Jumat, 13 Juli 2018

Dua

Edit Posted by with No comments


Mentari terbit di ufuk barat, sinarnya yang masuk ke kamar Brigitha membuat gadis itu refleks memicingkan matanya. Ia baru tersadar kalau hari sudah  muali siang dan ia terlambat untuk pergi ke sekolahnya.
            “Mampus gue….,” ucap Brigitha.
            Brigitha pun bergegas mandi dan menyiapkan peralatan sekolahnya kemudian menuruni anak tangga dan sampai di lantai satu. Brigitha mengambil beberapa lembar roti yang tersedia di meja makan dan kemudian bergegas berangkat ke sekolah.
            “Ma….Githa berangkat dulu…..,” teriaknya sembari langsung mengendarai mobilnya dan melesat ke sekolahnya.
            Sementaranya mama nya yang melihat kelakuan anaknya seperti itu tiap pagi hanya dapat menggeleng-gelengkan kepalanya.
            “Tuh, anak emang kudu segera harus dinikahkan biar kelakuannya berubah…,” batin Mama Brigitha.
*****
            Melihat gerbang sekolahnya sudah di tutup, Brigitha kemudian memarkir mobilnya di samping jalan tempat biasanya. Dia segerara menuju ke pagar belakang sekolah. Dia melemparkan bukunya melewati pagar itu dan kemudian setelahnya dia pun mulai memanjat pagar itu.
            Brigitha terkejut ketika melihat guru piket dan seorang siswa sedang berada di sana, dan tas yang dia lemparkan tepat mengenai siswa tersebut. Dalam hitungan tiga detik guru piket yang super kiler itu langsung meneriakkan nama Brighita yang dikenal dengan nama Queen jika di sekolahnya.
            “Queeeennnnn……………………!!!!!!!!!”
            Eh, bapak. Ma’af pak, gak sengaja…,” ucapnya dengan nada sok polosnya.
            “Bukan sama bapak harusnya kamu minta ma’af. Tapi sama dia…….,” ujar guru killer yang bernama Ronald itu.
             Brigitha langsung mengerutkan keningnya ketika melihat sosok yang berdiri di samping gurunya dengan tas Brigita yang tepat berada di leher siswa itu, yang entah mungkin karena kebetulan bahwa tali tas itu masuk tepat ke leher siswa itu.
            “Loe….? Ngapain loe disini…….?” tanya Brigitha sinis dengan menatap tajam lelaki yang sudah tiga kali ditemuinya tanpa sengaja itu.
            “Apa yang kamu katakana. Bukannya minta ma’af kamu malah ngomong yang aneh-aneh. Dia itu siswa baru di sekolah ini….,” Jelas Ronald.
            “Lah…pak. Kenapa dia di terima di sekolah ini?” tanya Brigitha. “Harusnya bapak nggak nerima dia di sekolah ini,” ketus Brigitha.
            “Jangan mencoba ngajarin bapak Queen. Kalau kamu memang mau protes silahkan temui kepala sekolah. Dan ya, jujur bapak lebih suka nerima dia jadi murid sekolah ini daripada kamu…,” ucap Ronald.
            “Tap..tapi pak…,”
            “Nggak ada tapi-tapian. Pokoknya sekarang kamu harus ikut bapak. Kamu harus di beri hukuman biar jera,” ucap Ronald sembari menarik telinga Brigitha.
*****
            Setelah tiga jam lebih, Brigitha mengerjakan hukuman yang di berikan oleh Pak Ronald untuk mengepel seluruh lapangan basket dalam ruangan olah raga, akhirnya Brigitha pun kembali ke kelasnya dengan wajah yang sudah tak rapi lagi karena lelah.
            “Eh…Queen loe dari mana aja….?” Tanya salah satu teman Brigitha yang mendapati Brigitha baru masuk ke kelas di jam pelajaran ke empat.
            “Nggak usah di tanya deh, Nes, paling-paling dia kena hukuman dari pak Ronald karena datang terlambat dan ketahuan manjat pagar belakang sekolah…,” ucap Vivian dengan tatapan sinis ke arah Brigitha.
            Brigitha tidak menggubris kata-kata Vivian, dia hanya langsung masuk dan menuju tempat duduknya. Di tentengnya tas nya itu, dan hendak di tariknya bangku tempat duduknya yang tepat berada di belakang.
            Brigitha terkejut ketika mendapati siapa seseorang yang duduk di sampingnya, pasalnya ia terbiasa duduk sendiri, tapi sekarang kursi itu sudah di duduki oleh seseorang.
            “Loe…..,” ucapnya lagi terkejut melihat lelaki yang baru saja ditemuinya beberapa jam yang lalu. “Loe…orang gila itu………,” ucapnya lagi.
            “Gue punya nama, nama gue Fabian……….,” seru Fabian.
            “Gue gak peduli dengan nama loe. Pokoknya yang gue tau loe orang gila yang selalu saja buat gue ketimpa sial tiap kali gue ketemu sama loe,” cerocos Brigitha yang tak ditanggapi oleh Fabian. “Loe ngapain duduk disini….?” Tanya Brigitha lagi. Dan cowok itu yang tadinya hendak meneruskan tidurnya di atas bangku pun terpaksa terbangun karena Brigitha memukul meja itu dengan keras hingga ia dapat merasakan getarannya.
            “Jawaban pertama, gue masuk kelas ini. Jawaban kedua, wali kelas yang nyuruh gue duduk disini…,” ucap Fabian geram dengan cewek itu. Dan kembali meneruskan tidurnya kemudian tanpa mempedulikan cewek di sampingnya yang masih sibuk menggerutu itu.
            “Hellll….kenapa gue harus satu kelas sama loe sih, satu bangku juga……… DAMN…!!!!” gerutunya.
*****
             



0 comments:

Posting Komentar