Jumat, 13 Juli 2018

Sembilan

Edit Posted by with No comments


Seolah tahu bahwa gadis itu hendak menjatuhkan air matanya, Fabian pun langsung memeluk cewek itu.
            “Sorry, gue nggak punya maksud buat mempermaluin loe di hadapan semua orang. Gue hanya ingin tahu seberapa besar arti gue bagi loe. Makanya gue pingin liat seberapa besar keberanian loe menghadapi tatapan orang-orang itu demi gue...,” ucap Fabian sembari menepuk-nepuk punggung gadis itu agar gadis itu menghentikan isak tangisnya.
            “Sudah jangan nangis terus dong. Loe kan tahu gue paling gak bisa liat loe nangis...,” ujar Fabian yang kini mengusap air mata gadis itu. “Oh, ya kalau boleh tahu ngapain loe nyamperin gue. Apa ada hal yang penting sampai loe berani datengin kelas gue dan celingak celinguk nggak jelas kayak tadi...?” tanya Fabian dengan nada mengejeknya. Yang tentu saja itu membuat Aqilla jadi malu.
            “Gu..gue cuman mau minta ma’af sama loe karena masalah tempo hari. Ma’af gue gak maksud.....,”
            “Cuman karena itu?”
            “Em...gue juga mau bilang kalau perkataan gue yang tadi serius. Gue nggak mau kehilangan loe,” ucap Aqilla.
            “Iya baiklah gue ma’afin loe. Sudah. Apa ada lagi yang lain?” selidik Fabian yang melihat Aqilla menggigit bibir bagian bawahnya. Ia tahu kalau cewek itu melakukan hal itu berarti ada lagi yang masih ingin di omongin gadis itu padanya.
            “Gu..gue cuman mau ngasih ini....,” ucap Aqilla sembari menyerahkan formulir itu pada Fabian.
            “Form pendaftaran anggota OSIS?” kening Fabian berkerut.
            “Iya, gue mau daftar keanggotaan OSIS, dan gue juga pingin loe ikutan...,” ucap Aqilla.
            “Apa alasannya?” tanya Fabian penuh selidik.
            Seolah tahu bahwa cowok di hadapannya ini akan marah jika ia tahu alasan sebenarnya. Ia meletakkan kedua tangannya di depan dadanya dan memasang wajah puppy eyes nya.
            “Ma’afin gue. Gue mau daftar keanggotaan OSIS karena gue pikir ini cara lain buat gue supaya bisa deket dengan Kenzo. Gue tahu loe pasti marah, karena gue ajak-ajak loe dalam masalah gue. Gue nggak tahu harus pakek cara apa lagi buat gue supaya bisa deket sama Kenzo dan cari tahu alasan dia sebenernya jauhin gue. Gue tahu gue egois bi, tapi loe tahu sendiri kan kalau Kenzo, Kenzo sangat berarti bagi............,”
            Seolah tahu apa yang akan di katakan cewek itu akan menyakiti hatinya jika gadis itu menuntaskan kata-katanya maka dia langsung mengangguk mengiyakan keinginan cewek yang telah memohon di hadapannya itu.
            Seraya tahu bahwa Fabian mengikuti apa yang diinginkannya, Aqilla langsung memeluk cowok di depannya itu.
            “Makasih Bi......,” ucap Aqilla dengan senyum lebarnya.
            “Gue lakuin ini karena gue kasian sama loe. Dan lagi jangan lagi loe pasang muka dengan puppy eyes kayak gitu, loe tahu kan gue pasti gak bakal bisa nolak kalau loe udah mohon dengan menggunakan ekspresi seperti itu,” ucap Fabian.
            “Hehe...sorry tadi gue sengaja ngelakuinnya agar loe menyetujui keinginan gue...,” jujur Aqilla dengan kekehannya.
            “Huuuhhh...dasar....,” ucap Fabian dengan menjitak kepala cewek itu namun hanya bercanda dan tidak menyakiti cewek itu tentunya.
*****
            Usai menyelesaikan permasalahan di antara mereka akhirnya Fabian pun menyuruh Aqilla untuk memakan bekalnya karena dia tahu bahwa cewek itu belum makan siang karena sibuk untuk menemuinya tadi. Akhirnya Aqilla pun memakan bekalnya sementara Fabian mengisi dua formulir yang diberikan oleh Aqilla tadi. Usai makan Aqilla memeriksa Formulir itu barangkali masih ada yang kosong yang belum di isi oleh Fabian. Tapi, Aqilla terkejut karena tak ada satupun pertanyaan yang kosong yang belum di isi oleh Fabian. Ia pun menatap Fabian penuh selidik. Dan Fabian yang tengah menikmati lolipop yang diberikan oleh Aqilla pun tahu bahwa Aqilla sedang menatapnya.
            “Apa...?” tanya Fabian.
            “Bi...loe spy ya...?” tanya Aqilla kemudian yang tentu saja membuat kening Fabian berkerut karena tak menyangka gadis itu akan bertanya seperti itu. “Ngaku deh sama gue, loe kerja untuk siapa? FBI atau siapa?” tanya Aqilla lagi.
            Fabian tertawa terpingkal-pingkal mendengar tuduhan Aqilla dan hampis saja ia tersedak lolipop yang tengah dinikmatinya itu.
            “Hahaha...pertanyaan loe aneh-aneh aja deh Aqilla....,” ucap Fabian.
            “Yeee...gue serius tahu,” ucap Aqilla cemberut.
            “Gue bukan spy, dan gue bukan mata-mata...,” ucap Fabian.
            “Lah, kalau bukan, terus kenapa loe bisa tahu semua tentang gue Bi....?” tanya Aqilla yang skakmat bagi Fabian. Dia bingung harus jawab apa pada cewek itu. Sekalipun dulu mereka dekat tapi mereka tidak pernah saling membahas masalah-masalah pribadi dan saling melindungi privasi masing-masing. Fabian tahu semua hal tentang Aqilla karena dia mencari tahu tentang gadis itu secara diam-diam sejak lama sebelum akhirnya gadis itu pergi ke luar negeri.
            “Em...itu...itu karena.....,”
            “Cepet ngaku, selain orang tua gue dan Kenzo gak ada lagi yang tahu diri gue secara detail. Dan lagi pula kita dulu juga gak sedekat itu, hingga gue ceritain semua tentang gue ke loe. Atau jangan-jangan loe.....,” perkataan Aqilla terhenti oleh bunyi bel masuk yang berdering.
            “Alhamdulillah gue selamat,” gumam Fabian tak terdengar Aqilla. “Eh, Aqilla bel asuk bunyi tuh..loe segera balik ke kelas deh, bukannya sekarang loe lagi pelajaran matematika kan? Pak Herry guru matematika kan killer abis awas kalau sampai loe...,”
            Aqilla langsung buru-buru lari ke ruang kelasnya karena takut terlabat di pelajaran Pak Herry. Ia tak ingin kena hukuman nantinya.
            “Gue balik dulu Bi, loe kumpulin aja ya formulirnya...Bye...,” ucap Aqilla sembari pergi menuju ruang kelasnya.
            Sementara Fabian hanya senyam-senyum sendiri melihat kelakuan lucu Aqilla.
            “Syukurlah bel berbunyi di waktu yang tepat. Jadi gue gak perlu jawab pertanyaan loe Qill,” batin Fabian.
*****










0 comments:

Posting Komentar