Rabu, 22 April 2020

Sebelas

Edit Posted by with No comments

Panti Asuhan Nirmala”
       Enam bulan setelah kejadian itu, kejadian dimana Alvi mengetahui kebenaran tentang identitas dirinya, akhirnya Alvi berada di sini sekarang. Tempat dimana ia pernah di pungut oleh Dana dan kemudian menjadi anak dari lelaki paruh baya itu. Setelah semua keraguan yang ia rasa hilang, akhirnya ia melakukan hal sebagaimana dikatakan oleh gadis itu. “Ikuti kata hatimu”, dan itulah yang Alvi lakukan sekarang. Ia akan mencari tahu siapa orang tua kandungnya, meskipun ia tidak bisa menemuinya lagi di dunia ini, tapi paling tidak Alvi tahu nama dan rupa dari orang tuanya meski hanya melalui sebuah foto lama yang mungkin masih disimpan oleh Ibu Panti.
       Alvi melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam panti. Di dalam sana terdapat halaman yang luas dan anak-anak kecil yang berlarian kesana-kemari. Mereka tampak sangat bahagia, seolah tak ada beban apapun di wajah ceria mereka.Ada yang bermain ayunan, jungkat jungkit dan bahkan ada yang jahil dengan mengusili teman-temannya.Alvi semakin melangkahkan kakinya untuk maju mencari ruangan Ibu Panti. Namun, anak-anak kecil disekitarnya yang menyadari bahwa ada seseorang asing yang datang memperhatikannya dengan raut wajah imut mereka. Hingga kemudian mereka semua pun berteriak, meneriakkan satu nama.
       “Kak Alvviiiiiiiiiii…………..,” ujar anak-anak polos itu.
       Alvi yang terkejut mendengar namanya di panggil secara serempak oleh anak-anak di panti itu, mengerutkan keningnya.Ia tak mengerti, kenapa anak-anak yang tidak pernah ditemuinya itu memanggil namanya. Dan bahkan anak-anak itu berlarian mengerumuninya, seolah sudah sangat akrab dengannya.
       “Akhirnya loe datang juga……,” ujar seorang gadis.
       “Loe…..?” ucap Alvi dengan tatapan penuh tanya kepada gadis itu. Namun, gadis itu tak memberikan jawaban apapun atas isyarat pertanyaannya itu.Ia hanya mengedikkan bahu dan kemudian tersenyum sembari mengajak ia dan anak-anak yang lain masuk ke dalam rumah.
       Alvi menyalami Ibu-Ibu Panti yang menyambut kedatangannya. Ibu Panti yang tahu akan maksud kedatangan Alvi, mempersilakan Alvi untuk masuk ke ruang kerjanya sementara anak-anak panti yang semula mengikutinya bermain bersama dengan gadis yang tadi mengajak mereka masuk ke dalam rumah.
*****
       Niken mengajak Alvi berkeliling Panti Asuhan Nirmala, seusai Alvi menyelesaikan urusannya dengan Ibu Panti.
       “Loe sering kesini?” tanya Alvi memecah keheningan di antara keduanya. Niken tidak menjawab dengan kata-kata. Ia hanya menganggukkan kepalanya sebagai isyarat jawaban “iya” dari bibirnya.
       “Sejak kapan?” tanya Alvi lagi. Bukannya menjawab pertanyaan Alvi, Niken malah mengerutkan keningnya, tidak mengerti dengan maksud pertanyaan Alvi. Alvi yang mengetahui bahwa gadis yang berdiri di sampingnya itu tidak mengerti dengan pertanyaan yang diajukannya, ia pun meralat pertanyaan itu.
       “Maksudku sejak kapan kamu tahu aku berasal dari sini?” tanya Alvi.
       “Oh..., sudah lama....,” ujar Niken.
       “Dan sejak itu loe sering datang kesini?” tanya Alvi lagi. Lagi-lagi Niken hanya menganggukkan kepala untuk menjawab pertanyaan Alvi.
       “Kenapa?” tanya Alvi lagi.
       “Maksud loe?” Niken malah balik bertanya.
       “Apa karena gue? Apa karena kasihan sama gue, loe.....?”
       Niken menghembuskan nafasnya perlahan sebelum akhirnya menjawab pertanyaan yang di ajukan Alvi.
       “Gak ada yang perlu gue kasihani di sini, terlebih loe. Cowok sombong dan menyebalkan...,” seru Niken sembari melemparkan senyum pada Alvi.”Gue ngerasa nyaman aja di sini, bermain bersama anak-anak kecil yang polos dan lugu membuat gue ngerasa senang. Mereka saling berbagi bersama satu sama lain. Hidup dalam kesepian tidak membuat mereka patah semangat dan bersedih. Hanya karena mereka berbeda dari anak kecil lainnya karena tidak memiliki orang tua, lantas tidak membuat mereka bersedih hati. Karena memiliki orangtua atau tidak bagiku tidak ada bedanya. Gue memiliki orang tua, tapi malah enggan mengakui gue sebagai anaknya. Lantas, apa bedanya gue dengan mereka? Juga dengan loe, apa bedanya gue sama loe?” jelas Niken.
