Jumat, 13 Juli 2018

Epilog

Edit Posted by with No comments


Jam masih menunjukkan pukul sepuluh pagi, tapi kericuhan sudah terjadi di rumah Anastasya.
            “Ayo, kita sudah terlambat nih….,” ucap Anastasya.
            “Bentar sayang, aku makan dulu…,”ucap Reynand yang baru turun dari tangga menuju meja makan tempat dimana kedua orang tua mereka berkumpul untuk makan bersama.
            “Nggak ada waktu sayang, kita sudah telat. Aku sudah membawakan makananmu dalam bekal, nanti aku suapin di jalan, jadi ayo pergi sekarang…,” ucap Anastasya. Reynand pun tak bisa melakukan apa-apa lagi jika Anastasya sudah memutuskan.
            “Astaga kenapa buru-buru sih Cha, kan kasian Reynandnya baru mau sarapan…,” ucap Mama Anastasya.
            “Bener kata mama mu Cha, kasian tuh sih Reynand…,”tambah papanya.
            “Ish…salah dia sendiri tidur larut malam nonton bola, jadinya kan kesiangan bangunnya,” ucap Anastasya.
            “Astaga anak ini….,” keluh Mama Anastasya yang melihat tingkah anaknya yang keras kepala itu.
            “Sebenarnya kalian berdua mau kemana sih, buru-buru amat?” tanya Mama Reynand.
            “Mau ke makam Alfan sama Ana ma, trus habis itu mau njengukin anak kedua Bimbo dan Dinda yang baru lahiran…,”jelas Reynand.
            “Hah…Istri Bimbo udah lahiran lagi, Nand…?”tanya Mama Reynand.
            “Iya ,ma…,”
            “Ih…mama ngiri,”
            “Ngiri kenapa ma?” tanya Anastasya.
            “Mamanya Bimbo udah punya dua cucu, trus kapan dong giliran mama sama mamamu menimang cucu…,” ucap Mama Reynand.
            “Astaga…sabar napa ma, nanti pasti mama bakal nimang cucu kok…,”
            “Ih…tapi kan lama…,”
            “Tinggal tiga hari lagi ma, setelah kita berdua sah jadi suami istri, mama bakal segera menimang cucu…,” ucap Reynand.
            “Ih..kamu memang gampang apa. Iya kalau langsung dikasih sama Allah,”
            “Ya, mama, tenang aja, Reynand bakal usaha tiap hari biar cepet dikasih sama Allah…,” ucap Reynand dengan cengiran ala kudanya. Sementara Anastasya yang mendengar hal itu malu di hadapan semuanya.
            “Ih…kamu tuh Nand, kasian tuh, Acha nya jadi merah gitu pipinya…,”
            “Hahahaha…..,” tawa Reynand menggelegar membuat yang lainnya pun ikut tertawa.
            “Berhenti ketawa Nand, kita sudah terlambat, kamu nggak lupa kan kalau kita juga harus berkunjung untuk mendapat hukuman hari ini….,” ucap Anastasya membuat Reynand menghentikan tawanya.
            “Hukuman? Hukuman apa?” tanya kedua orang tua mereka serempak.
            “Biasa ma, hukuman dari Kenzo, Aqilla, Fabian sama Brigitha, karena kita telat ngasih tahu mereka kalau mau nikah…,” jelas Reynand.
            “Astaga dasar sepupu dan teman-teman kalian itu….,” ucap Mama Reynand dan Mama Anastasya serempak.
            “Ya sudah kita pergi dulu ma, pa…,” ucap keduanya.
            Beberapa jam kemudian mereka pun sampai di pemakaman Alfan yang sekarang dipindahkan di samping Ana. Mereka berdua menatap batu nisan itu dengan wajah sendu bercampur bahagia.
            “Ana, sekarang kamu bisa bahagia bersama Alfan di surga sana. Kamu tidak akan sendirian lagi, karena Alfan akan melindungi kamu…,” ucap Anastasya.
            “Iya tentu saja, sahabat gue yang satu itu pasti akan selalu menjagamu,” tambah Reynand.
            “Kami kesini, buat kasih kabar gembira pada kalian berdua, bahwa kami akan segera menikah tiga hari lagi,”ucap Reynand.
            “Ya, dan semua itu berkat kalian. Kalau saja bukan karena kalian, kita berdua nggak akan pernah ketemu dan bersama seperti saat ini. Berkat kalian, berkat perantara yang Allah berikan lewat kalian kami bisa bersama, dan semoga sampai akhir nanti,” jelas Anastasya.
            “Ya. Sama seperti kalian yang bahagia bersama di atas sana, semoga saja kami juga bisa seperti kalian, menjaga cinta kami sampai akhir nanti…,”
            “Terima kasih, Alfan, Ana…terima kasih atas segalanya,” ucap keduanya.
            Selepas mengatakan semua hal itu dan melepas kerinduan pada kedua jasad yang terbaring di dalam sana, Reynand dan Anastasya pun melanjutkan perjalannnya sesuai dengan apa yang telah direncanakannya sebelumnya.

“Sejauh apapun jarak dan waktu memisahkan,
pada akhirnya jika Tuhan mentakdirkannya menjadi satu,
maka kemanapun perginya akan dikembalikannya lagi keduanya menjadi satu,
utuh dan seluruh.”
~My Sweet Enemy~
THE END


0 comments:

Posting Komentar