Aqilla
pulang dengan wajah murung seperti biasa. Setelah mencium tangan mamanya ia
langsung naik ke lantai dua dan masuk ke dalam kamarnya. Windha, mulai merasa
cemas dengan tingkah anaknya itu. Ia mulai diliputi ketakutan bahwa anaknya
akan kembali seperti dulu ketika di LA, dimana anaknya hanya memiliki satu
jenis emosi saja yaitu murung, tanpa emosi-emosi lainnya.
Tok..tok...tok...
Windha, mengetuk pintu kamar anak
gadisnya. Aqilla yang berada di dalam kamarnya yang dapat menebak siapa yang
berada di balik pintu itu, langsung memintanya untuk masuk.
“Masuk ma...,” ucapnya.
Windha, masuk ke kamar anaknya. Ia
melihat anak gadisnya tengah berbaring dengan tengkurap dan menggunakan guling
sebagai penyangga kepalanya. Windha, pun mendekati putri semata wayangnya, dan
mulai mengusap kepala Aqilla.
“Ada apa sih, akhir-akhir ini kamu
kelihatan murung?” tanya mamanya.
“Aku nggak papa ma...,” ucap Aqilla.
“Aqilla, mama ini orang yang
mengandung kamu selama 9 bulan loh. Dan asal kamu tahu, selama waktu itu kita
juga berbagi makanan bersama selagi kamu masih di dalam rahim mama. Jadi, kamu
tidak akan bisa mengelak lagi dan berkata bahwa kamu baik-baik saja dan tidak
terjadi apa-apa. Karena batin mama mengatakan, ada sesuatu yang terjadi padamu
sayang...,” ucap mamanya.
Akhirnya Aqilla pun membalikkan
badannya dari posisi tengkurap itu. Kemudian dia pun menyandarkan kepalanya di
pangkuan mamanya dengan posisi yang masih terlentang.
“Apa yang mengganggumu akhir-akhir
ini ? Apa semua ini ada hubungannya dengan Kenzo?” tanya mamanya.
Aqilla
tak terkejut lagi kalau tebakan mamanya itu seratus persen benar. Karena
seperti yang mamanya bilang bahwa ikatan batin antara dirinya dengan mamanya
sangatlah kuat, hingga tak mungkin ada sedikitpun ada yang bisa di
sembunyikannya dari mamanya.
Aqilla
mengganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan dan duggaan mamanya
yang benar itu.
“Aku
nggak tahu deh ma, apa yang ada dalam pikirannya. Dia bilang, dia tidak
mengenalku, tapi dia juga yang menjadi orang pertama yang selalu
mengkhawatirkanku seperti saat aku pertama kalinya pingsan di hari pertama ku
sekolah itu ma. Dia yang membawaku ke UKS, dan setelahnya menayaiku beruntun
pertanyaan dalam satu tarikan nafas. Dan kemudian setelah tahu aku sudah
baik-baik saja dia langsung pergi meninggalkanku dan esoknya dia pun akan
bersikap datar dan seolah tak pernah terjadi apa-apa di antara kita,” ucap
Aqilla memulai ceritanya pada mamanya. Mamanya pun mengangguk-anggukkan
kepalanya dan mendengarkan cerita gadis semata wayangnya dengan seksama.
“Dia
masih saja berpura-pura tidak mengenalku selama di sekolah. Dia mencuekkanku
seolah aku ini memang orang asing. Tapi, anehnya dia selalu mengawasiku dari jauh.
Kan aku jadi bingung ma, maksud dia sebenarnya itu apa?” ucap Aqilla dengan
nada cemberut karena kesal memikirkan tingkah Kenzo terhadapnya.
Windha,
yang melihat anaknya mulai bisa merasakan emosi yang lain yaitu kesal kini
tersenyum simpul dan dia pun masih mengusap wajah Aqilla dengan lembut.
“Emm...kalau
kamu nanya mama, mama nggak tahu sebenarnya apa yang sedang Kenzo pikirkan,
karena mama bukan Kenzo, Qilla. Hanya Kenzo yang tahu apa yang sedang di
pikirkannya. Namun, mendengar dari penjelasanmu itu mama bisa yakin kalau
Kenzo, masih benar-benar peduli padamu, dan alasan kenapa dia menarik diri dan
bersikap cuek kepadamu, itu adalah alasan yang harus kamu sendiri yang mencari
tahunya...,” jelas Mamanya.
“Maksud
mama?” Aqilla mulai antusias dengan sebuah solusi yang di ajukan mamanya.
“Ya,
Aqilla harus jadi sedikit Agressive lah. Dekati Kenzo dan cari tahu alasan
kenapa Kenzo jadi seperti itu,”
“Meskipun
nantinya Kenzo bakal terus menghindar dari Qilla, ma...?” tanya Qilla.
Mamanya
mengangguk. “Meskipun nantinya Kenzo akan menghindar. Kita liat saja nanti
apakah Kenzo akan bisa menghindar terus darimu, atau malah menyerah dengan ke
agresifanmu yang mendekati dan mengganggunya tanpa kenal lelah...,” ucap
mamanya.
Senyum
pun mengembang di wajah Aqilla. Ia merasa bahwa saran mamanya adalah ide yang
sangat brilliant. Tak masalah baginya meski ia harus membuang harga dirinya
bagi Kenzo, yang jelas yang jadi prioritasnya kini adalah dia harus benar-benar
tahu apa alasan cowok itu menjauhinya.
*****
0 comments:
Posting Komentar