Brigitha pulang
dengan wajah kusut, bagaimana tidak, semua orang menghinanya. Terlebih ketika
dia bersikap kasar pada Fabian. Brigitha sebenarnya tidak mengerti kenapa semua
orang di sekolahnya mengidolakan Fabian. Terlebih para kaum hawa, mereka
seolah-olah terhipnotis setiap kali melihat Fabian. Padahal, menurut Brigitha
cowok dingin macam Fabian itu gak ada menarik-menariknya.
Dan akibat semua itulah, Brigitha
yang memang tidak dekat dengan satupun mahluk di sekolah itu pun jadi lebih di
kucilkan dari biasanya. Ia bahkan di musuhi oleh semua siswi di sekolahnya.
Setali tiga uang dengan di sekolahnya, di rumah pun Brigitha mendapat ceramah
dari mamanya.
“Tha, pokoknya mama nggak mau tahu,
besok kamu harus datang di acara makan malam dengan calon tunanganmu itu. Mama
sudah pesankan kamu gaun di butik, dan mama mau kamu memakainya besok. Nggak
ada pakaian celana jeans dan kaos kebesaran besok. Pokoknya harus pakek dress,”
ucap mamanya.
Brigitha tak menjawab dan hanya
melangkah dan menaiki tangga menuju kamarnya. Mamanya yang tahu bahwa gadis itu
tak mendengarkan ucapannya kembali berteriak pada gadis itu.
“Brigitha….kamu denger mama……….,”
teriak mamanya.
“Iya ma……………….,” teriak Brigitha
kemudian agar mamanya lega dan bisa diam karena dia sungguh sangat pusing
dengan apa yang telah terjadi di sekolahnya.
*****
Merasa suntuk karena memikirkan
acara makan malam dengan calon tunangannya, akhirnya Fabian pun melajukan
mobilnya menuju ke sebuah club malam terdekat. Ia duduk di bangku bar dan
meminta beberapa wine pada bartender. Bartender itupun memberikan minuman itu
dan setelahnya melambaikan tangannya pada seseorang.
Fabian mengamati bartender itu pada
seorang wanita yang berjalan menuju tempat duduk di sampingnya.
“Heiiii….Queen lama tidak jumpa…..?”
tanya bartender itu. Fabian yang akrab dengan sebutan nama “Queen” itu pun
menoleh ke arah mereka berdua. Dan ketika matanya menangkap mata si pemilik
nama Queen yang dikenalnya itupun dia berucap.
“Loe….,” ucapnya.
“Hahhh…loe disini juga…,” ucap
Queen. “Dunia itu sempit banget ya ternyata, masak ke manapun gue pergi
ujung-ujungnya gue ketemu sama loe…,” ketus Queen yang kemudian mengabaikan
Fabian dan berbincang dengan bartender.
“Iya, sudah tiga minggu kira-kira
gue nggak kesini, Lex. Sorry gue ada urusan soalnya..,” ucap Queen sembari
cipika-cipiki dengan bartender itu. Itulah terakhir kalinya Fabian melihat kea
rah mereka berdua. Setelahnya ia sayup-sayup mendengarkan perbincangan antara
gadis itu dengan bartender.
*****
Fabian mendengar
pembicaraan antara Brigitha dengan Bartender yang bernama Alex itu. Ia tak
menyangka bahwa gadis yang tidak punya satupun teman yang akrab di sekolahnya
itu malah bisa dekat dengan seorang bartender yang usianya 10 tahun lebih tua
dari gadis itu. Ia mendengar semua cerita gadis itu dimana gadis itu mempunyai
permasalahan yang sama dengan dirinya. Akhirnya, muncullah suatu ide di kepala
Fabian.
Fabian mengikuti laju mobil berwarna
merah yang ia tahu siapa pemiliknya.
Mobil itu terparkir di tepi pantai dan kemudian pemiliknya pun berteriak dengan
kencang ke arah pantai itu. Fabian mendekati gadis itu yang tentu saja ngebuat
gadis itu terkejut karena merasa di ikuti oleh Fabian.
“Loe lagi ada masalah?” tanya Fabian
yang mendapatkan tatapan tajam dari gadis itu.
“Loe, ngintilin gue…,” ucap gadis
itu tanpa menjawab pertanyaan Fabian.
“Gue tahu masalah loe. Dan gue punya
satu solusi untuk itu, karena gue juga lagi ngadepin masalah yang sama kayak
yang loe hadapi,” ucap Fabian.
“Loe…jangan bilang kalau loe nguping
pembicaraan gue tadi dengan Alex di bar?” tanya gadis itu dengan kening
berkerut.
“Gue nggak nguping. Loe sendiri yang
nggak tahu kondisi pakek curhat di club malam,” ucap Fabian.
“Loe tuh….,” geram gadis itu.
“Gue sebenernya juga lagi hadapi
masalah yang sama kayak loe. Gue juga di suruh tunangan sama orang tua gue
tanpa gue tahu sedikitpun tentang tuh cewek yang akan di jodohin dengan gue,”
jelas Fabian yang kini mulai membuat gadis itu tertarik karena kesamaan masalah
yang mereka hadapi.
“Terus..terus….,” tanya gadis itu
tak sabar.
“Ya, sama kayak loe, gue juga nolak
rencana pertunangan itu dengan alasan gue mencintai gadis lain. Tapi, nyokap
dan bokap gue tetep aja kekeh mau tunangin gue dengan cewek pilihan mereka,”
jelas Fabian.
“Sama, gue juga pernah lakuin hal
yang sama kayak loe sampai kabur dari rumah segala. Tapi, bokap dan nyokap malah
gak ada yang nyariin gue. Mereka malah lebih pilih nelantarin gue dengan
memblokir semua kartu kredit gue kalau gue nggak mau nurutin mau mereka. Dan
karena itulah gue akhirnya balik ke rumah, karena gue nggak mau tiba-tiba
nyokap gue baca berita yang isinya tentang anaknya yang mati mengenaskan karena
kelaparan di bawah kolong jembatan,” jelas gadis itu.
Yang tentu saja
membuat Fabian tertawa terbahak-bahak mendengar cerita gadis itu sambil
membayangkan hal-hal yang tidak-tidak akan terjadi pada dirinya kalau gadis itu
menolak pertunangan yang direncanakan orang tuanya. Mereka pun berbicara
panjang dan lebar tentang masalah mereka. Dan satu hal yang baru Fabian sadari,
bahwa gadis yang sangat di bencinya karena selalu mengganggunya itu sangat
menyenangkan jika di ajak ngobrol.
*****
0 comments:
Posting Komentar