Jumat, 13 Juli 2018

Lima

Edit Posted by with No comments


Masa orientasi siswa telah berakhir beberapa minggu yang lalu. Dan kini berlangsunglah kegiatan belajar engajar seperti biasanya. Aqilla tak punya banyak teman bermain di sekolahnya, sama seperti dulu. Hal itu terjadi karena Aqilla selalu enutup diri dari banyak orang. Ia tidak ingin semua orang tahu tentang rahasia yang di sembunyikannya, dan Aqilla juga tak ingin teman-temannya nanti mengasihaninya dan akhirnya mau berteman dengannya karena rasa kasihan itu jika mereka semua tahu rahasia tentang dirinya.
            Di sekolah Aqilla hanya bermain dengan Fabian. Sebenarnya terkadang Aqilla mencoba menghindar dan tidak terlalu dekat dengan cowok itu, tapi cowok itu selalu saja mendekatinya dan tak pernah membiarkannya sendirian. Seperti saat inim ketika dia memakan bekalnya di taman belakang sekolahnya, cowok itu pun ikut duduk di samping Aqilla dengan membawa mangkok bakso yang di bawanya dari kantin sekolah.
            Seolah tahu bahwa Aqilla tidak boleh makan makanan sembarangan, maka cowok itu tidak pernah bertanya kenapa Aqilla selalu membawa bekal dan tidak pernah jajan atau makan di kantin sekolah. Dan cowok itupun selain tak bertanya juga tak pernah menawari Aqilla untuk makan di kantin sekolah. Ia hanya mengikuti kemana Aqilla akan menghabiskan bekal dan jam istirahatnya dan di tempat itu pulalah ia akan mengikutinya.
            Aqilla mendengus kesal melihat cowok yang duduk di sampingnya itu.
            “Loe, kenapa sih Bi, selalu ngikutin gue...?” ucap Aqilla yang memanggil Fabian dengan nama kecilnya.
            “Emang nggak boleh? Toh di sekolah ini gak ada peraturan yang melarang bahwa Aqilla Geffi Arawindha tidak boleh di dekati oleh siapapun..,” ucap Fabian yang tentu saja dengan seringai jailnya itu.
            “Loe tuh ya emang bener-bener deh...,” dengus Aqilla.
            Sementara Fabian yang melihat wajah cemberut Aqilla hanya bisa senyam-senyum sendiri.
            Aqilla tahu dan dapat merasakan bahwa selalu ada sepasang mata yang memperhatikannya dari jauh. Meskipun tidak tahu pastinya siapa orang itu, tapi Aqilla cukup mengenali siapa pemilik tubuh jangkung dan tegap itu kalau bukan Kenzo.
            Terkadang Aqilla bingung dengan tingkah cowok itu. Di satu sisi cowok itu pura-pura nggak mengingat Aqilla, tapi di sisi lain cowok itu selalu memperhatikan apa saja yang di lakukan Aqilla dari jauh.
            “Mau loe apa sih sebenarnya kak.....,” seru Aqilla geram, setelah cowok yang mengamatinya dari kejauhan itu tidak lagi berada di sana.
            Sementara Fabian yang sedari tadi masih menikmati baksonya tidak mengerti apa yang Aqilla maksud. Namun, melihat seseorang dari kejauhan yang menatap keberadaan mereka berdua telah berbalik dan pergi dari tempat berdirinya tadi Fabian tahu siapa yang telah membuat cewek di sampingnya itu kesal.
*****
            Kenzo tengah memetik gitar dan bernyanyi di ruang kesenian yang di desain kedap suara itu agar tidak mengganggu bagi murid-murid yang sedang belajar. Ia merasa kesal, setiap kali habis memantau keberadaan Aqilla yang pasti tak jauh di situ ada cowok yang bernama Fabian itu. Akhirnya, sebelum amarahnya memuncak dan ia melampiaskannya pada orang lain, ia pun membenamkan dirinya di ruang musik yang kedap suara itu seraya untuk mencari ketenangan diri.
            Dia memetik gitarnya dan mulai menyanyikan lagu Ed Sheran yang berjudul Photograph itu.
Loving can hurt, loving can hurt sometimes
(Mencintai bisa menyakitkan, mencintai terkadang bisa menyakitkan)
But it’s the only thing that I know
(Tapi itulah satu-satunya yang ku tahu)
When it’s gets hard, you know it can get hard sometimes
(Saat keadaan terasa sulit, kau tahu kadang keadaan bisa sulit)
It is the only thing that makes us feel alive
(Inilah satu-satunya yang membuat kita merasa hidup)
Reff :
We keep this love in a photograph
(Kita simpan cinta ini di dalam foto)
We made these memories for ourselves
(Kita buat kenangan ini untuk diri kita sendiri)
Where our eyes are never closing
(Dimana mata kita tak pernah terpejam)
Our hearts are never broken
(Hati kita tak pernah patah)
And time’s forever frozen still
(Dan waktu selamanya beku, diam)
So you can keep me
(Hingga kau menyimpanku)
Inside the pocket of your ripped jeans
(Di dalam saku celana robekmu)
Holding me close until our eyes meet
(Mendekapku erat hingga mata kita bertemu)
You won’t ever be alone, wait for me to come home
(Kau tak kan pernah sendiri, tunggulah aku pulang)
....................................................................................
            Seseorang yang melihat Kenzo sedang menyanyi di ruangan kedap suara itu melalui celah pintu yang tidak tertutup dengan rapat. Ia menyeringgai senang melihat orang di dalam ruangan itu berwajah murung seperti dugaannya.
            “Loe sakit hati kan liat cewek itu dengan cowok lain? Ini belum seberapa Zo, gue akan buat loe lebih sakit dari ini. Gue akan buat loe kehilangan dia selamanya, seperti yang pernah loe lakuin ke gue dulu....,” gumam orang itu yang kemudian berlalu setelah puas menatap orang yang sangat di bencinya itu dalam keadaan murung dan kurang semangat.
*****



           





0 comments:

Posting Komentar