Jumat, 13 Juli 2018

Fourteen

Edit Posted by with No comments


AUTHOR’S POV
         Sudah beberapa bulan Anastasya tak melihat Reynand. Ia merasa ada sesuatu yang hilang di hidupnya. Meskipun tidak mengenal Reynand cukup lama, tapi ia sudah mulai terbiasa dengan keberadaan lelaki itu. Lelaki itu kerap kali mengganggunya, mengusilinya dan masih banyak lagi kekacauan yang sering ditimbulkan oleh lelaki itu. Tapi, ketika ia tiba-tiba menghilang, Anastasya merasa ada yang hilang. Bertengkar dan beradu mulut bersama Reynand yang semula berada dalam rutinitasnya, kini tak ada lagi.
         Anastasya memberanikan diri untuk mengunjungi rumah lelaki itu. Ia mengetuk rumah dengan warna putih yang dominan itu. Beberapa menit kemudian seorang perempuan separuh baya membukakan pintu. Wanita separuh baya itu tersenyum seolah tahu bahwa Anastasya akan berkunjung ke rumahnya.
         “Eh Acha ya…mari masuk sayang….,” ucap Mama Reynand ramah seperti biasanya.
         “Emmm…tante…Acha cuman……?”
         “Pasti mau nanyain Reynand kan?” tanya Mama Reynand.
         “Loh…kok tante tahu?”
         “Ya, tentu saja. Nggak mungkin kan kamu kemari nyari tante?” ucap Mama Reynand. “Sebenarnya ada yang ingin tante katakana sama kamu, tante sudah nunggu kamu cukup lama, tapi kamu baru mengunjungi sebulan lebih setelah Reynand pergi…,”
         “Reynand pergi….?” Tanya Anastasya yang dengan kening berkerut dan duduk dengan tidak nyaman di sofa ruang tamu keluarga Reynand.
         “Iya, dia pergi… Dia bilang mau melanjutkan study di Australia saja…,”
         “Ap..pa? Mak…sudnya? Reynand, akan meninggalkan Jakarta dan…..,”
         “Iya, Cha. Tante sudah bilang padanya untuk tidak pergi, tapi dia…..,”
         “Kenapa Tan? Apa alasannya?” tanya Anastasya.
         “Alasannya…kamu….,” jelas Mama Reynand.
         Anastasya yang mendengar penjelasan dari Mama Reynand bahwa alasannya kepergian Reynand adalah dirinya, rasanya seolah seperti beribu jarum tengah menusuk hatinya. Ia tak mengerti kenapa harus dirinya. Sebenci itukah Reynand pada dirinya. Begitu terbebaninya kah lelaki itu dengan dirinya karena beberapa waktu terakhir memang benar adanya bahwa Ananstasya memang sangat merepotkan bagi Reynand.
         Air mata Anastasya tumpah dalam detik ketiga, setelah memikirkan beberapa kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan kepergian Reynand akibat dirinya. Mama Reynand yang melihat Anastasya menangis merasa sangat bersalah karena kata-katanya menyakiti hati Anastasya. Tapi, Anastasya salah paham, bukan maksud Mama Reynand menyalahkan Anastasya, tapi Anastasya sudah terlanjur salah paham dan meneteskan air mata.
         “Hey…Cha…kenapa kamu nangis?” tanya Mama Reynand kemudian dengan raut wajah yang bersalah. Ia mendekat dan duduk di samping Anastasya kemudian. Ia menyeka air mata Anastasya dan meminta Anastasya untuk melihat ke arahnya dan bukannya menunduk seraya menyembunyikan kesedihannya. Anastasya hanya diam tak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Mama Reynand.
         “Cha…kenapa kamu menangis?” tanya Mama Reynand lagi.
         “Reynand pasti benci sekali sama Acha, Tan. Dia pergi pasti karena Acha selalu nyusahin dia dan…..,”
         “Hey…hey…apa maksud kamu?”
         “Loh, bukannya tadi tante bilang Reynand pergi karena Acha. Itu berarti Reynand sangat membenci Acha..dan….,”
