Mentari terbit di ufuk
barat, sinarnya yang masuk ke kamar Brigitha membuat gadis itu refleks
memicingkan matanya. Ia baru tersadar kalau hari sudah muali siang dan ia terlambat untuk pergi ke
sekolahnya.
“Mampus gue….,” ucap Brigitha.
Brigitha pun bergegas mandi dan
menyiapkan peralatan sekolahnya kemudian menuruni anak tangga dan sampai di
lantai satu. Brigitha mengambil beberapa lembar roti yang tersedia di meja
makan dan kemudian bergegas berangkat ke sekolah.
“Ma….Githa berangkat dulu…..,” teriaknya
sembari langsung mengendarai mobilnya dan melesat ke sekolahnya.
Sementaranya mama nya yang melihat
kelakuan anaknya seperti itu tiap pagi hanya dapat menggeleng-gelengkan
kepalanya.
“Tuh, anak emang kudu segera harus
dinikahkan biar kelakuannya berubah…,” batin Mama Brigitha.
*****
Melihat gerbang sekolahnya sudah di
tutup, Brigitha kemudian memarkir mobilnya di samping jalan tempat biasanya.
Dia segerara menuju ke pagar belakang sekolah. Dia melemparkan bukunya melewati
pagar itu dan kemudian setelahnya dia pun mulai memanjat pagar itu.
Brigitha terkejut ketika melihat
guru piket dan seorang siswa sedang berada di sana, dan tas yang dia lemparkan
tepat mengenai siswa tersebut. Dalam hitungan tiga detik guru piket yang super
kiler itu langsung meneriakkan nama Brighita yang dikenal dengan nama Queen
jika di sekolahnya.
“Queeeennnnn……………………!!!!!!!!!”
Eh, bapak. Ma’af pak, gak sengaja…,”
ucapnya dengan nada sok polosnya.
“Bukan sama bapak harusnya kamu
minta ma’af. Tapi sama dia…….,” ujar guru killer yang bernama Ronald itu.
Brigitha langsung mengerutkan keningnya ketika
melihat sosok yang berdiri di samping gurunya dengan tas Brigita yang tepat
berada di leher siswa itu, yang entah mungkin karena kebetulan bahwa tali tas
itu masuk tepat ke leher siswa itu.
“Loe….? Ngapain loe disini…….?”
tanya Brigitha sinis dengan menatap tajam lelaki yang sudah tiga kali
ditemuinya tanpa sengaja itu.
“Apa yang kamu katakana. Bukannya
minta ma’af kamu malah ngomong yang aneh-aneh. Dia itu siswa baru di sekolah
ini….,” Jelas Ronald.
“Lah…pak. Kenapa dia di terima di
sekolah ini?” tanya Brigitha. “Harusnya bapak nggak nerima dia di sekolah ini,”
ketus Brigitha.
“Jangan mencoba ngajarin bapak
Queen. Kalau kamu memang mau protes silahkan temui kepala sekolah. Dan ya,
jujur bapak lebih suka nerima dia jadi murid sekolah ini daripada kamu…,” ucap
Ronald.
“Tap..tapi pak…,”
“Nggak ada tapi-tapian. Pokoknya
sekarang kamu harus ikut bapak. Kamu harus di beri hukuman biar jera,” ucap
Ronald sembari menarik telinga Brigitha.
*****
Setelah tiga jam lebih, Brigitha
mengerjakan hukuman yang di berikan oleh Pak Ronald untuk mengepel seluruh
lapangan basket dalam ruangan olah raga, akhirnya Brigitha pun kembali ke
kelasnya dengan wajah yang sudah tak rapi lagi karena lelah.
“Eh…Queen loe dari mana aja….?”
Tanya salah satu teman Brigitha yang mendapati Brigitha baru masuk ke kelas di
jam pelajaran ke empat.
“Nggak usah di tanya deh, Nes,
paling-paling dia kena hukuman dari pak Ronald karena datang terlambat dan
ketahuan manjat pagar belakang sekolah…,” ucap Vivian dengan tatapan sinis ke
arah Brigitha.
Brigitha tidak menggubris kata-kata
Vivian, dia hanya langsung masuk dan menuju tempat duduknya. Di tentengnya tas
nya itu, dan hendak di tariknya bangku tempat duduknya yang tepat berada di
belakang.
Brigitha terkejut ketika mendapati
siapa seseorang yang duduk di sampingnya, pasalnya ia terbiasa duduk sendiri,
tapi sekarang kursi itu sudah di duduki oleh seseorang.
“Loe…..,” ucapnya lagi terkejut
melihat lelaki yang baru saja ditemuinya beberapa jam yang lalu. “Loe…orang
gila itu………,” ucapnya lagi.
“Gue punya nama, nama gue
Fabian……….,” seru Fabian.
“Gue gak peduli dengan nama loe.
Pokoknya yang gue tau loe orang gila yang selalu saja buat gue ketimpa sial tiap
kali gue ketemu sama loe,” cerocos Brigitha yang tak ditanggapi oleh Fabian.
“Loe ngapain duduk disini….?” Tanya Brigitha lagi. Dan cowok itu yang tadinya
hendak meneruskan tidurnya di atas bangku pun terpaksa terbangun karena
Brigitha memukul meja itu dengan keras hingga ia dapat merasakan getarannya.
“Jawaban pertama, gue masuk kelas
ini. Jawaban kedua, wali kelas yang nyuruh gue duduk disini…,” ucap Fabian
geram dengan cewek itu. Dan kembali meneruskan tidurnya kemudian tanpa
mempedulikan cewek di sampingnya yang masih sibuk menggerutu itu.
“Hellll….kenapa gue harus satu kelas
sama loe sih, satu bangku juga……… DAMN…!!!!” gerutunya.
*****


0 comments:
Posting Komentar