Jumat, 13 Juli 2018

Enam

Edit Posted by with No comments


Aqilla pulang dengan wajah murung seperti biasa. Setelah mencium tangan mamanya ia langsung naik ke lantai dua dan masuk ke dalam kamarnya. Windha, mulai merasa cemas dengan tingkah anaknya itu. Ia mulai diliputi ketakutan bahwa anaknya akan kembali seperti dulu ketika di LA, dimana anaknya hanya memiliki satu jenis emosi saja yaitu murung, tanpa emosi-emosi lainnya.
            Tok..tok...tok...
            Windha, mengetuk pintu kamar anak gadisnya. Aqilla yang berada di dalam kamarnya yang dapat menebak siapa yang berada di balik pintu itu, langsung memintanya untuk masuk.
            “Masuk ma...,” ucapnya.
            Windha, masuk ke kamar anaknya. Ia melihat anak gadisnya tengah berbaring dengan tengkurap dan menggunakan guling sebagai penyangga kepalanya. Windha, pun mendekati putri semata wayangnya, dan mulai mengusap kepala Aqilla.
            “Ada apa sih, akhir-akhir ini kamu kelihatan murung?” tanya mamanya.
            “Aku nggak papa ma...,” ucap Aqilla.
            “Aqilla, mama ini orang yang mengandung kamu selama 9 bulan loh. Dan asal kamu tahu, selama waktu itu kita juga berbagi makanan bersama selagi kamu masih di dalam rahim mama. Jadi, kamu tidak akan bisa mengelak lagi dan berkata bahwa kamu baik-baik saja dan tidak terjadi apa-apa. Karena batin mama mengatakan, ada sesuatu yang terjadi padamu sayang...,” ucap mamanya.
            Akhirnya Aqilla pun membalikkan badannya dari posisi tengkurap itu. Kemudian dia pun menyandarkan kepalanya di pangkuan mamanya dengan posisi yang masih terlentang.
            “Apa yang mengganggumu akhir-akhir ini ? Apa semua ini ada hubungannya dengan Kenzo?” tanya mamanya.
Aqilla tak terkejut lagi kalau tebakan mamanya itu seratus persen benar. Karena seperti yang mamanya bilang bahwa ikatan batin antara dirinya dengan mamanya sangatlah kuat, hingga tak mungkin ada sedikitpun ada yang bisa di sembunyikannya dari mamanya.
Aqilla mengganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan dan duggaan mamanya yang benar itu.
“Aku nggak tahu deh ma, apa yang ada dalam pikirannya. Dia bilang, dia tidak mengenalku, tapi dia juga yang menjadi orang pertama yang selalu mengkhawatirkanku seperti saat aku pertama kalinya pingsan di hari pertama ku sekolah itu ma. Dia yang membawaku ke UKS, dan setelahnya menayaiku beruntun pertanyaan dalam satu tarikan nafas. Dan kemudian setelah tahu aku sudah baik-baik saja dia langsung pergi meninggalkanku dan esoknya dia pun akan bersikap datar dan seolah tak pernah terjadi apa-apa di antara kita,” ucap Aqilla memulai ceritanya pada mamanya. Mamanya pun mengangguk-anggukkan kepalanya dan mendengarkan cerita gadis semata wayangnya dengan seksama.
“Dia masih saja berpura-pura tidak mengenalku selama di sekolah. Dia mencuekkanku seolah aku ini memang orang asing. Tapi, anehnya dia selalu mengawasiku dari jauh. Kan aku jadi bingung ma, maksud dia sebenarnya itu apa?” ucap Aqilla dengan nada cemberut karena kesal memikirkan tingkah Kenzo terhadapnya.
Windha, yang melihat anaknya mulai bisa merasakan emosi yang lain yaitu kesal kini tersenyum simpul dan dia pun masih mengusap wajah Aqilla dengan lembut.
“Emm...kalau kamu nanya mama, mama nggak tahu sebenarnya apa yang sedang Kenzo pikirkan, karena mama bukan Kenzo, Qilla. Hanya Kenzo yang tahu apa yang sedang di pikirkannya. Namun, mendengar dari penjelasanmu itu mama bisa yakin kalau Kenzo, masih benar-benar peduli padamu, dan alasan kenapa dia menarik diri dan bersikap cuek kepadamu, itu adalah alasan yang harus kamu sendiri yang mencari tahunya...,” jelas Mamanya.
“Maksud mama?” Aqilla mulai antusias dengan sebuah solusi yang di ajukan mamanya.
“Ya, Aqilla harus jadi sedikit Agressive lah. Dekati Kenzo dan cari tahu alasan kenapa Kenzo jadi seperti itu,”
“Meskipun nantinya Kenzo bakal terus menghindar dari Qilla, ma...?” tanya Qilla.
Mamanya mengangguk. “Meskipun nantinya Kenzo akan menghindar. Kita liat saja nanti apakah Kenzo akan bisa menghindar terus darimu, atau malah menyerah dengan ke agresifanmu yang mendekati dan mengganggunya tanpa kenal lelah...,” ucap mamanya.
Senyum pun mengembang di wajah Aqilla. Ia merasa bahwa saran mamanya adalah ide yang sangat brilliant. Tak masalah baginya meski ia harus membuang harga dirinya bagi Kenzo, yang jelas yang jadi prioritasnya kini adalah dia harus benar-benar tahu apa alasan cowok itu menjauhinya.
*****
















0 comments:

Posting Komentar