         “Astaga…jadi itu yang menjadi alasan kamu menangis?” tanya Mama Reynand sembari tersenyum. Sementara Acha yang melihat Mama Reynand tersenyum malah memasang wajah bingung, pasalnya dirinya bersedih sementara wanita separuh baya itu malah menertawakannya.
         “Tan…kenapa malah tertawa….?”
         “Bagaimana tante nggak ketawa Cha. Kamu itu lucu, benar deh kata Reynand,”
         “Hah….maksud Tante…? Kenapa Acha malah bingung?”
         “Gini Cha, Reynand pergi karena kamu, it’s true, but itu bukan karena dia membenci kamu, tapi malah sebaliknya…,”
         “Maksud tante?”
         “Reynand suka sama kamu Cha….,”
         “Haahh…nggak mungkin banget. Tante jangan bercanda deh….,”
         “Astaga, tante serius sayang. Reynand suka sama kamu, meskipun dia bukan anak kandung tante, tante tahu bagaimana perasaan dia ke kamu…,”
         “Bukan anak kandung? Jadi Reynand….?”
         “Reynand anak angkat tante, Cha. Anak angkat tante adalah Alfan, Alfan Pratama..,”
         “Alfan…Alfan yang…..,”
         “Tepat…Alfan, Alfan yang dulu menyukai saudara kembar mu, Alfan yang itu….,”
         “Jadi..tante mamanya Alfan, terus sekarang dimana Alfan tan?”
         “Dia…dia sudah pergi. Dia pergi ke tempat yang sama dengan saudara kembarmu berada saat ini…,”
         “Al…Alfan meninggal?” seru Anastasya dengan sangat terkejut.
         “Iya, dia meninggal karena sakit. Selepas dia pergi meninggalkan Tante, Tante sangat merasa kehilangan banget, namun tante menjadi baik-baik saja seperti sekarang ini karena Reynand,”
         “Jadi Reynand sebenarnya….,”
         “Anak angkat tante, sahabat Alfan,”
         “Oh….,”
         “Tapi, ada hal yang masih perlu kamu tahu Cha….,”
         “Tentang Reynand, juga tentang janjinya pada Alfan…..,”
         “Janji? Ap…apa maksudnya?”
         Akhirnya Mama Reynand pun menceritakan semua yang selama ini tidak diketahui oleh Anastasya. Ia menceritakan tentang perjanjian antara Reynand dengan Alfan, dimana Reynand harus mencari dan menjaga wanita yang dicintai oleh Alfan, untuk menggantikan dia.
         “Jadi selama ini dia….,”
         “Dia salah sangka Cha. Dia salah mengira bahwa kamu adalah kekasih Alfan. Dia tidak tahu sebelumnya bahwa kamu mempunyai saudara kembar,”
         “Jadi, maksud tante dia mendekati Acha, karena….,”
         “Iya, dia mendekati dan menjagamu selama ini karena ia mengira bahwa kamu adalah Ana, kekasih Alfan. Dia melakukannya karena dia hendak memenuhi janjinya pada mendiang Alfan. Tapi setelah dia tahu bahwa kamu bukanlah Ana, dia mengatakan pada Tante bahwa tugasnya telah berakhir, dia merasa bahwa dia tak harus menjagamu lagi, karena kekasih Alfan sebenarnya telah bersama dengannya di surge. Jadi, dia memutuskan untuk….,”
         “Pergi….,” ucap Anastasya yang kemudian di jawab anggukan kepala oleh Mama Reynand.
         “Jadi…selama ini dia peduli dan perhatian sama gue karena dia kira gue adalah Ana…,” batin Anastasya yang seolah teriris selepas mendengar kenyataan itu. Matanya memanas tak mampu lagi menahan tangisnya untuk yang kedua kalinya. Ia mengingat-ngingat apa yang selama ini terjadi, ia mengingat pernyataan Bimo dan Dinda waktu Reynand mengkhawatirkannya, ia juga mengingat semua hal yang pernah Reynand lakukan untuknya. Ia tak menyangka bahwa ternyata Reynand melakukan semua itu hanya karena janjinya kepada Alfan, hanya karena dia telah salah mengira bahwa dirinya adalah Ana.
