Beberapa
bulan ini Alvi sibuk mengurusi semua masalah perusahaan keluarga Dana. Ia
bahkan sampai lupa makan maupun istirahat. Hari-harinya hanya dihabiskan untuk
menyelesaikan kuliahnya dan mengurusi perusahaan. Alvi tidak lagi sempat untuk
bermain-main lagi sepreti
dulu, ia tidak lagi menyusup untuk kabur dari bodyguard-bodyguardnya hanya
untuk bisa menghabiskan waktu bersama dengan kedua sahabatnya Fandy dan Bagas.
Dan kini, seperti biasa meskipun sudah pulang dari kantor, Alvi masih berada di
depan meja kerja Papanya di rumah. Ia menyelesaikan beberapa pekerjaan yang
belum selesai. Dana yang melihat antusiasme Alvi untuk menggantikannya mengurus
perusahaan pun senang, terlebih kini ia bisa lebih fokus dengan kesembuhan
Ratih, istrinya.
Namun, melihat Alvi yang terlalu keras
bekerja ia pun merasa cemas. Walau bagaimanapun meskipun tidak ada hubungan
darah diantara mereka Dana sangat menyayangi Alvi seperti anaknya sendiri. Dan
kini, putranya itu tengah salah paham terhadapnya, tidak hanya putranya tapi
juga putri kandungnya yang tinggal satu-satunya. Dana tidak tahu bagaimana
harus menjelaskan kebenaran yang ada. Ia terlalu melukai kedua anak
kesayangannya itu, dan apakah mungkin mereka percaya dengan semua penjelasannya
nanti? Tapi, ia memutuskan untuk melakukan tindakan yang benar kali ini, ia
akan menjelaskan semua yang terjadi kepada putranya itu lebih dulu, terlepas
dari percaya atau tidaknya putranya itu kepadanya.
“Vi...,” ucap Dana.
Alvi yang mendengar seseorang
memanggilnya pun mengalihkan pandangannya dari leptop di hadapannya ke arah
seseorang yang memanggilnya itu yang tidak lain adalah Dana, Papanya. Alvi
masih menyimpan rasa marah pada lelaki separuh baya itu, tapi ia juga tidak
bisa membencinya. Walau bagaimanapun lelaki itu adalah orang tuanya yang membesarkannya
sedari kecil dan memberikan kasih sayangnya, meski kerap kali ia terlalu keras
dalam mendidik dirinya. Bagi Alvi, Dana tetap orang tuanya meskipun tidak ada
hubungan darah diantara keduanya.
“Iya,,,” ucap Alvi.
“Ada yang mau Papa bicarakan, bisa
minta waktu kamu sebentar?” tanya Dana.
“Kalau yang mau Papa bicarakan terkait
Proyek baru bersama dengan perusahaan Mitra Sejahtera semuanya sudah Alvi
selesaikan Pa,” jelas Alvi.
“Bukan, bukan itu. Ada hal lain yang
ingin Papa bicarakan denganmu,” ucap Dana.
Alvi mengerutkan keningnya sebelum
akhirnya mengatakan sesuatu. “Tentang apa?” tanyanya.
“Kemarilah, duduklah dulu....,” ujar
Dana sembari duduk terlebih dahulu di sofa tepat di depan meja kerjanya yang
memang dikhususkan untuk diletakkan disana jika sewaktu-waktu Dana ingin
istirahat jika terlalu lelah bekerja.
“Apa yang mau Papa bicarakan?” tanya
Alvi lagi.
“Ini tentang masa lalu, tentang
kebenaran yang ada. Papa tidak peduli kamu percaya atau tidak dengan cerita
Papa. Tapi, bukankah kamu juga perlu dengar cerita itu dari sudut pandang
Papa?” jelas Papanya.
Alvi terdiam, ia membenarkan perkataan
Papanya. Sebenarnya ia juga tidak terlalu percaya dengan semua cerita Niken.
