Sudah
berminggu-minggu Kenzo mengabaikan pesan itu. Tapi, kali ini dia menyetujui
permintaan orang yang mengiriminya pesan itu. Dia mengganti pakaian sekolahnya dengan
pakaian santai yakni kaos putih berkera di padu dengan celana jeans biru dan
sepatu kets putih hitam itu. Dia menyisir rambutnya sekenanya dan kemudian
melajukan motornya menuju sebuah Cafe.
Dia duduk selama tiga puluh menit
hingga kemudian seseorang yang menggunakan setelan kemeja berwarna hitam dan
sepatu fantofel itu melambai ke arahnya. Seorang lelaki separuh baya duduk di
hadapan Kenzo yang tengah menikmati kopi ekspressonya. Tanpa basa basi Kenzo
langsung bertanya pada orang itu.
“Ada apa papa minta ketemuan?” tanya
Kenzo.
“Ish kau ni kebiasaan. Tidakkah
harusnya kamu menawari papa minuman terlebih dulu. Atau paling nggak kamu
bertanya kabar papa terlebih dahulu sebelum menanyakan pertanyaan itu,
mengingat sudah 5 tahun lamanya kita tidak bertemu,” ucap lelaki separuh baya
itu.
“Ma’af aku nggak tertarik buat nanya
kabar papa,” ucap Kenzo ketus.
Lelaki separuh baya itu menarik
nafas panjang menghadapi bocah di hadapannya itu.
“Kamu masih marah sama papa?” tanya
lelaki separu baya itu yang tak di hiraukan oleh Kenzo. Lima menit kemudian
pesanan lelaki separuh baya itu datang. Dan lelaki itu minum ekspressonya
sebelum melanjutkan pembicaraan dengan bocah di hadapannya itu.
“Ma’afin Papa, Kenzo...,” ucap
lelaki separuh baya itu. Namun, Kenzo tak bergeming dan tetap dalam
kediamannya.
“Sungguh Papa, nggak ada maksud buat
misahin kamu dan Aqilla dulu. Papa juga gak punya keinginan buat nyembunyiin
semuanya ke kamu,” jelas lelaki itu.
“Sudahlah itu semua sudah terlambat,
kata ma’af Papa sudah sangat terlambat. Papa ingat nggak sih permintaan papa
pada Kenzo, agar Kenzo selalu berada di sisi Aqilla dan berjanji nggak akan
ninggalin Aqilla. Kenzo memegang janji Kenzo hingga akhir, tapi kemudian papa
malah membawa Aqilla pergi dari Kenzo. Papa memisahkan kami tanpa alasan yang
ku tahu. Papa.....,”
“Semuanya karena permintaan
Aqilla....,” ujar lelaki itu kemudian menyela perkataan Kenzo.
“Ap...apa?? Apa maksud Papa?” tanya
Kenzo dengan kening berkerut tidak percaya dengan apa yang lelaki separuh baya
itu lakukan.
“Iya, semua yang papa lakukan adalah
karena permintaan Aqilla. Papa tahu memisahkan kalian adalah kesalahan terbesar
yang pernah Papa dan mama buat. Hal itu tidak saja menyakitimu tapi juga
menyakiti Aqilla sendiri,” jelas lelaki separuh baya itu.
“Kalau Aqilla tahu dia juga akan
sakit sama seperti yang aku rasakan. Kenapa dia melakukannya?” tanya Kenzo.
“Karena Aqilla tidak mau kamu
mengasihaninya, Kenzo...!!!”
“Mak...maksud papa....?”
“Kenzo, selain kamu Aqilla tidak
punya siapa-siapa lagi. Dia tidak punya teman yang lainnya. Kamu tahu sendiri
kalau dia cenderung menutup diri pada semua orang. Dia tidak punya emosi jika
berhadapan dengan semua orang kecuali takut dan murung. Dan karena itulah dia
tidak ingin selalu bergantung padamu Kenzo. Dia ingin kamu memiliki banyak
teman dan tidak hanya terfokus pada dirinya saja. Dia ingin kamu berbaur dengan
yang lain dan tidak menjadi seperti dirinya. Dan dia juga tidak ingin kamu
lebih mengasihaninya lagi kalau kamu tahu bahwa dia....bahwa dia menderita kelainan
jantung.....,” jelas lelaki separuh baya itu yang tentu saja membuat Kenzo
terbelalak kaget tak percaya.
