AUTHOR’S
POV
Hari
sudah sangat larut, tapi Anastasya tidak bisa memejamkan matanya. Ia kemudian
membuka jendela kamar tidurnya, namun tidak di sangka bahwa ada sepasang mata
yang menatapnya tepat di seberang sana. Anastasya keluar menuju balkon begitu
pula dengan seseorang yang beberapa detik lalu terkejut ketika matanya menatap
mata seorang gadis yang beberapa hari terakhir ini selalu memenuhi pikirannya.
Ya, lelaki itu tak lain dan dan tak bukan adalah Reynand, Abraham Reynand
Pratama.
Keheningan
tercipta ketika keduanya berdiri bersisian. Anastasya tengah sibuk dengan
pikirannya sendiri, dan menatap langit malam untuk menenangkan pikirannya. Begitu
pula dengan Reynand ia juga melakukan
hal yang sama seperti yang dilakukan Anastasya yaitu mendongakkan kepalanya
untuk menatap langit malam.
“Loe
suka menatap langit malam?” tanya Reynand.
“Hmm…ya..gue
suka….,” jawab Anastasya.
“Kenapa?”
“Maksudmu?”
“Kenapa
loe suka langit malam…,”
“Entahlah…gue
juga nggak tahu, gue hanya suka aja. Karena kalau gue menatap langit malam yang
dipenuhi bintang-bintang itu, rasanya hati gue menjadi tenang dan damai..,”
jelas Anastasya sembari nyengir ke arah Reynand.
“Ah
jadi begitu…Cha, apa loe tahu nama rasi bintang itu?” tanya Reynand kemudian
memecah keheningan di antara keduanya.
Anastasya
yang sedari tadi sibuk dengan pikirannya sendiri pun mengalihkan tatapannya ke
arah Reynand sembari menggelengkan kepalanya.
“Nggak
tahu…,”
“Ish..loe
nie, suka natap langit malah nggak tahu nama rasi bintang itu….,” ucap Reynand
sembari menunjuk bintang-bintang yang membentuk rangkaian seperti gambar sebuah
kursi.
“Gue
emang nggak tahu, bukankah gue udah bilang gue cuman seneng liatinnya aja…,”
jelas Anastasya. “Emangnya, loe tahu tuan sok pintar?” tanya Anastasya.
“Tentu
saja. Apa yang nggak di ketahui oleh seorang Reynand…,” ucap Reynand dengan PD
nya.
Anastasya
yang melihat gaya sok keren Reynand hanya cekikikan melihat tingkah sok tahu
Reynand yang menurutnya lebih seperti seorang bocah.
“Coba
deh loe perhatikan bintang-bintang itu membentuk sebuah gambar seperti kursi
kan?” tanya Reynand.
“Hah…bagaimana
gue bisa liat…perasaan itu bintang-bintang cuman bertaburan di langit sana…,”
“Ish…loe
nih. Tunggu sebentar gue ambil sesuatu dulu,” ucap Reynand sembari pergi
sejenak untuk mengambil sesuatu. Beberapa menit kemudian, Reynand datang dengan
membawa sebuah teropong bintang dan tentu saja hal itu membuat Anastasya
terkejut.
“Loe
punya yang beginian?” tanya Anastasya.
“Tentu
saja, sini gue ajarin cara makainya,” jelas Reynand. “Loe hanya perlu fokus
untuk liat bintang-bintang yang paling terang. Bukankah bintang-bintang itu
membentuk gambar kursi seperti yang gue bilang tadi?” tanya Reynand. Dan
Anastasya pun mengangguk untuk menjawab pertanyaan Reynand.
“Nama
rasi bintang itu Cassiopeia…..,” jelas Reynand.
“Nama
yang indah…,”
“Ya,
tentu saja nama yang indah untuk rasi bintang yang indah pula, bukankah
begitu?” tanya Reynand yang di jawab lagi dengan anggukan kepala oleh
Anastasya.
“Tapi
kenapa bentuknya dikatakan seperti kursi? Kalau menurutku itu hanyalah
berbentuk garis-garis saja yang menghubungkan diantara yang satu dengan yang
lainnya,” tanya Anastasya.
“Entahlah
gue juga nggak tahu, banyak yang mengatakan bahwa lima bintang itu berbentuk
kursi terbalik. Tapi, kalau merujuk pada mitologi yunani, rasi bintang itu
sebenarnya menggambarkan seorang ratu Yunani bernama Cassiopeia,” jelas
Reynand.
Mendengar
penjelasan Reynand, Anastasya pun menjadi tertarik untuk mengetahui penjelasan
Reynand lebih lanjut.
“Benarkah…terus….,”
“Terus?
Apa maksudmu….?” Tanya Reynand dengan kening berkerut.
“Ya,
terus ceritakan lebih lanjut tentang Ratu Cassiopeia itu….,”
“Loe
penasaran…?”
“Ya,
tentu saja…,”
“Astaga….ini
keajaiban….,”
“Keajaiban?
Maksud loe…,”
“Ya,
keajaiban bahwa seorang Anastasya Christy Gracella yang sangat tidak suka
pelajaran sejarah kini menjadi tertarik dengan cerita gue…,” jelas Reynand.
“Ish
dasar..menyebalkan…,” rajuk Anastasya yang hendak meninggalkan Reynand namun di
cegah oleh Reynand. Reynand menarik pergelangan tangan Anastasya. Anastasya pun
menurut dan kembali berdiri di samping Reynand dengan masih menatap langit
malam seperti sebelumnya.
