Jumat, 16 Oktober 2020

Dilema

Edit Posted by with No comments


 Semua bungkam, semua terdiam.

Pada siapa lagi aku harus bertanya?
Perihal kamu yang entah seperti apa kini?

Bohong jika aku berkata bahwa tak ingin lagi tau sesuatu tentangmu
Terlebih ketika namamu tiba-tiba hadir beberapa waktu lalu
Aku diserang ragu, perlahan dilema membelenggu
Tapi, tetap saja aku tak bisa berbuat apa-apa untuk itu
Bahkan bertanya pada sahabatmu pun membuat lidahku keluh

Pikirku, tak mengapa apapun jawaban dari semua pertanyaanku tentangmu
Aku akan siap menerima dan memeluk semua luka itu
Yang penting aku tahu tentangmu, hingga aku bisa dengan ikhlas melepasmu
Tanpa pernah menaruh harap lagi akan masa depan bersamamu

Tapi nyatanya, aku harus kembali pada kecewa
Tak akan pernah ada yang akan memberitahu perihal kamu saat ini
Aku harus kembali menelan dilema
Kembali memendam rasa yang tak seharusnya ada itu dalam hati

Mungkin inilah jawaban dari Tuhan atas semua do'a-do'a
Bahwa kami memang tidak tercipta untuk takdir yang sama
Aku harus kembali melangkah
Mengerahkan segala upaya untuk merelakan dan lilah
Agar retas dilema dalam dada




/30/5/20

Pic : Tentang Rasa Mengikhlaskan


Sajak Tanpa Nama

Edit Posted by with No comments


 Ada seekor burung merpati yg hinggap di dahan pepohonan. Ia terdiam bertengger disana. Menatap langit hitam yang bergemuruh. "Ah, sepertinya, hujan akan turun," pikirnya.


Ia tak bergeming. Masih setia meringkuk di batang pepohonan itu. Menyembunyikan diri diantara rimbun dedaunan.

Tampak sepasang burung merpati lain terbang melintas di hadapannya. Ia hanya bisa menatap tanpa kata. Terlihat matanya seolah berkaca-kaca. Tapi bibirnya bungkam tanpa suara. Ia bertanya pada dirinya sendiri. "Katanya merpati tercipta berpasang-pasangan, tapi kenapa hanya aku yg sendiri?" Ujarnya dalam hati.

Sepasang merpati yg melintas itu tengah hilang dari pandangannya. Kembali ia sapukan pandangannya pada gerimis yang perlahan mulai turun membasahi bumi.

Hujan yang datang seolah menjadi lagu yg mengiringi kesedihannya. Air matanya pun tumpah ruah mengingat mungkin dosa-dosanya terlampau besar hingga Tuhan mengujinya untuk bersabar. "Ah, tak apa aku bisa. Tuhan tidak akan menguji hambanya di luar batas kemampuannya," gumamnya kemudian.

Seiring berhentinya hujan yang turun, berhenti pula gerimis-gerimis kecil yg tercipta dari kedua mata indahnya. Ia menghirup aroma petrikor yang menyejukkan. Ia kemudian mengepakkan sayapnya dan terbang. Melanjutkan perjalanan yang masih tak diketahuinya kemana ujung dari perjalanan itu. 

-Sajak Tanpa Nama-

Pasuruan, 31 Mei 2020


Jangan Bimbang

Edit Posted by with No comments


 Harusnya jangan datang karena itu bisa membuatku bimbang. Harusnya jangan datang jika tak berniat menjadikan aku sebagai tempatmu untuk pulang.


Aku sudah terlalu lelah berjuang. Meyakinkanmu bahwa perasaanku masih tetap sama dan tak pernah usang. Mencoba mengisyatimu lewat sajak-sajak kosong ini bahwa kamu masilah yang menjadi pemenang. Untuk perasaanku padamu yg utuh karena tak pernah sanggup untuk ku buang.

Jika memang kamu berniat menjadikanku rumahmu, kamu tahu kemana harus melangkah. Kamu tahu arah mana yang harus kamu ambil untuk menemukan dimana aku berada. Dan kamu tahu apa yang selama ini kusimpan dalam kedalaman ingin yang hanya bisa ku simpan sendiri dalam dada.

Allah akan menunjukkan kepadamu jalan menujuku. Jika memang aku adalah tujuan terakhirmu. Aku akan menunggumu dengan setia di tempatku. Tapi ku mohon jangan terlampau lama untuk menemuiku. Karena kamu tahu, pembunuh paling handal adalah waktu.

Bismillah, ikuti kata hatimu. Cari apakah yang berada disana benar namaku. Ataukah aku memang hanya selingan saja untukmu. Aku juga akan berjuang bersamamu. Meminta Allah menunjukkan jalannya untukku. Apakah memang benar kamulah yang selama ini menjadi takdirku. Ataukah aku memang benar-benar harus mengikhlaskanmu.