“Kelainan jantung....? Papa
bercanda....,” ucapnya Kenzo tak percaya.
“Itulah kenyataannya Ken,,,,”
“Bagaimana mungkin Qilla bisa sakit
seperti itu Pa,,,,” ucap Kenzo yang kini mulai meneteskan air mata. Ini kedua
kalinya cowok macho itu meneteskan air matanya dan semuanya hanya karena satu
cewek “Aqilla Geffi Arawindha”.
“Kamu ingat kan Qilla sering
tiba-tiba pingsan?” tanya lelaki separuh baya itu dan di jawab anggukan oleh
Kenzo.
“Itu karena karena penyakit Qilla,
Ken. Qilla memiliki gangguan irama jantung yakni dimana pada seseorang yang
memiliki jantung abnormal, jantungnya tidak mampu meningkatkan curah jantung untuk
mengkompensasi menurunnya tekanan darah. Ketika sedang keadaan istirahat,
penderita akan merasakan baik-baik saja, namum mereka akan pingsan jika terus
melakukan aktivitas hal itu dikarenakan kebutuhan tubuh akan oksigen yang
tiba-tiba. Sinkop eksersional, itulah yang di sebutkan oleh dokter,” jelas
lelaki separuh baya itu.
“Qilla, memilih mengikuti papa
pindah ke LA karena dia ingin di obati di sana. Sebenarnya, papa tidak
memaksanya ikut papa dan mama ke LA kalau saja dia tidak ingin. Karena papa bisa
pergi sendiri dan Qilla bisa di temani oleh mama nya dan kamu di Indonesia.
Tapi, Qilla bersikeras ikut papa ke LA dan berobat di sana dengan alasan bahwa
dia tidak ingin menjadi beban kamu...,” jelas lelaki separuh baya itu lagi.
“Bagaimana mungkin Qilla berfikir
bahwa dia akan membebaniku Pa,” ucap Kenzo.
“Itu karena Qilla sangat
menyayangimu Ken, karena itu ia ingin tampak sempurna di depannmu. Ia tidak
ingin kamu tahu kelemahannya. Dan ia pun tidak ingin membuatmu terbebani dan
mengasihaninya karena penyakitnya. Dia hanya ingin kamu benar-benar
mencintainya sebagai seorang wanita, meskipun nyatanya dia memiliki banyak
kekurangan di bandingkan dengan wanita lainnya,”
Kenzo terdiam. Dia mencoba mengerti
alasan Aqilla. Tapi, dia masih tidak habis pikir bahwa gadis itu bahkan
memikirkannya dan selalu memikirkannya di atas segalanya. Mungkin, Kenzo yang
berpikiran sempit karena dia berusaha untuk menghindari Aqilla. Bukan saja
karena dia masih belum terima karena gadis itu pernah meninggalkannya dulu, tapi
juga karena pesan-pesan ancaman yang di terimanya yang berisi bahwa orang itu
akan menghancurkan seseorang yang paling dicintai olehnya.
Namun kali ini, Kenzo bertekad tidak
akan menghindar lagi dari Aqilla. Dia tak peduli lagi dengan pesan misterius itu.
Satu hal yang ingin dilakukannya kali ini adalah selalu berada di samping
Aqilla apapun yang terjadi. Bukan karena dia merasa kasihan pada gadis itu,
tapi dia lebih kasihan pada dirinya sendiri yang sudah tidak tahan lagi menahan
sesak yang dirasakannya ketika dia tidak bisa melakukan apa yang dia ingin
lakukan bersama dengan gadis itu.
*****
0 comments:
Posting Komentar