Queen mendengus kesal atas kelakuan Fabian
yang mengacak rambutnya.
"Ish..loe nih...rambut gue jadi
berantakan kan...," ujar Queen. "Memang terlahir menjadi cantik,
apakah itu sebuah kejahatan ya?" tanya Queen yang tentu saja membuat
Fabian membelalak kaget. Ia tak percaya bahwa Queen akan menanyakan pertanyaan
seperti itu padanya.
"Terlahir cantik dan sempurnah bukanlah
kejahatan Queen, tapi itu adalah anugerah yang Tuhan berikan. Mereka yang
menghina dan memfitnahmu itu karena mereka merasa iri padamu. Mereka tidak
percaya diri atas apa yang telah Tuhan berikan pada mereka, karena itulah
mereka mengucilkanmu dan membuat citramu menjadi buruk di depan semua orang
hanya demi membuat dirinya sendiri merasa menjadi lebih baik," jelas
Fabian.
"Oh begitu....ya....,"ucap Queen
dengan senyuman ke arah Fabian.
Melihat gadis itu tersenyum membuat Fabian
merasakan sesuatu yang aneh berdesir di tubuhnya. Terlebih setelah berbicara
panjang dan lebar dengan gadis itu. Ia jadi mengerti tentang semua hal yang
tersembunyi di balik wajah ceria dan gaya tomboy Queen. Fabian pun mendekatkan
wajahnya pada wajah Queen, dan kemudian mencium gadis itu tepat di bibirnya.
Dan akhirnya mereka pun berciuman. Keheningan pun tercipta seketika diantara
mereka.
"Ken..kenapa loe cium gue
lagi....?" tanya Queen kemudian memecah keheningan.
"Kenapa loe balas ciuman gue...?"
tanya Fabian balik yang tentu saja membuat Queen menunduk karena malu, dia
berusaha menyembunyikan blushing di pipinya.
Fabian tersenyum kecil. Dan kemudian berucap.
"Tidak ada lagi ide yang ada di otak gue
buat batalin pertunangan itu. Kita terima aja semua itu dan mencoba
menjalaninya. Toh, hanya pertunangan kan, bisa putus kapan aja kalau kita
memang benar-benar tidak cocok dan tidak bisa bersama-sama lagi..," ucap
Fabian sembari menatap wajah Queen yang telah diangkatnya dagu gadis itu hingga
membuat gadis itu menatapnya. Gadis itu pun mengangguk kemudian.
Fabian pun kemudian pergi meninggalkan Queen
yang masih terpaku dengan keterkejutannya karena ciuman Fabian. Dan dia pun
masih tak percaya bahwa dirinya pun membalas ciuman Fabian. Dia merutuki dirinya
sendiri apakah dirinya telah terperangkap dengan pesona Fabian?
"Huft, ada apa dengan gue. Dan ada apa
dengan jantung gue ini," gumam Queen yang merasakan jantungnya berdegub
kencang di atas normal. "Apakah gue terserang aritmia...? Apakah gue perlu
priksa ke dokter...?" pikir Queen.
*****
Mama dan papa Brigitha menyiapkan beberapa
koper dan begitu pula dengan koper Brigitha yang berwarna soft pink. Brigitha
yang baru saja hendak masuk ke dalam rumah tentu saja menjadi terkejut melihat
hal itu. Ia penasaran kenapa papa dan mama nya menyiapkan koper-koper itu.
"Ma, Pa...ini ada apa? Kenapa banyak
koper?" tanya Brigitha.
"Eh, kamu udah pulabg Gith...?"
Bukan menjawab pertanyaannya Mama Brigitha malah balik bertanya. Dan untuk
menjawab pertanyaan mamanya Brigitha hanya menganggukkan kepalanya.
"Ayo, kalau gitu kita langsung berangkat
aja..?" Ucap mmnya setelah papa Brigitha selesai memasukkan semua koper
itu ke bagasi mobil.
"Eh...berangkat ke mana ma? Mama sama
papa mau ke luar kota? Githa di rumah aja ma, Githa gak bisa ikut karena ada
ujian besok..," ucap Githa.
"Ish...kamu ini udah deh diem aja masuk
mobil sana...," pinta mama Brigitha.
Meski mobil telah melaju meninggalkan rumah Brigitha beberapa meter, Brigitha masih belum mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang diajukannya sebelumnya pada mamanya.
Meski mobil telah melaju meninggalkan rumah Brigitha beberapa meter, Brigitha masih belum mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang diajukannya sebelumnya pada mamanya.
"Ma, sekarang ngomong deh buruan kita
mau kemana, kalau nggak Githa bakal loncat dari mobil nie...," ancam
Githa.
"Duhhh..iya..iya sayang. Mama sama papa
ada urusan dan harus pergi ke luar kota, dan mama tentu saja gak bisa ngajak
kamu karena kamu akan mulai ujian besok, tapi kami tidak bisa biarkan kamu
sendirian di rumah makanya kami ajak kamu buat di titipkan...," jelas
mamanya.
"Whats...ma Githa bukan anak kecil lagi.
Githa gak masalah sendirian di rumah...," ujar Githa.
"Gak papa gimana. Ntar kalau tiba-tiba
listrik mati selama papa dan mama gak ada di rumah gimana? Kamu kan takut gelap
banget, jadi mama gak bisa ninggalin kamu di rumah sendirian,"
"Ish..mama.nih....terus mama mau nitipin
Githa ke siapa? Temen mama yang mana?" tanya Githa.
"Ada deh...ayo cepet turun kita udah
sampai..." ujar mamanya.
Kemudian mereka pun turun dengan membawa dua buah tas koper yang berisi barang-barang keperluan Githa.
Kemudian mereka pun turun dengan membawa dua buah tas koper yang berisi barang-barang keperluan Githa.
Mereka memasuki lift dan kemudian sampai di
sebuah kamar apartemen yang bernomor 17. Mama Githa memencet bel pintu
apartemen itu hingga kemudian muncul seorang lelaki di balik pintu itu. Githa
yang masih sibuk dengan kopernya tidak begitu memperhatikan ketika mamanya
mulai memencet bel itu.
"Hai, nak Fabian....," sapa mamanya
pada seorang lelaki yang berdiri di depan pintu itu yang tentu saja membuat
tidak hanya lelaki itu yang terkejut melihat siapa yang berada di depan pintu
apartemennya, tetapi juga Githa yang sibuk dengan kopernya itu menjadi
mengalihkan pandangannya dari kopernya ke wajah lelaki itu ketika dia terkejut
mendengar mamanya memanggil nama lelaki itu.
*****
0 comments:
Posting Komentar