Tiga tahun kemudian…
Perusahaan
K-Company berkembang pesat dengan keterlibatan Alvi di dalamnya. Meskipun ia
belum lulus kuliah S3-nya, namun hal itu tak menghambatnya. Ia belajar dengan
sungguh-sungguh terkait dengan bisnis yang di jalani oleh Papanya di tengah
kesibukannya kuliah. Dan sepenuhnya, kini perusahaan tersebut sudah di pegang
penuh oleh Alvi karena permintaan keluarganya. Berkembangnya K-Company, menjadi
hancurnya perusahaan J-Company, perusahaan Papa Jacky, saingannya sejak dulu.
Namun, ada
hal berubah dari Alvi semenjak ia disibukkan dengan urusan perusahaan. Ia
menjadi pribadi yang lebih dingin dan tertutup di mata yang lainnya. Meskipun
sejak dulu ia memang tidak pernah mempunyai banyak teman selain dua sahabatnya
“Fandy dan Bagas”, namun Alvi masih bisa bersikap santai dan hangat. Tapi
sekarang, entah menguap kemana kehangatan yang dimilikinya dulu. Terlebih
setelah ia mendengar keputusan Niken setahun yang lalu.
1 tahun yang lalu…..
“Vi, boleh bicara sebentar?” tanya Niken
di suatu sore ketika keduanya tengah menghabiskan sore bersama di kebun
belakang rumah mereka.
“Ya, ada apa?” tanya Alvi.
“Mama sudah pulih kesehatannya, begitu
pula dengan Oma Mia. Hubungan Papa dan Mama juga berangsur-angsur membaik…,”
ucap Niken.
“Ya, terus….?”
“Bagaimana….bagaimana dengan kita?” tanya
Niken.
“Ken, kita….?”
“Meskipun kita sudah sah sebagai suami
istri namun tidak ada cinta di dalamnya, Vi. Kita menikah hanya karena
perjodohan yang di atur oleh keluarga. Jadi tidakkah kita sebaiknya….?”
Alvi tahu kemana arah pembicaraan Niken
selanjutnya. Ia tidak mau mendengarnya. Tidak ada perceraian dalam
pernikahannya. Lagipula, bagaimana Niken bisa menyimpulkan hal seperti itu?
Bukankah dua tahun belakangan mereka sudah bisa saling hidup bersama. Saling
menguatkan menghadapi setiap permasalahan yang ada? Tapi, kenapa Niken berpikir
demikian?
“Tidak ada perceraian Ken, kalau itu yang
mau kamu utarakan,” ucap Alvi yang sudah mengganti sapaan menjadi aku-kamu
sejak keduanya mulai dekat.
“Tapi Vi….,”
“Lakukan apapun yang ingin kamu lakukan
Ken, terserah kamu, aku tidak akan membatasi dan ikut campur seperti
kesepakatan kita di awal. Tapi, untuk cerai, ma’af aku tidak bisa memberikannya
padamu,” ucap Alvi final.
Setelah kejadian sore hari itu, akhirnya
Niken memutuskan untuk kembali ke Amerika, dengan alasan melanjutkan studynya
di sana. Namun, Alvi tahu bahwa itu hanyalah alasan yang di ucapkan oleh Niken.
Alasan sebenarnya adalah Niken ingin menjauhinya. Entah karena apa, Alvi tak
tahu. Setahunya, hubungannya dengan Niken baik-baik saja setelah permasalahan
rumit di antara keluarga mereka terselesaikan satu per satu.
Alvi membiarkan Niken tetap pada
keputusannya. Karena ia sendiri yang mengatakan bahwa Niken boleh melakukan
apapun asalkan ia tidak meminta cerai darinya. Dengan berat hati, Alvi pun
melepaskan kepergian Niken ke Amerika.
*****
Alvi
tersadar dari lamunanya ketika mendengar pintu ruangan kerjanya di ketuk.
Sekretarisnya membuka pintu setelah ia mengatakan iya. Dan tampaklah seorang
wanita paruh baya yang masih terlihat cantik berjalan masuk dengan menggandeng
seorang wanita Tua.
“Ma…..,”
sapa Alvi ketika menyadari siapa yang berkunjung ke kantornya.
Alvi
berjalan mendekat dan mencium tangan Mama dan Oma nya. “Oma juga datang?
Tumben…” seru Alvi dengan senyum di bibirnya sembari menggoda Oma-nya.
“Dassarr
cucu nakal, kenapa jarang sekali berkunjung? Kamu sudah nggak sayang lagi sama
Oma?” tanya Omanya.
Ya, sejak
beberapa bulan lalu, Alvi memang memutuskan untuk tinggal di Apartemen yang
letaknya nggak jauh dari perusahaan, dengan alasan biar dia lebih mudah dan
cepat ke kantor jika ada masalah mendadak. Baik Oma, Mama serta Papanya tidak
setuju dengan keputusan Alvi tersebut tapi mereka juga menyadari bahwa Alvi
mungkin butuh suasana baru. Terlebih, ketika Niken memutuskan untuk kembali ke
Amerika, semua menyadari perubahan dalam diri anak itu, terlebih Ratih, sang
Mama. Meskipun tidak memiliki hubungan darah, tapi Ratih yang telah mengasuh
Alvi sejak kecil, tahu bagaimana tabiat putranya itu. Ia tahu, bahwa sebenarnya
Alvi kecewa dengan keputusan Niken, tapi putranya itu tidak bisa menolak
keinginan dan keputusan Niken, putri kandungnya.
“Ihh…Oma kan
tahu, sebentar lagi acara ulang tahun perusahaan, jadi Alvi sibuk urus ini
itu….,” jelas Alvi.
