatakannya atau lebih tepatnya wanita itu
meragukannya.
"Gue nggak main-main Brigitha.
Gue bersungguh-sungguh....," jelas Fabian. "Atau mungkin loe tak percaya
karena gue nggak mengusulkan pernikahan itu dengan sebuah rencana yang romantis
seperti di acara-acara drama yang sering loe tonton...?" tanya Fabian.
"Ma'af Queen kalau karena itu...loe....,"
"Cukup Fabian, berhenti bercanda.
Gue nggak percaya sama omongan loe. Kenapa loe tiba-tiba ngusulin buat kita
nikah? Apa loe merasa kasian sama gue, setelah loe tahu semua kelemahan gue?
Dan bagaimana mungkin gue akan percaya kalau loe sungguh-sungguh jika nyatanya
di hati loe hanya ada Aqilla. Gue nggak mau jadi pelarian loe dari
Aqilla....," ucap Brigitha yang kemudian pergi menuju ke kamar mandi dan
mengunci pintu itu dari dalam.
Fabian melihat kedua mata wanita itu
meneteskan air mata saat mengatakan hal itu terhadapnya. Dia tahu bahwa wanita
itu tidak mempercayai ucapannya.
"Gue nggak melakukan itu karena
rasa kasihan Queen, dan juga loe bukan pelarian gue dari Aqilla...," desah
Fabian.
0 comments:
Posting Komentar