Jumat, 13 Juli 2018

Sembilan

Edit Posted by with No comments


Queen mendengus kesal atas kelakuan Fabian yang mengacak rambutnya. 
"Ish..loe nih...rambut gue jadi berantakan kan...," ujar Queen. "Memang terlahir menjadi cantik, apakah itu sebuah kejahatan ya?" tanya Queen yang tentu saja membuat Fabian membelalak kaget. Ia tak percaya bahwa Queen akan menanyakan pertanyaan seperti itu padanya.
"Terlahir cantik dan sempurnah bukanlah kejahatan Queen, tapi itu adalah anugerah yang Tuhan berikan. Mereka yang menghina dan memfitnahmu itu karena mereka merasa iri padamu. Mereka tidak percaya diri atas apa yang telah Tuhan berikan pada mereka, karena itulah mereka mengucilkanmu dan membuat citramu menjadi buruk di depan semua orang hanya demi membuat dirinya sendiri merasa menjadi lebih baik," jelas Fabian.
"Oh begitu....ya....,"ucap Queen dengan senyuman ke arah Fabian.
Melihat gadis itu tersenyum membuat Fabian merasakan sesuatu yang aneh berdesir di tubuhnya. Terlebih setelah berbicara panjang dan lebar dengan gadis itu. Ia jadi mengerti tentang semua hal yang tersembunyi di balik wajah ceria dan gaya tomboy Queen. Fabian pun mendekatkan wajahnya pada wajah Queen, dan kemudian mencium gadis itu tepat di bibirnya. Dan akhirnya mereka pun berciuman. Keheningan pun tercipta seketika diantara mereka.
"Ken..kenapa loe cium gue lagi....?" tanya Queen kemudian memecah keheningan.
"Kenapa loe balas ciuman gue...?" tanya Fabian balik yang tentu saja membuat Queen menunduk karena malu, dia berusaha menyembunyikan blushing di pipinya.
Fabian tersenyum kecil. Dan kemudian berucap.
"Tidak ada lagi ide yang ada di otak gue buat batalin pertunangan itu. Kita terima aja semua itu dan mencoba menjalaninya. Toh, hanya pertunangan kan, bisa putus kapan aja kalau kita memang benar-benar tidak cocok dan tidak bisa bersama-sama lagi..," ucap Fabian sembari menatap wajah Queen yang telah diangkatnya dagu gadis itu hingga membuat gadis itu menatapnya. Gadis itu pun mengangguk kemudian.
Fabian pun kemudian pergi meninggalkan Queen yang masih terpaku dengan keterkejutannya karena ciuman Fabian. Dan dia pun masih tak percaya bahwa dirinya pun membalas ciuman Fabian. Dia merutuki dirinya sendiri apakah dirinya telah terperangkap dengan pesona Fabian?
"Huft, ada apa dengan gue. Dan ada apa dengan jantung gue ini," gumam Queen yang merasakan jantungnya berdegub kencang di atas normal. "Apakah gue terserang aritmia...? Apakah gue perlu priksa ke dokter...?" pikir Queen.
*****
Mama dan papa Brigitha menyiapkan beberapa koper dan begitu pula dengan koper Brigitha yang berwarna soft pink. Brigitha yang baru saja hendak masuk ke dalam rumah tentu saja menjadi terkejut melihat hal itu. Ia penasaran kenapa papa dan mama nya menyiapkan koper-koper itu.
"Ma, Pa...ini ada apa? Kenapa banyak koper?" tanya Brigitha.
"Eh, kamu udah pulabg Gith...?" Bukan menjawab pertanyaannya Mama Brigitha malah balik bertanya. Dan untuk menjawab pertanyaan mamanya Brigitha hanya menganggukkan kepalanya.
"Ayo, kalau gitu kita langsung berangkat aja..?" Ucap mmnya setelah papa Brigitha selesai memasukkan semua koper itu ke bagasi mobil.
"Eh...berangkat ke mana ma? Mama sama papa mau ke luar kota? Githa di rumah aja ma, Githa gak bisa ikut karena ada ujian besok..," ucap Githa.
"Ish...kamu ini udah deh diem aja masuk mobil sana...," pinta mama Brigitha.
Meski mobil telah melaju meninggalkan rumah Brigitha beberapa meter, Brigitha masih belum mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang diajukannya sebelumnya pada mamanya.
"Ma, sekarang ngomong deh buruan kita mau kemana, kalau nggak Githa bakal loncat dari mobil nie...," ancam Githa.
"Duhhh..iya..iya sayang. Mama sama papa ada urusan dan harus pergi ke luar kota, dan mama tentu saja gak bisa ngajak kamu karena kamu akan mulai ujian besok, tapi kami tidak bisa biarkan kamu sendirian di rumah makanya kami ajak kamu buat di titipkan...," jelas mamanya.
"Whats...ma Githa bukan anak kecil lagi. Githa gak masalah sendirian di rumah...," ujar Githa.
"Gak papa gimana. Ntar kalau tiba-tiba listrik mati selama papa dan mama gak ada di rumah gimana? Kamu kan takut gelap banget, jadi mama gak bisa ninggalin kamu di rumah sendirian,"
"Ish..mama.nih....terus mama mau nitipin Githa ke siapa? Temen mama yang mana?" tanya Githa.
"Ada deh...ayo cepet turun kita udah sampai..." ujar mamanya.
Kemudian mereka pun turun dengan membawa dua buah tas koper yang berisi barang-barang keperluan Githa.
Mereka memasuki lift dan kemudian sampai di sebuah kamar apartemen yang bernomor 17. Mama Githa memencet bel pintu apartemen itu hingga kemudian muncul seorang lelaki di balik pintu itu. Githa yang masih sibuk dengan kopernya tidak begitu memperhatikan ketika mamanya mulai memencet bel itu.
"Hai, nak Fabian....," sapa mamanya pada seorang lelaki yang berdiri di depan pintu itu yang tentu saja membuat tidak hanya lelaki itu yang terkejut melihat siapa yang berada di depan pintu apartemennya, tetapi juga Githa yang sibuk dengan kopernya itu menjadi mengalihkan pandangannya dari kopernya ke wajah lelaki itu ketika dia terkejut mendengar mamanya memanggil nama lelaki itu.
*****

0 comments:

Posting Komentar