“Loe
mudah sekali ngambek sih…,”
“Bodoh….,”
“Oke..oke…bakal
gue ceritain…,” ucap Reynand. Reynand menarik napasnya dan kemudian melanjutkan
ceritanya. “Menurut cerita mitologi yunani, Cassiopeia adalah istri seorang
raja bernama Cepheus dari kerajaan Aetiophia. Suatu hari kesombongan Cassiopeia
melewati batas dengan mengatakan bahwa kecantikannya dan kecantikan putrinya,
Andromeda melebihi kecantikan Nereid (peri laut), para putri Poseidon,”
“Terus?”
tanya Anastasya.
“Ya,
tentu saja mendengar hal itu, sang dewa laut marah besar. Kemudian sang dewa
laut mengutus monster laut bernama Cetus. Cetus disini kalau dalam mitologi
Yunani digambarkan sebagai ikan paus,”
“Lalu,
apa yang dilakukan Cetus, si ikan paus itu?” tanya Anastasya makin penasaran.
“Sesuai
dengan perintah dewa laut, Cetus menghancurkan kerajaan Aetophia. Sementara
dewa laut, Poseidon sendiri menghukum kesombongan Cassiopeia dengan mengikatnya
di atas kursi singgasananya sendiri dan menaruhnya terbalik di atas langit,”
“Ah,
jadi karena itukah rasi bintang itu di sebut bergambar kursi terbalik…,”
“Ya,
menurut mitologi begitu. Dan seringkali pula digambarkan di kursi tersebut
Cassiopeia duduk dengan memegang cermin sambil mengagumi kecantikannya sendiri,”
“Terus
apa yang dilakukan oleh suami Cassiopeia?”
“Maksudmu
sang raja?”
“Ya,
sang raja, suami Cassiopeia tadi…siapa namanya Ce…?”
“Chepeus?”
“Ya,
itu si Cep….Chepeus itu. Apa yang dilakukannya melihat kerajaannya hancur dan
istrinya di hukum seperti itu oleh raja laut?”
“Em…menurut
cerita, setelah mendengar bahwa monster Cetus akan datang dan menenggelamkan
kerajaannya, Raja Chepeus kemudian meminta nasihat para Oracle ,”
“Oracle?”
“Ya,
oracle…mereka menyebut peramal dengan nama oracle…,”
“Oh,
terus…,”
“Ya,
terus Oracle atau peramal mengatakan kepada Sang Raja bahwa satu-satunya cara
untuk memendam amarah Poseidon, sang dewa laut, mereka menyuruh sang raja untuk
mengorbankan putrinya, Andromeda,”
“Andromeda?
Bukankah itu nama galaksi?”
“Ya,
loe bener. Ternyata ada juga pelajaran yang masuk ke otak loe ya..,”
“Ish,
dasar loe….,” ucap Anastasya dengan kesal. Keheningan tercipta beberapa detik,
namun segera buyar dengan pertanyaan yang diajukan oleh Anastasya.
“Terus
bagaimana dengan cerita si Putri Andromeda itu, Nand…,”
“Gak
ada, gak ada cerita lebih lanjut, hari udah sangat malam, dan besok kamu harus
sekolah,” ucap Reynand.
“Ihh…gue
kan penasaran Nand..,”
“Loe
kan bisa baca dim bah google kalau memang penasara Cha…,”
“Nggak
seru, loe tahu sendiri gue males banget kalau baca. Gue sukanya cuman denger
ceritanya secara langsung daripada membaca. Ya, udah deh kalau loe nggak mau
cerita sekarang, loe ceritain ke gue tentang kisah putrid Andromeda besok ya…,”
“Nggak
bisa…,”
“Kenapa
nggak bisa Nand? Toh rumah kita deket, dan…,”
“Karena….karena
gue mau pergi besok….,”
“Pergi?
Pergi kemana?”
“Loe
nggak perlu tahu. Pokoknya sekarang waktunya loe tidur,” ucap Reynand sembari
mengelus rambut Anastasya.
“Ish,,,,nyebelin.
Gue kan bukan anak kecil, lagian gak masalah kalau gue tidur malem…,”
“Itu
jadi masalah Cha, karena loe bakal terlambat ke sekolah besok pagi. Apa loe mau
dipermalukan lagi di depan semua siswa siswi karena terlambat?”
“Gue
udah biasa…,”
“Kalau
dipermalukan di depan cowok idaman kamu, Naufal?”
“Eh….it…itu,
darimana loe…tahu kalau gue per….,”
“Shhshhh…gak
penting dari siapa atau bagaimana gue bisa tahu, pokoknya loe harus balik ke
kamar loe dan tidur…,”
“Ish…dasar
menyebalkan. Baiklah..tuan sok ngatur…,” gerutu Anastasya. Reynand yang
mendengar gerutuan Anastasya hanya tersenyum kecil.
Selepas
kepergian Anastasya, Reynand pun kembali menuju ke kamarnya.
“Ma’afin
gue Cha, gue harus lakuin ini….,” gumam Reynand.
Disisi
lain, Anastasya yang hendak bersiap untuk tidur merenung sejenak.
“Bagaimana
loe bisa tahu tentang Naufal, Nand. Padahal, gue aja udah mulai lupa kalau gue
pernah suka cowok itu. Dan perasaan gue sekarang…arghhh…..,” batin Anastasya
sebelum akhirnya ia memejamkan matanya.
*****
0 comments:
Posting Komentar