Untuk kamu yang hadir kembali dengan tiba-tiba dalam hidupku.




Asumsi dalam Diri

Edit Posted by with No comments


 Subuh itu aku membuka akun medsosku. Tanpa sengaja aku melihat namamu bertengger disana meminta pertemanan denganku. Rasa bimbang menghampiriku, apakah ku terima? Atau malah sebaliknya?

Ribuan kali aku melihat akunmu yang kamu kunci itu. Ribuan kali pula aku ingin memencet tombol pertemanan denganmu. Namun, aku berusaha sekeras mungkin untuk menepis keinginan itu. Lantas, tiba-tiba setelah sekian tahun kamu yang meminta berteman denganku. Kenapa?

Pertanyaan itu muncul di kepalaku, berulang-ulang ku dengungkan kata tanya mengapa itu. Beberapa asumsi berkelebat dalam otak kecilku ini.

Mungkin kamu hanya ingin membagi bahagiamu. Bersama ia, wanita yang kini bersanding denganmu. Wanita yang kamu percayai menjadi ibu dari anak-anakmu. Dan tentu saja wanita yang teramat kamu cintai.

Ribuan hari kamu menghilang dari chat grup kita. Dan kemudian kamu hadir dengan kabar yang sungguh membuatku terluka. Karena itulah pemikiran itu muncul dalam kepala. Mungkin kamu ingin membagi bahagiamu kepadaku, tanpa pernah tahu bahwa lukaku kembali menganga karena itu.

Namun, aku memencet terima pada permintaanmu. Entah sesakit apa hatiku aku akan menanggungnya. Kehilanganmu sebagai seseorang yang ku harap menjadi masa depanku, masih lebih baik daripada menghancurkan pertemanan kita bukan? Itulah pemikiranku.

Bahkan tak hanya itu akupun mengikuti akunmu kembali. Ku kesampingkan semua masalah hati. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku baik-baik saja. Tak masalah melihat kamu kini bersama yang lainnya. Meski sebenarnya aku tertatih mengikhlaskanmu pergi.

Aku tengah menangis karena sempat melintas asa dalam kepala kecilku bahwa kamu mungkin saja kembali untukku. Tapi, itu tidak.mungkin bukan? Karena sampai kapanpun kamu tidak akan menginginiku kembali seperti aku yang menginginimu untuk ada di sepanjang hidupku.


Relakan dan Ikhlaskan

Edit Posted by with No comments


 Apa yang kamu harapkan, pada seseorang yang tak pernah mengharapkanmu kembali. Apa yang kamu tunggu, pada seseorang yang telah pergi teramat jauh.

Telah banyak hari kamu lalui hanya dengan menunggunya. Memupuk harapan menjadi semakin tinggi hingga kamu pun lupa jika itu hanyalah kesemuan semata.

Ia adalah langit yang tinggi, sementara kamu hanya bumi yang letakknya jauh di bawahnya. Harusnya kamu sadar, bahwa dia tidak akan pernah melihatmu meski hanya sekelebat mata saja. Harusnya kamu sadar bahwa ia tidak ingin kamu mendekat walau hanya sejengkal saja. Lepaskan ia, sudah cukup selama ini kamu menunggunya.

Entah sudah berapa banyak air matamu menetes karenanya. Ia tidak akan pernah tahu. Ia bahagia dengan hidupnya sekarang. Ia mencapai segala apa yang ia inginkan. Dan ia tak akan pernah tahu bahwa kamu kini tengah berjuang. Berjuang untuk melupakan ia yang pernah kamu pikir akan menjadi masa depanmu di masa mendatang.

Do'a- do'a kerapkali kamu ucapkan di sepertiga malam. Berharap pada sang pencipta bahwa jika memang bukan ia orang yang diciptakan untuk memiliki takdir yang sama denganmu maka kamu meminta kepada Tuhan untuk menghapuskannya dalam pikiran dan juga hatimu. Kamu bahkan meneteskan air mata, memohon dengan sangat kepada sang pencipta agar tak ada lagi bayang dirinya di setiap kamu melangkah.

Terkadang kamu pun bertanya harus berapa banyak lagi kamu berjuang? Harus sekeras apa lagi usahamu agar bisa melupakan? Terlebih mengikhlaskan?

Kamu menangis akan kesedihannya. Tapi, apa ia melakukan hal yang sama? Sama sekali tidak. Bahkan untuk membalas pesanmu saja ia enggak untuk mengetikkan kata-kata. Ia terlalu nyaman dengan bahagianya sekarang, tanpa pernah tahu bahwa kamu tengah berusaha mengikhlaskan dia yang pergi menghilang.

Sudahilah masa penantianmu. Bebaskan dirimu yang hidup dalam bayang-bayang dirinya yg semu. Berikan kesempatan untuk yang datang. Buka hatimu untuk mau menerima dan merelakan, maka kamu telah sampai pada kata mengikhlaskan.

