Jumat, 13 Juli 2018

Empat

Edit Posted by with No comments


Bel pulang sekolah berbunyi. Aqilla keluar dari ruang UKS dengan di bantu oleh Fabian. Ia berjalan menyusuri koridor sekolah dan akhirnya sampai di depan pintu gerbang. Di depan pintu gerbang, sudah ada mobil Grandmax hitam yang menunggu Aqilla. Dan Aqilla pun masuk ke dalam mobil yang tentu saja masih di bantu oleh Fabian karena dirinya masih merasakan pusing.
            Sementara itu, di tempat lain yang hanya berjarak beberapa meter dari keberadaan Aqilla dan Fabian seseorang mengepalkan tangannya. Dan menahan amarahnya. Dia kalah cepat dari cowok itu, karena setibanya di ruang UKS tadi Aqilla sudah tidak berada di sana. Dari kejauhan terlihat keduanya sangat akrab dan itu tentu saja membuat cowok itu kembali menahan amarahnya dan mengepalkan tangannya. Ia memukul jok motornya.
            “Siapa sebenarnya cowok itu....,” geram cowok itu sembari mengenakan helmnya dengan kasar dan kemudian melaju dengan motornya keluar dari parkiran.
*****
            Ketika hendak memasuki rumahnya, Aqilla terkejut melihat mamanya yang sudah berdiri di depan pintu dengan kening berkerut.
            “Mampus gue....,” batin Aqilla.
            Aqilla kemudian masuk dan menyalami mamanya setelah basa-basi terlebih dahulu dengan mamanya agar mamanya bisa menahan amarahnya. Hingga dia nanti tidak akan terlalu lama mendapat ceramah dari mamanya.
            “Eh...mama. Ngapain di sini ma...?” tanya Aqilla dengan nada bercandanya seperti biasa.
            Mamanya hanya diam mematung dan menatap Aqilla dengan tatapan tajam.
            “Ma, mama bisa capek kalau berdiri terus di depan pintu,” ucap Aqilla lagi.
            Namun mamanya tak menggubris ucapan Aqilla dan tetap berdiri di depan pintu masuk.
            Akhirnya setelah ia tahu bahwa upayanya untuk tidak mengatakan yang sebenarnya kepada mamanya itu tidak berhasil akhirnya Aqilla berterus terang kepada mamanya. Aqilla memang tahu bahwa tanpa ia tahu mamanya pun pasti sudah tahu dengan kejadian yang terjadi di sekolahnya. Entah bagaimana mamanya bisa tahu, tapi menurutnya mamanya memang selalu punya mata di mana-mana.
            “Ma’afin Qilla ma, Qilla gak bermaksud buat mama khawatir,” ucap Aqilla sebari meletakkan kedua tangannya di depan dada seraya bersumpah pada mamanya. “Sumpah deh. Itu semua karena Qilla lupa minum obat, makanya Qilla sampai jatuh pingsan. Selebihnya Qilla gak apa-apa kok ma. Tuh, mama liat Qilla gak ada lecet-lecet kok,” jelas Aqilla.
            Mamanya pun mendengus kesal melihat kelakuan anaknya yang tidak pernah mau mengikuti nasehatnya.
            “Pokoknya, mama nggak mau tahu Aqilla. Mulai besok mama akan izinkan kamu untuk tidak mengikuti masa orientasi siswa, sudah mama bilangkan sebelumnya itu terlalu berat buat kamu sayang. Dan kamu nggak mau dengerin mama, kan akhirnya kamu jatuh pingsan di sekolah karena kelelahan..,” ucap Mamanya.
            “Tapi, ma...Qilla kan....,”
            Belum selesai Qilla melakukan pembelaan diri, mamanya langsung menyelanya.
            “Pokoknya nggak ada protes Aqilla. Mama nggak mau kena marah papa kamu karena hal ini. Pokoknya pilihan kamu cuman ada dua. Ikuti kata mama untuk nggak asuk selama tiga hari dan istirahat di rumah, atau mama aduin ke papa agar kamu nggak boleh ikut semua rangkaian kegiatan MOS disekolah....!!!” seru mamanya.
            “Tapi ma....,”
            “Aqilla sayang, kali ini dengerin kata mama. Kamu tahu kan betapa susahnya mama membujuk papa mu dulu agar mengizinkanmu untuk berseolah di luar dan bukannya sekolah privat?” tanya mama Aqilla dan di jawabi anggukan oleh Aqilla.
            “Nah, karena itu ikutin kata mama. Kamu nggak mau kan kalau papa akhirnya memutuskan untuk tidak memberi izin lagi ke kamu untuk bersekolah di luar?”
            “Iya ma...,” ucap Aqilla dengan tidak bersemangat.
            “Sayang, mama lakuin ini demi kebaikan kamu. Dan kamu harus tahu itu. Mama nggak mau terjadi apa-apa dengan kamu. Dan begitu pula dengan papa,”
            “Iya ma...,” ucap Aqilla yang kemudian masuk ke dalam kamarnya setelah masuk ke dalam rumahnya. Segera ia meleparkan tas nya dan berbaring di ranjangnya. Ia berusaha untuk memejamkan matanya untuk mendapatkan ketenangan.
*****
            Aqilla mendengar pintu kamarnya di gedor. Dan dia pun baru bangun dan tersadar jika hari sudah menjelang malam. Mamanya memintanya turun dan makan malam karena papanya sudah pulang dari kerja.
            Ketika mendapati Aqilla turun dari tangga, mamanya langsung memberi isyarat kepada papanya untuk berpura-pura tidak tahu tentang kejadian yang menimpa Aqilla di sekolahnya hingga gadis itu jatuh pingsan. Dan papanya pun mengangguki permintaan mamanya itu dan bersikap wajar.
            “Gimana sekolah kamu hari ini Qilla...?” tanya papanya memulai percakapan.
            “Baik pa.....,” ucap Aqilla.
            “Hari pertama sekolah pasti menyenangkan kan? Apalagi masa orientasi siswa, pasti sangat menyenangkan karena kamu bisa lihat kakak kelas kamu yang cakep..cakep itu,” ucap mamanya.
            “Nggak juga...,” jawab Aqilla yang langsung membuat kedua orang tuanya mengernyitkan dahi mereka.
            “Qilla sebel hari ini....,” ucap Aqilla. Ya, dia memang sebal hari ini, bukan karena dia jatuh pingsan tetapi karena sesuatu yang lain.
            Aqilla pun menceritakan pertemuannya dengan Kenzo yang dimana Kenzo tidak mengenalinya. Dia merasa kesal dengan cowok itu yang kini berubah menjadi jutek habis terhadapnya. Mama dan Papanya pun mendengarkan celotehan anak gadisnya dengan santai sembari saling berkedip satu sama lain seolah mereka tidak terkejut sama sekali dengan siapa yang akan di temui anak gadisnya pertama kali di hari pertamanya sekolah.
            “Akhirnya, papa dan mama bisa liat emosi kamu lagi Aqilla...,” gumam Arawi dan Windha,” papa dan mama Aqilla.
*****



           





0 comments:

Posting Komentar