Jumat, 13 Juli 2018

Tiga

Edit Posted by with No comments


Brigitha pulang dengan wajah kusut, bagaimana tidak, semua orang menghinanya. Terlebih ketika dia bersikap kasar pada Fabian. Brigitha sebenarnya tidak mengerti kenapa semua orang di sekolahnya mengidolakan Fabian. Terlebih para kaum hawa, mereka seolah-olah terhipnotis setiap kali melihat Fabian. Padahal, menurut Brigitha cowok dingin macam Fabian itu gak ada menarik-menariknya.
            Dan akibat semua itulah, Brigitha yang memang tidak dekat dengan satupun mahluk di sekolah itu pun jadi lebih di kucilkan dari biasanya. Ia bahkan di musuhi oleh semua siswi di sekolahnya. Setali tiga uang dengan di sekolahnya, di rumah pun Brigitha mendapat ceramah dari mamanya.
            “Tha, pokoknya mama nggak mau tahu, besok kamu harus datang di acara makan malam dengan calon tunanganmu itu. Mama sudah pesankan kamu gaun di butik, dan mama mau kamu memakainya besok. Nggak ada pakaian celana jeans dan kaos kebesaran besok. Pokoknya harus pakek dress,” ucap mamanya.
            Brigitha tak menjawab dan hanya melangkah dan menaiki tangga menuju kamarnya. Mamanya yang tahu bahwa gadis itu tak mendengarkan ucapannya kembali berteriak pada gadis itu.
            “Brigitha….kamu denger mama……….,” teriak mamanya.
            “Iya ma……………….,” teriak Brigitha kemudian agar mamanya lega dan bisa diam karena dia sungguh sangat pusing dengan apa yang telah terjadi di sekolahnya.
*****
            Merasa suntuk karena memikirkan acara makan malam dengan calon tunangannya, akhirnya Fabian pun melajukan mobilnya menuju ke sebuah club malam terdekat. Ia duduk di bangku bar dan meminta beberapa wine pada bartender. Bartender itupun memberikan minuman itu dan setelahnya melambaikan tangannya pada seseorang.
            Fabian mengamati bartender itu pada seorang wanita yang berjalan menuju tempat duduk di sampingnya.
            “Heiiii….Queen lama tidak jumpa…..?” tanya bartender itu. Fabian yang akrab dengan sebutan nama “Queen” itu pun menoleh ke arah mereka berdua. Dan ketika matanya menangkap mata si pemilik nama Queen yang dikenalnya itupun dia berucap.
            “Loe….,” ucapnya.
            “Hahhh…loe disini juga…,” ucap Queen. “Dunia itu sempit banget ya ternyata, masak ke manapun gue pergi ujung-ujungnya gue ketemu sama loe…,” ketus Queen yang kemudian mengabaikan Fabian dan berbincang dengan bartender.
            “Iya, sudah tiga minggu kira-kira gue nggak kesini, Lex. Sorry gue ada urusan soalnya..,” ucap Queen sembari cipika-cipiki dengan bartender itu. Itulah terakhir kalinya Fabian melihat kea rah mereka berdua. Setelahnya ia sayup-sayup mendengarkan perbincangan antara gadis itu dengan bartender.
*****
Fabian mendengar pembicaraan antara Brigitha dengan Bartender yang bernama Alex itu. Ia tak menyangka bahwa gadis yang tidak punya satupun teman yang akrab di sekolahnya itu malah bisa dekat dengan seorang bartender yang usianya 10 tahun lebih tua dari gadis itu. Ia mendengar semua cerita gadis itu dimana gadis itu mempunyai permasalahan yang sama dengan dirinya. Akhirnya, muncullah suatu ide di kepala Fabian.
            Fabian mengikuti laju mobil berwarna merah  yang ia tahu siapa pemiliknya. Mobil itu terparkir di tepi pantai dan kemudian pemiliknya pun berteriak dengan kencang ke arah pantai itu. Fabian mendekati gadis itu yang tentu saja ngebuat gadis itu terkejut karena merasa di ikuti oleh Fabian.
            “Loe lagi ada masalah?” tanya Fabian yang mendapatkan tatapan tajam dari gadis itu.
            “Loe, ngintilin gue…,” ucap gadis itu tanpa menjawab pertanyaan Fabian.
            “Gue tahu masalah loe. Dan gue punya satu solusi untuk itu, karena gue juga lagi ngadepin masalah yang sama kayak yang loe hadapi,” ucap Fabian.
            “Loe…jangan bilang kalau loe nguping pembicaraan gue tadi dengan Alex di bar?” tanya gadis itu dengan kening berkerut.
            “Gue nggak nguping. Loe sendiri yang nggak tahu kondisi pakek curhat di club malam,” ucap Fabian.
            “Loe tuh….,” geram gadis itu.
            “Gue sebenernya juga lagi hadapi masalah yang sama kayak loe. Gue juga di suruh tunangan sama orang tua gue tanpa gue tahu sedikitpun tentang tuh cewek yang akan di jodohin dengan gue,” jelas Fabian yang kini mulai membuat gadis itu tertarik karena kesamaan masalah yang mereka hadapi.
            “Terus..terus….,” tanya gadis itu tak sabar.
            “Ya, sama kayak loe, gue juga nolak rencana pertunangan itu dengan alasan gue mencintai gadis lain. Tapi, nyokap dan bokap gue tetep aja kekeh mau tunangin gue dengan cewek pilihan mereka,” jelas Fabian.
            “Sama, gue juga pernah lakuin hal yang sama kayak loe sampai kabur dari rumah segala. Tapi, bokap dan nyokap malah gak ada yang nyariin gue. Mereka malah lebih pilih nelantarin gue dengan memblokir semua kartu kredit gue kalau gue nggak mau nurutin mau mereka. Dan karena itulah gue akhirnya balik ke rumah, karena gue nggak mau tiba-tiba nyokap gue baca berita yang isinya tentang anaknya yang mati mengenaskan karena kelaparan di bawah kolong jembatan,” jelas gadis itu.
Yang tentu saja membuat Fabian tertawa terbahak-bahak mendengar cerita gadis itu sambil membayangkan hal-hal yang tidak-tidak akan terjadi pada dirinya kalau gadis itu menolak pertunangan yang direncanakan orang tuanya. Mereka pun berbicara panjang dan lebar tentang masalah mereka. Dan satu hal yang baru Fabian sadari, bahwa gadis yang sangat di bencinya karena selalu mengganggunya itu sangat menyenangkan jika di ajak ngobrol.
*****

0 comments:

Posting Komentar