       “Ken....., gue....,”
       “Kita sama saja Vi, loe yang hidup dalam kebohongan karena tidak tahu tentang identitas diri loe yang sebenarnya. Sementara gue, hidup dengan kebohongan karena menyembunyikan identitas gue....,”
       “Loe...masih marah sama gue....?”
       “Buat apa? Dulu sih iya, gue marah banget sama loe. Kenapa loe hidup bahagia bersama dengan kedua orang tua kandung gue, sementara gue hidup dalam persembunyian tanpa sedikitpun kasih sayang dari mereka. Namun, semenjak beranjak menjadi dewasa gue jadi tahu. Kita hanyalah dua orang anak yang sama-sama hidup karena keegoisan para orang dewasa. Loe, yang dijadikan papa sebagai alat balas dendam namun mendapatkan kasih sayang penuh darinya juga dari mama dan oma, dan gue hidup dalam persembunyian demi keselamatan diri gue sendiri tanpa pernah mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua gue...,”
       “Makasih...,”
       “Buat apa?”
       “Buat semuanya....,”
       “Nggak perlu berterima kasih, it’s okey. Kita tidak pernah meminta untuk berada pada situasi seperti ini. Jadi, tidak ada yang benar ataupun salah disini...,”
       “Ya, loe bener. Jadi, kita lupakan saja semuanya. Dan mulai semua dari awal lagi. Mau kan?”
       “Tentu....,”
       Mereka pun kembali melanjutkan perjalanan mereka menyusuri setiap tempat di Panti Asuhan itu. Dengan perasaan yang melegakan seolah semua beban yang meeka hadapi sebelumnya tidak pernah ada.
*****
       Alvi dan Niken akhirnya memutuskan untuk menjenguk Mamanya di rumah sakit selepas keduanya menghabiskan waktu seharian di Panti Asuhan Nirmala. Ketika hendak membuka pintu kamar inap Mama-nya dari kaca yang terdapat di pintu masuk ruangan itu, Alvi dan Niken melihat Dana, Papa mereka tengah mengelus puncak kepala mamanya dengan sayang. Sementara mamanya yang keadaannya sudah agak membaik, memalingkan wajahnya dari Papanya yang memandangnya dengan tatapan penuh kasih.
        Baik Alvi ataupun Niken tahu, bahwa sebenarnya Papa nya sangat tulus mencintai Mama Ratih terlepas dari semua masalah rumit yang terjadi di antara mereka. Hanya saja cara yang dilakukan oleh Papanya kurang tepat. Mana ada ibu di dunia ini yang mau dipisahkan dengan anak kandungnya sendiri, meski alasan itu demi menjaga keselamatan sang anak dari orang-orang yang berniat jahat kepada anaknya tersebut. Apalagi, sang suami yang sangat di cintainya bukan hanya memisahkan dirinya dengan sang anak, tapi juga menyimpan semua kebenaran dari sang istri dengan mengatakan bahwa anak tercinta yang dilahirkannya telah meninggal dunia.
       Alvi menghembuskan napas keras begitu pula dengan Niken yang berdiri di sampingnya.
       “Loe yakin?”
       Niken mengerutkan kening. “Maksud loe?” tanya balik Niken pada Alvi.
       “Loe yakin, kita akan masuk sekarang? Apakah tidak sebaiknya…..,”
       “Lebih cepat lebih baik Vi. Kita tidak bisa terus-terusan menghindari mereka. Walau bagaimanapun kesehatan mama lebih penting dan mama butuh aku. Dan akupun juga ingin bertemu dengan mama...,”
       “Oke kalau itu keputusan loe, gue ikut….,” ujar Alvi.
       Akhirnya keduanya pun mengetuk pintu kamar inap itu. Dan tentu saja membuat kedua orang yang berada di dalamnya mengalihkan pandangan mereka pada dua sosok anak manusia yang berjalan semakin dekat kearah mereka. Niken dan Alvi mendekat kearah mereka dan langsung di sambut dengan tangisan oleh sang Mama.
       “Niken……anak mama….,” ujar Ratih masih dengan tangis yang mengirinya. Ia memeluk Niken sangat erat, mencium puncak kepalanya berkali-kali sembari mengucapkan kata-kata yang sama. “Niken…niken anak mama. Ma’afkan mama nak, mama baru tahu kalau kamu masih hidup. Ma’afkan mama….,”
       Niken membalas pelukan sang mama dengan sayang. Akhirnya setelah genap dua puluh dua tahun usianya, Niken bisa merasakan pelukan wanita paruh baya itu. Wanita tidak lain adalah Mama kandungnya.
       Sementara Alvi dan Dana yang melihat kedua wanita yang saling melepas rindu itupun akhirnya memutuskan untuk meninggalkan ruang rawat inap itu untuk member privasi bagi keduanya.
*****







0 comments:

Posting Komentar