Niken pernah membohonginya sebelumnya, dan belum tentu cerita kemarin adalah
kebenarannya bukan? Meskipun neneknya juga menceritakan hal yang sama dengan
yang Niken ketahui kepada Mama Ratih, tapi bisa jadi keduanya juga tidak tahu
kebenaran yang sebenarnya terjadi. Karena itu ia kemudian menganggukan
kepalanya seraya menyetujui pernyataan Papanya di awal, bahwa ia juga harus
mendengarkan cerita itu dari sisi Papanya.
“Kejadiannya sekitar 20 tahun yang
lalu....,” ucap Papanya mulai bercerita.
Dan akhirnya mengalirlah cerita dari
sisi Papanya. Kejadian bermula ketika Papanya mulai mendirikan perusahaan
bersama dengan rekan kerjanya. Dan perjalanan dari perusahaan yang dulu masih
kecil menjadi perusahaan sebesar sekarang ini tidaklah mudah. Papanya dan Rekan
kerjanya harus kerja ekstra keras dan mati-matian hingga akhirnya terciptalah
Perusahaan Dana yang sebesar seperti sekarang ini. Perusahaan itu mencetak para
musisi ternama, artis-artis dan penyanyi-penyanyi berbakat andalan perusahaan
salah satunya Selvi Gacella Moudy seorang pemain biola berbakat juga Bramasta
Prasetyo seorang composer lagu yang cukup berbakat dan terkenal.
Suatu hari Selvi mendapat tawaran dari
perusahaan lain, mereka bersedia merekrut Selvi dan membayar gaji Selvi lebih
tinggi dari perusahaan Dana, akan tetapi Selvi menolak. Begitu pula dengan
Bramasta. Bram yang tidak hanya sebagai composer lagu, ia juga merupakan rekan
kerja Dana yang bersama-sama dengannya merintis perusahaan itu dari nol, juga
mendapatkan tawaran yang sama. Bram berkali-kali diajak oleh perusahaan itu
untuk menghianati Dana dan bergabung dengannya, tapi Bram menolak.
Dan berawal dari semua itulah, seiring
semakin majunya perusahaan Dana dan Bram, semakin banyak pula
perusahaan-perusahaan lain yang ingin menghancurkan perusahaan Dana. Salah
satunya The J Company, yang merupakan perusahaan Papanya Jacky. Sejak masih
kuliah Papa Jacky adalah saingan Dana, tidak hanya dalam masalah perkuliahan
termasuk juga masalah percintaan, yaitu untuk memperebutkan cinta Ratih yang
juga merupakan teman sekolah mereka. Teror-teror pun akhirnya bermula ketika
Jacky tahu Ratih lebih memilih Dana dibandingkan dirinya.
Papa Jacky mulai mencoba untuk
menghancurkan perusahaan Dana dengan mengadu domba antara Bram dengan Dana.
Namun, Selvi dan Bram masih memegang kesetiaan akan
persahabatannya dengan Dana, sehingga menggagalkan usaha Papa Jacky yang ingin
memecah belah mereka. Akan tetapi, rencana Papa Jacky untuk menghancurkan
Perusahaan Dana tidak berhenti sampai di situ. Ketika Papa Jacky mendengar
bahwa Dana hendak memiliki anak dari wanita yang sangat di cintainya, ia
semakin murka dan hendak membalas dendam kepada Dana lewat anak yang bahkan
masih belum terlahir ke dunia. Akibatnya, beberapa kali ratih keguguran, hingga
kemudian ia mengandung si kembar Niken dan Viola.
Hal
itulah yang mengakibatkan Dana, Selvi dan Bram akhirnya menciptakan sekenario
itu. Memberikan kedua anak kandunganya di bawah asuhan Selvi dan Bram untuk
menyembunyikannya dari kejahatan Papa Jacky, sementara ia mengambil Alvi dari
sebuah panti asuhan dimana ia adalah donator tetap disana.
“Jadi..Alvi……?”
ucap Alvi parau mengetahui kebenaran akan identitasnya sebenarnya. Ia sampai
tidak bisa menyelesaikan ucapannya saking terkejutnya.
