Jumat, 16 Oktober 2020

Asumsi dalam Diri

Edit Posted by with No comments


 Subuh itu aku membuka akun medsosku. Tanpa sengaja aku melihat namamu bertengger disana meminta pertemanan denganku. Rasa bimbang menghampiriku, apakah ku terima? Atau malah sebaliknya?

Ribuan kali aku melihat akunmu yang kamu kunci itu. Ribuan kali pula aku ingin memencet tombol pertemanan denganmu. Namun, aku berusaha sekeras mungkin untuk menepis keinginan itu. Lantas, tiba-tiba setelah sekian tahun kamu yang meminta berteman denganku. Kenapa?

Pertanyaan itu muncul di kepalaku, berulang-ulang ku dengungkan kata tanya mengapa itu. Beberapa asumsi berkelebat dalam otak kecilku ini.

Mungkin kamu hanya ingin membagi bahagiamu. Bersama ia, wanita yang kini bersanding denganmu. Wanita yang kamu percayai menjadi ibu dari anak-anakmu. Dan tentu saja wanita yang teramat kamu cintai.

Ribuan hari kamu menghilang dari chat grup kita. Dan kemudian kamu hadir dengan kabar yang sungguh membuatku terluka. Karena itulah pemikiran itu muncul dalam kepala. Mungkin kamu ingin membagi bahagiamu kepadaku, tanpa pernah tahu bahwa lukaku kembali menganga karena itu.

Namun, aku memencet terima pada permintaanmu. Entah sesakit apa hatiku aku akan menanggungnya. Kehilanganmu sebagai seseorang yang ku harap menjadi masa depanku, masih lebih baik daripada menghancurkan pertemanan kita bukan? Itulah pemikiranku.

Bahkan tak hanya itu akupun mengikuti akunmu kembali. Ku kesampingkan semua masalah hati. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku baik-baik saja. Tak masalah melihat kamu kini bersama yang lainnya. Meski sebenarnya aku tertatih mengikhlaskanmu pergi.

Aku tengah menangis karena sempat melintas asa dalam kepala kecilku bahwa kamu mungkin saja kembali untukku. Tapi, itu tidak.mungkin bukan? Karena sampai kapanpun kamu tidak akan menginginiku kembali seperti aku yang menginginimu untuk ada di sepanjang hidupku.


0 comments:

Posting Komentar