Bel
pulang sekolah berbunyi. Aqilla keluar dari ruang UKS dengan di bantu oleh
Fabian. Ia berjalan menyusuri koridor sekolah dan akhirnya sampai di depan
pintu gerbang. Di depan pintu gerbang, sudah ada mobil Grandmax hitam yang
menunggu Aqilla. Dan Aqilla pun masuk ke dalam mobil yang tentu saja masih di
bantu oleh Fabian karena dirinya masih merasakan pusing.
Sementara itu, di tempat lain yang
hanya berjarak beberapa meter dari keberadaan Aqilla dan Fabian seseorang
mengepalkan tangannya. Dan menahan amarahnya. Dia kalah cepat dari cowok itu,
karena setibanya di ruang UKS tadi Aqilla sudah tidak berada di sana. Dari
kejauhan terlihat keduanya sangat akrab dan itu tentu saja membuat cowok itu
kembali menahan amarahnya dan mengepalkan tangannya. Ia memukul jok motornya.
“Siapa sebenarnya cowok itu....,”
geram cowok itu sembari mengenakan helmnya dengan kasar dan kemudian melaju
dengan motornya keluar dari parkiran.
*****
Ketika hendak memasuki rumahnya, Aqilla
terkejut melihat mamanya yang sudah berdiri di depan pintu dengan kening
berkerut.
“Mampus gue....,” batin Aqilla.
Aqilla kemudian masuk dan menyalami
mamanya setelah basa-basi terlebih dahulu dengan mamanya agar mamanya bisa
menahan amarahnya. Hingga dia nanti tidak akan terlalu lama mendapat ceramah
dari mamanya.
“Eh...mama. Ngapain di sini ma...?”
tanya Aqilla dengan nada bercandanya seperti biasa.
Mamanya hanya diam mematung dan
menatap Aqilla dengan tatapan tajam.
“Ma, mama bisa capek kalau berdiri
terus di depan pintu,” ucap Aqilla lagi.
Namun mamanya tak menggubris ucapan
Aqilla dan tetap berdiri di depan pintu masuk.
Akhirnya setelah ia tahu bahwa
upayanya untuk tidak mengatakan yang sebenarnya kepada mamanya itu tidak
berhasil akhirnya Aqilla berterus terang kepada mamanya. Aqilla memang tahu
bahwa tanpa ia tahu mamanya pun pasti sudah tahu dengan kejadian yang terjadi
di sekolahnya. Entah bagaimana mamanya bisa tahu, tapi menurutnya mamanya
memang selalu punya mata di mana-mana.
“Ma’afin Qilla ma, Qilla gak
bermaksud buat mama khawatir,” ucap Aqilla sebari meletakkan kedua tangannya di
depan dada seraya bersumpah pada mamanya. “Sumpah deh. Itu semua karena Qilla
lupa minum obat, makanya Qilla sampai jatuh pingsan. Selebihnya Qilla gak
apa-apa kok ma. Tuh, mama liat Qilla gak ada lecet-lecet kok,” jelas Aqilla.
Mamanya pun mendengus kesal melihat
kelakuan anaknya yang tidak pernah mau mengikuti nasehatnya.
“Pokoknya, mama nggak mau tahu
Aqilla. Mulai besok mama akan izinkan kamu untuk tidak mengikuti masa orientasi
siswa, sudah mama bilangkan sebelumnya itu terlalu berat buat kamu sayang. Dan
kamu nggak mau dengerin mama, kan akhirnya kamu jatuh pingsan di sekolah karena
kelelahan..,” ucap Mamanya.
“Tapi, ma...Qilla kan....,”
Belum selesai Qilla melakukan
pembelaan diri, mamanya langsung menyelanya.
“Pokoknya nggak ada protes Aqilla.
Mama nggak mau kena marah papa kamu karena hal ini. Pokoknya pilihan kamu cuman
ada dua. Ikuti kata mama untuk nggak asuk selama tiga hari dan istirahat di
rumah, atau mama aduin ke papa agar kamu nggak boleh ikut semua rangkaian
kegiatan MOS disekolah....!!!” seru mamanya.
“Tapi ma....,”
“Aqilla sayang, kali ini dengerin
kata mama. Kamu tahu kan betapa susahnya mama membujuk papa mu dulu agar
mengizinkanmu untuk berseolah di luar dan bukannya sekolah privat?” tanya mama
Aqilla dan di jawabi anggukan oleh Aqilla.
“Nah, karena itu ikutin kata mama.
Kamu nggak mau kan kalau papa akhirnya memutuskan untuk tidak memberi izin lagi
ke kamu untuk bersekolah di luar?”
“Iya ma...,” ucap Aqilla dengan
tidak bersemangat.
“Sayang, mama lakuin ini demi
kebaikan kamu. Dan kamu harus tahu itu. Mama nggak mau terjadi apa-apa dengan
kamu. Dan begitu pula dengan papa,”
“Iya ma...,” ucap Aqilla yang
kemudian masuk ke dalam kamarnya setelah masuk ke dalam rumahnya. Segera ia
meleparkan tas nya dan berbaring di ranjangnya. Ia berusaha untuk memejamkan
matanya untuk mendapatkan ketenangan.
*****
Aqilla mendengar pintu kamarnya di
gedor. Dan dia pun baru bangun dan tersadar jika hari sudah menjelang malam.
Mamanya memintanya turun dan makan malam karena papanya sudah pulang dari
kerja.
Ketika mendapati Aqilla turun dari
tangga, mamanya langsung memberi isyarat kepada papanya untuk berpura-pura
tidak tahu tentang kejadian yang menimpa Aqilla di sekolahnya hingga gadis itu
jatuh pingsan. Dan papanya pun mengangguki permintaan mamanya itu dan bersikap
wajar.
“Gimana sekolah kamu hari ini
Qilla...?” tanya papanya memulai percakapan.
“Baik pa.....,” ucap Aqilla.
“Hari pertama sekolah pasti
menyenangkan kan? Apalagi masa orientasi siswa, pasti sangat menyenangkan
karena kamu bisa lihat kakak kelas kamu yang cakep..cakep itu,” ucap mamanya.
“Nggak juga...,” jawab Aqilla yang
langsung membuat kedua orang tuanya mengernyitkan dahi mereka.
“Qilla sebel hari ini....,” ucap
Aqilla. Ya, dia memang sebal hari ini, bukan karena dia jatuh pingsan tetapi
karena sesuatu yang lain.
Aqilla pun menceritakan pertemuannya
dengan Kenzo yang dimana Kenzo tidak mengenalinya. Dia merasa kesal dengan
cowok itu yang kini berubah menjadi jutek habis terhadapnya. Mama dan Papanya
pun mendengarkan celotehan anak gadisnya dengan santai sembari saling berkedip
satu sama lain seolah mereka tidak terkejut sama sekali dengan siapa yang akan
di temui anak gadisnya pertama kali di hari pertamanya sekolah.
“Akhirnya, papa dan mama bisa liat
emosi kamu lagi Aqilla...,” gumam Arawi dan Windha,” papa dan mama Aqilla.
*****
0 comments:
Posting Komentar