Rabu, 22 April 2020

Dua Belas

Edit Posted by with No comments

Tiga tahun kemudian…
       Perusahaan K-Company berkembang pesat dengan keterlibatan Alvi di dalamnya. Meskipun ia belum lulus kuliah S3-nya, namun hal itu tak menghambatnya. Ia belajar dengan sungguh-sungguh terkait dengan bisnis yang di jalani oleh Papanya di tengah kesibukannya kuliah. Dan sepenuhnya, kini perusahaan tersebut sudah di pegang penuh oleh Alvi karena permintaan keluarganya. Berkembangnya K-Company, menjadi hancurnya perusahaan J-Company, perusahaan Papa Jacky, saingannya sejak dulu.
       Namun, ada hal berubah dari Alvi semenjak ia disibukkan dengan urusan perusahaan. Ia menjadi pribadi yang lebih dingin dan tertutup di mata yang lainnya. Meskipun sejak dulu ia memang tidak pernah mempunyai banyak teman selain dua sahabatnya “Fandy dan Bagas”, namun Alvi masih bisa bersikap santai dan hangat. Tapi sekarang, entah menguap kemana kehangatan yang dimilikinya dulu. Terlebih setelah ia mendengar keputusan Niken setahun yang lalu.
       1 tahun yang lalu…..
       “Vi, boleh bicara sebentar?” tanya Niken di suatu sore ketika keduanya tengah menghabiskan sore bersama di kebun belakang rumah mereka.
       “Ya, ada apa?” tanya Alvi.
       “Mama sudah pulih kesehatannya, begitu pula dengan Oma Mia. Hubungan Papa dan Mama juga berangsur-angsur membaik…,” ucap Niken.
       “Ya, terus….?”
       “Bagaimana….bagaimana dengan kita?” tanya Niken.
       “Ken, kita….?”
       “Meskipun kita sudah sah sebagai suami istri namun tidak ada cinta di dalamnya, Vi. Kita menikah hanya karena perjodohan yang di atur oleh keluarga. Jadi tidakkah kita sebaiknya….?”
       Alvi tahu kemana arah pembicaraan Niken selanjutnya. Ia tidak mau mendengarnya. Tidak ada perceraian dalam pernikahannya. Lagipula, bagaimana Niken bisa menyimpulkan hal seperti itu? Bukankah dua tahun belakangan mereka sudah bisa saling hidup bersama. Saling menguatkan menghadapi setiap permasalahan yang ada? Tapi, kenapa Niken berpikir demikian?
       “Tidak ada perceraian Ken, kalau itu yang mau kamu utarakan,” ucap Alvi yang sudah mengganti sapaan menjadi aku-kamu sejak keduanya mulai dekat.
       “Tapi Vi….,”
       “Lakukan apapun yang ingin kamu lakukan Ken, terserah kamu, aku tidak akan membatasi dan ikut campur seperti kesepakatan kita di awal. Tapi, untuk cerai, ma’af aku tidak bisa memberikannya padamu,” ucap Alvi final.
       Setelah kejadian sore hari itu, akhirnya Niken memutuskan untuk kembali ke Amerika, dengan alasan melanjutkan studynya di sana. Namun, Alvi tahu bahwa itu hanyalah alasan yang di ucapkan oleh Niken. Alasan sebenarnya adalah Niken ingin menjauhinya. Entah karena apa, Alvi tak tahu. Setahunya, hubungannya dengan Niken baik-baik saja setelah permasalahan rumit di antara keluarga mereka terselesaikan satu per satu.
       Alvi membiarkan Niken tetap pada keputusannya. Karena ia sendiri yang mengatakan bahwa Niken boleh melakukan apapun asalkan ia tidak meminta cerai darinya. Dengan berat hati, Alvi pun melepaskan kepergian Niken ke Amerika.   
*****
       Alvi tersadar dari lamunanya ketika mendengar pintu ruangan kerjanya di ketuk. Sekretarisnya membuka pintu setelah ia mengatakan iya. Dan tampaklah seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik berjalan masuk dengan menggandeng seorang wanita Tua.
       “Ma…..,” sapa Alvi ketika menyadari siapa yang berkunjung ke kantornya.
       Alvi berjalan mendekat dan mencium tangan Mama dan Oma nya. “Oma juga datang? Tumben…” seru Alvi dengan senyum di bibirnya sembari menggoda Oma-nya.
       “Dassarr cucu nakal, kenapa jarang sekali berkunjung? Kamu sudah nggak sayang lagi sama Oma?” tanya Omanya.
       Ya, sejak beberapa bulan lalu, Alvi memang memutuskan untuk tinggal di Apartemen yang letaknya nggak jauh dari perusahaan, dengan alasan biar dia lebih mudah dan cepat ke kantor jika ada masalah mendadak. Baik Oma, Mama serta Papanya tidak setuju dengan keputusan Alvi tersebut tapi mereka juga menyadari bahwa Alvi mungkin butuh suasana baru. Terlebih, ketika Niken memutuskan untuk kembali ke Amerika, semua menyadari perubahan dalam diri anak itu, terlebih Ratih, sang Mama. Meskipun tidak memiliki hubungan darah, tapi Ratih yang telah mengasuh Alvi sejak kecil, tahu bagaimana tabiat putranya itu. Ia tahu, bahwa sebenarnya Alvi kecewa dengan keputusan Niken, tapi putranya itu tidak bisa menolak keinginan dan keputusan Niken, putri kandungnya.
       “Ihh…Oma kan tahu, sebentar lagi acara ulang tahun perusahaan, jadi Alvi sibuk urus ini itu….,” jelas Alvi.