“Kamu
anak panti asuhan Vi,….,” jelas Dana. Dana melihat raut wajah anak yang sudah
di adopsinya sedari kecil itu pucat pasi.
“Jadi,
Alvi anak tidak jelas dari panti….,”
“Bukan
anak tidak jelas Vi, tidak semua anak yang tinggal di panti asuhan tidak jelas
asal usulnya.Salah satunya kamu.Ibumu meninggal setelah melahirkanmu, sementara
Ayahmu meninggal karena sakit-sakitan. Dan karena mereka tidak mempunyai
keluarga yang lain, makanya ayahmu menitipkanmu di panti asuhan tepat beberapa
hari sebelum ia meninggal dunia. Mungkin, ia sudah mendapatkan firasat bahwa
waktunya tidak lama lagi untuk hidup di dunia, karena itulah kamu di titipkan
dip anti asuhan itu.
“Alvi….,”
“Panti
Asuhan Nirmala. Jika kamu ingin mengenal lebih jauh tentang siapa diri kamu dan
keluarga kamu yang sesungguhnya kamu bisa bertanya ke Ibu Panti yang ada
disana.Belia kenal dekat dengan orang tuamu….,” jelas Dana.Dan Alvi pun
menganggukkan kepalanya. Entah ia akan pergi untuk mencari tahu kebenaran itu
atau tidak, ia masih bingung. Karena ia masih sangat shock dengan penjelasan
papanya bahwa dirinya adalah seorang anak yatim piatu.
Dana
hendak meninggalkan ruang kerjanya untuk kembali mengurus ratih yang masih
terbaring lemah karena sakitnya. Namun, sebelum ia menutup pintu ruangan itu ia
berujar pada Alvi, anak yang sangat di sayanginya sampai kapanpun juga
sekalipun tak ada ikatan darah di antara mereka.
“Satu
hal yang harus kamu tahu Vi, terlepas dari siapapun kamu, sekalipun kamu bukan
darah daging Papa, percayalah Papa mencintaimu kamu dan sudah menganggapmu
sebagai anak kandung Papa sendiri.Kalau tidak, Papa tidak mungkin menyerahkan
dan mempercayakan Putri semata wayang Papa padamu….,” ujar Dana.
Ia pun
tersenyum simpul pada Alvi, sebelum akhirnya pintu ruang kerja itu tertutup.
Sementara Alvi, hanya bisa terduduk lesu di kursi ruang kerja itu. Ia menggaruk
gusar rambutnya yang tidak gatal itu. Ia sungguh bingung apa yang akan
dilakukannya selanjutnya. Beberapa waktu lalu ia dikejutkan dengan kebenaran bahwa
dirinya bukanlah anak kandung Dana. Dan sekarang ia dikejutkan kembali dengan
kebenaran tentang identitas dirinya yang seorang yatim piatu. Ia bingung,
apakah ia perlu mencari tahu siapa sebenarnya orang tua kandungnya, yang bahkan
sudah tidak lagi menapak di bumi ini. Ataukah, ia hanya harus menyimpan dan
menguburnya saja tanpa perlu mengetahui identitas orang tua yang telah
melahirkannya ke dunia ini. Alvi menyenderkan kursinya ke dinding ruang kerja
itu, dimana di belakangnya terdapat sebuah pintu yang menyerupai dinding,
hingga siapapun tidak akan mengira bahwa tempat dimana kursi itu disandarkan
adalah sebuah pintu geser.
“Apa
yang harus gue lakuin?” tanya Alvi.
Beberapa
menit kemudian tersengan pintu yang menyerupai dinding di belakang kursi kerja
Alvi itu pun bergeser.Dan tampaklah seorang gadis cantik itu.Ia memeluk leher
lelaki itu dari belakang.
“Ikuti
kata hatimu…Alvi…..,” ujar gadis itu.
*****
0 comments:
Posting Komentar