Masa
orientasi siswa telah berakhir beberapa minggu yang lalu. Dan kini
berlangsunglah kegiatan belajar engajar seperti biasanya. Aqilla tak punya
banyak teman bermain di sekolahnya, sama seperti dulu. Hal itu terjadi karena
Aqilla selalu enutup diri dari banyak orang. Ia tidak ingin semua orang tahu
tentang rahasia yang di sembunyikannya, dan Aqilla juga tak ingin
teman-temannya nanti mengasihaninya dan akhirnya mau berteman dengannya karena
rasa kasihan itu jika mereka semua tahu rahasia tentang dirinya.
Di sekolah Aqilla hanya bermain
dengan Fabian. Sebenarnya terkadang Aqilla mencoba menghindar dan tidak terlalu
dekat dengan cowok itu, tapi cowok itu selalu saja mendekatinya dan tak pernah
membiarkannya sendirian. Seperti saat inim ketika dia memakan bekalnya di taman
belakang sekolahnya, cowok itu pun ikut duduk di samping Aqilla dengan membawa
mangkok bakso yang di bawanya dari kantin sekolah.
Seolah tahu bahwa Aqilla tidak boleh
makan makanan sembarangan, maka cowok itu tidak pernah bertanya kenapa Aqilla
selalu membawa bekal dan tidak pernah jajan atau makan di kantin sekolah. Dan
cowok itupun selain tak bertanya juga tak pernah menawari Aqilla untuk makan di
kantin sekolah. Ia hanya mengikuti kemana Aqilla akan menghabiskan bekal dan
jam istirahatnya dan di tempat itu pulalah ia akan mengikutinya.
Aqilla mendengus kesal melihat cowok
yang duduk di sampingnya itu.
“Loe, kenapa sih Bi, selalu ngikutin
gue...?” ucap Aqilla yang memanggil Fabian dengan nama kecilnya.
“Emang nggak boleh? Toh di sekolah
ini gak ada peraturan yang melarang bahwa Aqilla Geffi Arawindha tidak boleh di
dekati oleh siapapun..,” ucap Fabian yang tentu saja dengan seringai jailnya
itu.
“Loe tuh ya emang bener-bener
deh...,” dengus Aqilla.
Sementara Fabian yang melihat wajah
cemberut Aqilla hanya bisa senyam-senyum sendiri.
Aqilla tahu dan dapat merasakan
bahwa selalu ada sepasang mata yang memperhatikannya dari jauh. Meskipun tidak
tahu pastinya siapa orang itu, tapi Aqilla cukup mengenali siapa pemilik tubuh
jangkung dan tegap itu kalau bukan Kenzo.
Terkadang Aqilla bingung dengan
tingkah cowok itu. Di satu sisi cowok itu pura-pura nggak mengingat Aqilla,
tapi di sisi lain cowok itu selalu memperhatikan apa saja yang di lakukan
Aqilla dari jauh.
“Mau loe apa sih sebenarnya
kak.....,” seru Aqilla geram, setelah cowok yang mengamatinya dari kejauhan itu
tidak lagi berada di sana.
Sementara Fabian yang sedari tadi
masih menikmati baksonya tidak mengerti apa yang Aqilla maksud. Namun, melihat
seseorang dari kejauhan yang menatap keberadaan mereka berdua telah berbalik
dan pergi dari tempat berdirinya tadi Fabian tahu siapa yang telah membuat
cewek di sampingnya itu kesal.
*****
Kenzo tengah memetik gitar dan
bernyanyi di ruang kesenian yang di desain kedap suara itu agar tidak
mengganggu bagi murid-murid yang sedang belajar. Ia merasa kesal, setiap kali
habis memantau keberadaan Aqilla yang pasti tak jauh di situ ada cowok yang
bernama Fabian itu. Akhirnya, sebelum amarahnya memuncak dan ia melampiaskannya
pada orang lain, ia pun membenamkan dirinya di ruang musik yang kedap suara itu
seraya untuk mencari ketenangan diri.
Dia memetik gitarnya dan mulai
menyanyikan lagu Ed Sheran yang berjudul Photograph itu.
Loving can hurt, loving
can hurt sometimes
(Mencintai bisa
menyakitkan, mencintai terkadang bisa menyakitkan)
But it’s the only thing
that I know
(Tapi itulah
satu-satunya yang ku tahu)
When it’s gets hard,
you know it can get hard sometimes
(Saat keadaan terasa
sulit, kau tahu kadang keadaan bisa sulit)
It is the only thing
that makes us feel alive
(Inilah satu-satunya
yang membuat kita merasa hidup)
Reff :
We keep this love in a
photograph
(Kita simpan cinta ini
di dalam foto)
We made these memories
for ourselves
(Kita buat kenangan ini
untuk diri kita sendiri)
Where our eyes are
never closing
(Dimana mata kita tak
pernah terpejam)
Our hearts are never
broken
(Hati kita tak pernah
patah)
And time’s forever
frozen still
(Dan waktu selamanya
beku, diam)
So you can keep me
(Hingga kau
menyimpanku)
Inside the pocket of
your ripped jeans
(Di dalam saku celana
robekmu)
Holding me close until
our eyes meet
(Mendekapku erat hingga
mata kita bertemu)
You won’t ever be
alone, wait for me to come home
(Kau tak kan pernah
sendiri, tunggulah aku pulang)
....................................................................................
Seseorang yang melihat
Kenzo sedang menyanyi di ruangan kedap suara itu melalui celah pintu yang tidak
tertutup dengan rapat. Ia menyeringgai senang melihat orang di dalam ruangan
itu berwajah murung seperti dugaannya.
“Loe sakit hati kan liat cewek itu dengan
cowok lain? Ini belum seberapa Zo, gue akan buat loe lebih sakit dari ini. Gue
akan buat loe kehilangan dia selamanya, seperti yang pernah loe lakuin ke gue
dulu....,” gumam orang itu yang kemudian berlalu setelah puas menatap orang
yang sangat di bencinya itu dalam keadaan murung dan kurang semangat.
*****
0 comments:
Posting Komentar