         Beberapa menit kemudian Anastasya pun pamit untuk pulang. Setelah mengantarkan Anastasya keluar pintu, Mama Reynand merasa tidak enak hati dengan apa yang terjadi pada Anastasya. Ia mencoba melakukan beberapa panggilan pada Reynand, dan baru diangkat oleh Reynand pada panggilan kedua.
         “Iya ma, kenapa?” tanya Reynand.
         “Nand, kayaknya mama melakukan kesalahan deh…,”
         “Kesalahan? Apa maksud mama…,”
         “Mama kayaknya melakukan kesalahan pada Anastasya. Dia menangis….,”
         “Apa maksud mama, kenapa dia menangis? Apa yang mama lakukan…,”
         “Nand,,, sabar dulu, mama akan jelaskan.,” ucap Mama Reynand.
         Akhirnya mama Reynand pun menjelaskan semuanya tentang kejadian tadi siang. Dimana ia telah menceritakan semuanya tentang Reynand kepada Anastasya. Reynand yang berada di seberang sana yang mendengar semua penjelasan mamanya pun hanya dapat menghembuskan nafas dengan berat.
REYNAND’S POV
         Gue tahu, Anastasya pasti merasa sangat kecewa karena gue. Karen ague nyembunyiin banyak hal darinya. Karena gue memang mendekatinya secara sengaja demi menuntaskan semua janji gue kepada Alfan. Tapi, mau bagaimana lagi memang itulah kenyataannnya. Semuanya karena kebodohan gue, karena gue salah mengira bahwa Anastasya itu adalah Anastasya yang dulu bersama dengan Alfan.
         Gue memikirkan banyak hal sebelum akhirnya gue memutuskan untuk pergi dari kehidupannya. Gue hanya nggak mau dia terluka lebih dalam lagi karena gue. Dan lebih dari apapun gue mau liat dia bahagia bersama dengan orang yang dicintainya, meskipun tentu saja itu harus dengan melepaskan perasaan gue terhadapnya. Ya, benar, gue mencintainya. Gue mencintainya sebagai Anastasya Cristy Gracella, atau Acha, bukan sebagai Ana, kekasih Alfan. Dan karena menyadari perasaan yang tidak seharusnya itu tumbuh, itu pulalah yang menjadi alasan bagi gue untuk pergi jauh darinya. Tapi, jika keadaannya menjadi rumit seperti ini, gue harus bagaimana sekarang?
         “Gue gimana sama loe, Cha…, gue nggak mau pergi dengan segala kesalahpahaman ini, gue….,”
         “Harusnya loe nggak tahu, akan lebih baik kalau loe nggak tahu semua kebenarannya, sehingga loe nggak akan terluka gara-gara gue…,”
ANASTASYA’S POV
         Gue nggak tahu ada apa dengan gue sebenarnya. Entah kenapa juga gue harus sakit hati. Kenapa gue harus merasa tersakiti dengan kebenaran bahwasannya Reynand sengaja ngedeketin gue karena dia salah mengira bahwa gue adalah Ana, kekasih Alfan. Kenapa gue harus seperti ini. Harusnya gue biasa saja, toh itu hanyalah kesalahan yang Reynand buat, karena memang dia benar-benar tidak tahu. Dia melakukan itu hanya karena ingin menunaikan janjinya pada mendiang sahabatnya. Tapi, entah kenapa setiap kali gue mengingat semua hal yang ia lakukan ke gue adalah karena Ana, karena dia mengira gue itu Ana, hati gue serasa sakit dan sesak.
         “Ada apa dengan gue…? Sebenarnya, terlepas dari kebenaran perasaan loe ke gue seperti yang mama loe bilang, sebenarnya gue bingung dengan perasaan gue sendiri,”
         “Jika memang gue nggak ada rasa sama loe, tapi kenapa gue harus merasa sakit, kenapa hati gue serasa tercabik-cabik setelah mendengar semua penjelasan tentang segala hal yang loe sembunyikan dari gue…?”
        
        








0 comments:

Posting Komentar