“Alesan…
kamu punya banyak pegawai, buat apa kamu gaji mereka kalau pada akhirnya yang
ngurus ini itu juga kamu….,” rajuk Oma Mia.
“Tapi kan
Oma, Alvi kan mau semuanya berjalan lancar…,”
“Ya, tapi
kan…..,” ucapan Oma Mia terputus oleh tatapan mengiba Ratih, untuk tidak terus
mendesak Alvi agar mau kembali ke rumah.
“Kamu
kenapa kurusan Nak?” tanya Ratih kemudian.
“Apanya
yang kurusan Ma, perasaan dari dulu Alvi gini-gini aja…,” ujar Alvi sembari
duduk di samping Mamanya. Ia pun memeluk lengan mamanya dengan penuh kasih.
Ratih
menghembuskan napas agak keras. Dia menimbang apakah perlu memberi tahu Alvi
atau tidak yang sebenarnya. Di satu sisi ia ingin memberi tahu putranya itu,
agar putranya bisa membujuk putri semata wayangnya untuk kembali ke Indonesia.
Alvi yang mengetahui tersimpan kekhawatiran di wajah mamanya pun akhirnya
bertanya.
"Ada apa ma?" tanya Alvi.
"Eh...apa....?" tanya Ratih sang mama.
"Mama seperti menyimpan sesuatu. Katakan Ma, ada
apa...?"
Mia memegang tangan Ratih. Ia menganggukkan kepalanya
seraya memberi persetujuan kepada Ratih untuk mengatakan yang sebenarnya kepada
Alvi.
"Vi, in...ini tentang Niken...," ujar Mamanya.
Alvi sudah lama tidak mendengar mama, papa atau oma-nya
membahas tentang Niken setelah tiga tahun kepergian gadis itu. Bukannya mereka
tidak pernah membahas, pernah beberapa kali mereka membahas tentang keadaan
gadis itu, namun mereka segera menghentikan percakapan setiap kali Alvi berada
diantara mereka.
"Dia kenapa....?" tanya Alvi dingin dengan raut
wajah yang datar. Sebenarnya ia cukup penasaran kenapa sang mama dan oma-nya
tiba-tiba membahas tentang gadis itu. Tapi, ia berusaha untuk bersikap biasa
saja.
"Dia...Nik...Niken....," ucap Ratih
terbata-bata seolah sesuatu menyangkut di tenggorokannya hingga ia tidak bisa
lancar berbicara.
"Apa dia bahagia disana? Apa dia meminta pada mama
agar aku menceraikannya hingga dia bisa menikah dan hidup bersama dengan
William?" ujar Alvi yang sudah tidak tahan lagi menyimpan semua
uneg-unegnya. Karena hingga detik ini ia tidak pernah tahu alasan gadis itu
memilih pergi ke Amerika.
"Apa yang kamu katakan Nak, Niken tidak mungkin
meminta hal seperti itu. Kalaupun ia alasannya tidak mungkin karena
William...," akhirnya Ratih pun menemukan keberaniannya kembali. Ia harus
berani mengatakan yang sebenarnya pada Alvi meskipun sebenarnya Niken telah
melarangnya. Tapi, sebagai seorang ibu ia tidak mungkin membiarkan kedua
anaknya terlarut dalam kesalahpahaman sekian lama.
"Lantas apa?" tanya Alvi gusar. Ia sudah tak
ingin lagi menebak-nebak apa yang ada dipikiran gadis itu hingga pergi
meninggalkannya.
"Niken sakit Vi....," ucap Mia, sang oma.
Akhirnya sang oma pun mengatakan sesuatu setelah sekian waktu memberikan
kesempatan kepada menantunya untuk mengucapkan kebenaran itu kepada cucunya.
Tapi, ia rasa menantunya itu tak cukup berani untuk menceritakan hal yang
menyakitkan itu.
"Apa maksud Oma? Niken baik-baik saja. Dia sehat,
dia bahagia bersama Will," ujar Alvi masih kekeh dengan pendapatnya.
"Itu yang kau lihat Nak, tapi kenyataannya tidak
seperti itu...," ujar Ratih. Alvi menatap sang mama ia menuntut penjelasan
atas pernyataan yang didengarnya dari bibir sang mama. Ratih menghela napas
panjang dan ia mulai menceritakan kebenaran itu kepada sang anak.
"Niken menderita SLE atau Systematic Lupus
Erythematosus. Itu adalah penyakit autoimun, yaitu kondisi ketika sistem
imunitas atau kekebalan tubuh secara keliru menyerang organ tubuh sendiri.
Penyakit itu rentan menyerang anak kembar, kamu tentu tahu bahwa Niken punya
saudara kembar yang bernama Viola bukan? Dan itulah salah satu penyebab kenapa
Niken bisa menderita penyakit itu...," jelas mamanya. Ratih dan Mia tak
mampu lagi membendung tangisnya usai menceritakan hal itu pada Alvi. Sementara
Alvi yang mendengar hal itu shock. Seolah seperti petir baru saja menyambar.
"Jadi alasan dia ke Amerika.....," ucap Alvi
masih dengan ketidakpercayaannya.
"Dia kesana untuk berobat, tapi sampai sekarang
penyakit itu belum dapat disembuhkan...," ujar sang Oma.
Alvi pun hanya terdiam mendengar penuturan sang mama dan
oma-nya. Ia tak percaya bahwa gadis seceria dan seenergik Niken ternyata
menderita penyakit itu. Ia bahkan tak mencari tahu alasan kepergian gadis itu.
Ia berpikiran sempit dengan menjudges bahwa Niken meninggalkannya hanya untuk
bisa hidup bersama Will.
*****
0 comments:
Posting Komentar