       “Alesan… kamu punya banyak pegawai, buat apa kamu gaji mereka kalau pada akhirnya yang ngurus ini itu juga kamu….,” rajuk Oma Mia.
       “Tapi kan Oma, Alvi kan mau semuanya berjalan lancar…,”
       “Ya, tapi kan…..,” ucapan Oma Mia terputus oleh tatapan mengiba Ratih, untuk tidak terus mendesak Alvi agar mau kembali ke rumah.
       “Kamu kenapa kurusan Nak?” tanya Ratih kemudian.
       “Apanya yang kurusan Ma, perasaan dari dulu Alvi gini-gini aja…,” ujar Alvi sembari duduk di samping Mamanya. Ia pun memeluk lengan mamanya dengan penuh kasih.
            Ratih menghembuskan napas agak keras. Dia menimbang apakah perlu memberi tahu Alvi atau tidak yang sebenarnya. Di satu sisi ia ingin memberi tahu putranya itu, agar putranya bisa membujuk putri semata wayangnya untuk kembali ke Indonesia. Alvi yang mengetahui tersimpan kekhawatiran di wajah mamanya pun akhirnya bertanya.
"Ada apa ma?" tanya Alvi.
"Eh...apa....?" tanya Ratih sang mama.
"Mama seperti menyimpan sesuatu. Katakan Ma, ada apa...?"
Mia memegang tangan Ratih. Ia menganggukkan kepalanya seraya memberi persetujuan kepada Ratih untuk mengatakan yang sebenarnya kepada Alvi.
"Vi, in...ini tentang Niken...," ujar Mamanya.
Alvi sudah lama tidak mendengar mama, papa atau oma-nya membahas tentang Niken setelah tiga tahun kepergian gadis itu. Bukannya mereka tidak pernah membahas, pernah beberapa kali mereka membahas tentang keadaan gadis itu, namun mereka segera menghentikan percakapan setiap kali Alvi berada diantara mereka.
"Dia kenapa....?" tanya Alvi dingin dengan raut wajah yang datar. Sebenarnya ia cukup penasaran kenapa sang mama dan oma-nya tiba-tiba membahas tentang gadis itu. Tapi, ia berusaha untuk bersikap biasa saja.
"Dia...Nik...Niken....," ucap Ratih terbata-bata seolah sesuatu menyangkut di tenggorokannya hingga ia tidak bisa lancar berbicara.
"Apa dia bahagia disana? Apa dia meminta pada mama agar aku menceraikannya hingga dia bisa menikah dan hidup bersama dengan William?" ujar Alvi yang sudah tidak tahan lagi menyimpan semua uneg-unegnya. Karena hingga detik ini ia tidak pernah tahu alasan gadis itu memilih pergi ke Amerika.
"Apa yang kamu katakan Nak, Niken tidak mungkin meminta hal seperti itu. Kalaupun ia alasannya tidak mungkin karena William...," akhirnya Ratih pun menemukan keberaniannya kembali. Ia harus berani mengatakan yang sebenarnya pada Alvi meskipun sebenarnya Niken telah melarangnya. Tapi, sebagai seorang ibu ia tidak mungkin membiarkan kedua anaknya terlarut dalam kesalahpahaman sekian lama.
"Lantas apa?" tanya Alvi gusar. Ia sudah tak ingin lagi menebak-nebak apa yang ada dipikiran gadis itu hingga pergi meninggalkannya.
"Niken sakit Vi....," ucap Mia, sang oma. Akhirnya sang oma pun mengatakan sesuatu setelah sekian waktu memberikan kesempatan kepada menantunya untuk mengucapkan kebenaran itu kepada cucunya. Tapi, ia rasa menantunya itu tak cukup berani untuk menceritakan hal yang menyakitkan itu.
"Apa maksud Oma? Niken baik-baik saja. Dia sehat, dia bahagia bersama Will," ujar Alvi masih kekeh dengan pendapatnya.
"Itu yang kau lihat Nak, tapi kenyataannya tidak seperti itu...," ujar Ratih. Alvi menatap sang mama ia menuntut penjelasan atas pernyataan yang didengarnya dari bibir sang mama. Ratih menghela napas panjang dan ia mulai menceritakan kebenaran itu kepada sang anak.
"Niken menderita SLE atau  Systematic Lupus Erythematosus. Itu adalah penyakit autoimun, yaitu kondisi ketika sistem imunitas atau kekebalan tubuh secara keliru menyerang organ tubuh sendiri. Penyakit itu rentan menyerang anak kembar, kamu tentu tahu bahwa Niken punya saudara kembar yang bernama Viola bukan? Dan itulah salah satu penyebab kenapa Niken bisa menderita penyakit itu...," jelas mamanya. Ratih dan Mia tak mampu lagi membendung tangisnya usai menceritakan hal itu pada Alvi. Sementara Alvi yang mendengar hal itu shock. Seolah seperti petir baru saja menyambar.
"Jadi alasan dia ke Amerika.....," ucap Alvi masih dengan ketidakpercayaannya.
"Dia kesana untuk berobat, tapi sampai sekarang penyakit itu belum dapat disembuhkan...," ujar sang Oma.
Alvi pun hanya terdiam mendengar penuturan sang mama dan oma-nya. Ia tak percaya bahwa gadis seceria dan seenergik Niken ternyata menderita penyakit itu. Ia bahkan tak mencari tahu alasan kepergian gadis itu. Ia berpikiran sempit dengan menjudges bahwa Niken meninggalkannya hanya untuk bisa hidup bersama Will.
*****

0 comments:

Posting Komentar