Seolah
tahu bahwa gadis itu hendak menjatuhkan air matanya, Fabian pun langsung
memeluk cewek itu.
“Sorry, gue nggak punya maksud buat
mempermaluin loe di hadapan semua orang. Gue hanya ingin tahu seberapa besar
arti gue bagi loe. Makanya gue pingin liat seberapa besar keberanian loe
menghadapi tatapan orang-orang itu demi gue...,” ucap Fabian sembari
menepuk-nepuk punggung gadis itu agar gadis itu menghentikan isak tangisnya.
“Sudah jangan nangis terus dong. Loe
kan tahu gue paling gak bisa liat loe nangis...,” ujar Fabian yang kini
mengusap air mata gadis itu. “Oh, ya kalau boleh tahu ngapain loe nyamperin
gue. Apa ada hal yang penting sampai loe berani datengin kelas gue dan celingak
celinguk nggak jelas kayak tadi...?” tanya Fabian dengan nada mengejeknya. Yang
tentu saja itu membuat Aqilla jadi malu.
“Gu..gue cuman mau minta ma’af sama
loe karena masalah tempo hari. Ma’af gue gak maksud.....,”
“Cuman karena itu?”
“Em...gue juga mau bilang kalau
perkataan gue yang tadi serius. Gue nggak mau kehilangan loe,” ucap Aqilla.
“Iya baiklah gue ma’afin loe. Sudah.
Apa ada lagi yang lain?” selidik Fabian yang melihat Aqilla menggigit bibir
bagian bawahnya. Ia tahu kalau cewek itu melakukan hal itu berarti ada lagi
yang masih ingin di omongin gadis itu padanya.
“Gu..gue cuman mau ngasih ini....,”
ucap Aqilla sembari menyerahkan formulir itu pada Fabian.
“Form pendaftaran anggota OSIS?”
kening Fabian berkerut.
“Iya, gue mau daftar keanggotaan
OSIS, dan gue juga pingin loe ikutan...,” ucap Aqilla.
“Apa alasannya?” tanya Fabian penuh
selidik.
Seolah tahu bahwa cowok di
hadapannya ini akan marah jika ia tahu alasan sebenarnya. Ia meletakkan kedua
tangannya di depan dadanya dan memasang wajah puppy eyes nya.
“Ma’afin gue. Gue mau daftar
keanggotaan OSIS karena gue pikir ini cara lain buat gue supaya bisa deket
dengan Kenzo. Gue tahu loe pasti marah, karena gue ajak-ajak loe dalam masalah
gue. Gue nggak tahu harus pakek cara apa lagi buat gue supaya bisa deket sama
Kenzo dan cari tahu alasan dia sebenernya jauhin gue. Gue tahu gue egois bi,
tapi loe tahu sendiri kan kalau Kenzo, Kenzo sangat berarti bagi............,”
Seolah tahu apa yang akan di katakan
cewek itu akan menyakiti hatinya jika gadis itu menuntaskan kata-katanya maka
dia langsung mengangguk mengiyakan keinginan cewek yang telah memohon di
hadapannya itu.
Seraya tahu bahwa Fabian mengikuti
apa yang diinginkannya, Aqilla langsung memeluk cowok di depannya itu.
“Makasih Bi......,” ucap Aqilla
dengan senyum lebarnya.
“Gue lakuin ini karena gue kasian
sama loe. Dan lagi jangan lagi loe pasang muka dengan puppy eyes kayak gitu,
loe tahu kan gue pasti gak bakal bisa nolak kalau loe udah mohon dengan
menggunakan ekspresi seperti itu,” ucap Fabian.
“Hehe...sorry tadi gue sengaja
ngelakuinnya agar loe menyetujui keinginan gue...,” jujur Aqilla dengan kekehannya.
“Huuuhhh...dasar....,” ucap Fabian
dengan menjitak kepala cewek itu namun hanya bercanda dan tidak menyakiti cewek
itu tentunya.
*****
Usai menyelesaikan permasalahan di
antara mereka akhirnya Fabian pun menyuruh Aqilla untuk memakan bekalnya karena
dia tahu bahwa cewek itu belum makan siang karena sibuk untuk menemuinya tadi.
Akhirnya Aqilla pun memakan bekalnya sementara Fabian mengisi dua formulir yang
diberikan oleh Aqilla tadi. Usai makan Aqilla memeriksa Formulir itu barangkali
masih ada yang kosong yang belum di isi oleh Fabian. Tapi, Aqilla terkejut
karena tak ada satupun pertanyaan yang kosong yang belum di isi oleh Fabian. Ia
pun menatap Fabian penuh selidik. Dan Fabian yang tengah menikmati lolipop yang
diberikan oleh Aqilla pun tahu bahwa Aqilla sedang menatapnya.
“Apa...?” tanya Fabian.
“Bi...loe spy ya...?” tanya Aqilla
kemudian yang tentu saja membuat kening Fabian berkerut karena tak menyangka
gadis itu akan bertanya seperti itu. “Ngaku deh sama gue, loe kerja untuk
siapa? FBI atau siapa?” tanya Aqilla lagi.
Fabian tertawa terpingkal-pingkal
mendengar tuduhan Aqilla dan hampis saja ia tersedak lolipop yang tengah
dinikmatinya itu.
“Hahaha...pertanyaan loe aneh-aneh
aja deh Aqilla....,” ucap Fabian.
“Yeee...gue serius tahu,” ucap
Aqilla cemberut.
“Gue bukan spy, dan gue bukan
mata-mata...,” ucap Fabian.
“Lah, kalau bukan, terus kenapa loe
bisa tahu semua tentang gue Bi....?” tanya Aqilla yang skakmat bagi Fabian. Dia
bingung harus jawab apa pada cewek itu. Sekalipun dulu mereka dekat tapi mereka
tidak pernah saling membahas masalah-masalah pribadi dan saling melindungi
privasi masing-masing. Fabian tahu semua hal tentang Aqilla karena dia mencari
tahu tentang gadis itu secara diam-diam sejak lama sebelum akhirnya gadis itu
pergi ke luar negeri.
“Em...itu...itu karena.....,”
“Cepet ngaku, selain orang tua gue
dan Kenzo gak ada lagi yang tahu diri gue secara detail. Dan lagi pula kita
dulu juga gak sedekat itu, hingga gue ceritain semua tentang gue ke loe. Atau
jangan-jangan loe.....,” perkataan Aqilla terhenti oleh bunyi bel masuk yang
berdering.
“Alhamdulillah gue selamat,” gumam
Fabian tak terdengar Aqilla. “Eh, Aqilla bel asuk bunyi tuh..loe segera balik
ke kelas deh, bukannya sekarang loe lagi pelajaran matematika kan? Pak Herry
guru matematika kan killer abis awas kalau sampai loe...,”
Aqilla langsung buru-buru lari ke
ruang kelasnya karena takut terlabat di pelajaran Pak Herry. Ia tak ingin kena
hukuman nantinya.
“Gue balik dulu Bi, loe kumpulin aja
ya formulirnya...Bye...,” ucap Aqilla sembari pergi menuju ruang kelasnya.
Sementara Fabian hanya senyam-senyum
sendiri melihat kelakuan lucu Aqilla.
“Syukurlah bel berbunyi di waktu
yang tepat. Jadi gue gak perlu jawab pertanyaan loe Qill,” batin Fabian.
*****
0 comments:
Posting Komentar