Bismillah...
Tuhanku, aku relakan ia karena-Mu. Karena tidak ada yang mencintaiku lebih besar dari rasa cinta-Mu.


Sebatas Katanya

Edit Posted by with No comments


 Harus sesibuk apa aku, agar bisa lupa kamu selamanya

Katanya aku harus menghapus semua kontakmu di handphoneku agar tak ada keinginan lagi untuk menghubungimu hingga akhirnya nanti aku bisa melupakanmu

Katanya aku harus berhenti mencari tahu tentangmu, tidak mencari tahu adalah hal yang paling tepat agar aku bisa dengan cepat melupakanmu

Katanya aku harus menyibukkan diri, menghabiskan hari dengan banyak kegiatan dan kesibukan, hingga tak akan ada jeda untuk mengingatmu, dan akhirnya perlahan-lahan aku pun bisa melupakanmu

Katanya...
Semua hanya sebatas katanya, namun realitanya?
Aku masih belum bisa lupa

Banyak cara sudah ku tempuh dari katanya pertama sampai entah katanya yang keberapa, tapi aku masih saja belum bisa lupa

Aku bahkan pernah meminta kepada Tuhan, jika kamu memang tidak diperuntukkan menjadi jodohku, aku ingin Tuhan menghapusmu dari daya ingatku agar aku bisa melupa kamu untuk selamanya

Aku bahkan mungkin lupa dengan wajahmu jika tidak melihat fotomu di buku wisuda

Aku juga mungkin tak lagi bisa mengenali suaramu jika nomor asing tiba-tiba menelponku

Tapi, hal itu tetap saja tak pernah berhasil mengikis namamu dari hatiku

Tetap saja kamu, yang ku cari ketika hatiku meragu. Tetap saja kamu yang ku ingat setiap kali masalah datang silih berganti. Dan tetap saja kamu yang ku harapkan menjadi mahramku di setiap angan akan pernikahan ku inginkan.

Ah....aku melantur lagi kali ini dan lagi-lagi aku meletakkan harapan yang fana

Kamu mungkin kini tengah bahagia dengan keberhasilanmu. Tengah tersenyum ceria dengan suksesnya pencapaianmu.

Kamu mungkin pula tengah sibuk dengan kekasihmu yang baru. Atau barangkali bukan kekasih melainkan keluarga kecilmu karena kamu mungkin telah menikah lebih dulu dariku

Insinuasi selalu saja ku selipkan di setiap pernyataanku. Ma'af jika aku terkesan sangat menghakimimu..

Tapi, terlepas dari semua itu, ketika beberapa waktu lalu aku tanpa sengaja searching tetang wanita itu, aku terkejut dan menangis seketika

Wanita itu akan menikah, tapi bukan denganmu, melainkan laki-laki lain. Lantas bagaimana denganmu? Apa kamu baik-baik saja? Aku menangis seketika membayangkan bagaimana kamu akan terluka.

Bohong jika ku katakan aku tidak merasa lega karena nyatanya terselip sedikit bahagia mendapati bukan kamulah mempelai pria nya. Namun, tetap saja hal itu tak menghentikan tangisku.

Aku tak lagi berani menaruh harap bahwa mungkin masih ada kesempatan, masih ada jalan untuk aku bisa bersamamu. Karena pemikiran bahwa kamu mungkin telah bersama dengan wanita lainnya selain wanita itu, selalu muncul dalam kepalaku.

Karenanya, yang tiba-tiba menghias wajahku adalah bening air mata, bukan senyum mengembang yang seperti kamu kira

Aku hanya berharap pada Tuhan agar ia senantiasa menjagamu, dimanapun kamu. Agar ia menguatkanmu atas segala permasalahan yang tengah kamu hadapi. Semoga kamu kuat, ikhlas dan tabah menerima semua kehendak yang mahakuasa.

Karena walau bagaimanapun, terlepas dari takdir yang tidak membawa kita di jalan yang sama, aku tetap ingin kamu bahagia selamanya

Dari seseorang yang masih setia memelukmu dengan rindunya


Ruang Ingatan

Edit Posted by with No comments


 Every thing that happens must have a reason. And God is omniscient of all that is best for our lives.

Ada alasan disetiap hal yang kita lakukan. Ada alasan mengapa kaki kita melangkah. Berjalan menuju tempat-tempat yang baru, juga bertemu orang-orang yang baru meski hanya sepersekian detik waktu. Semuanya ada alasannya, bahkan kenapa kita masih di beri nafas oleh Tuhan hingga detik ini juga ada alasannya. Begitupun kamu, ada alasan mengapa Tuhan pernah menghadirkan kamu di perjalanan hidup saya.

Saya rela, ikhlas bila akhirnya kamu kini bersama dengan yang lain. Mungkin, itu salah satu cara Tuhan mengajarkan kepada saya bagaimana caranya melepaskan. Mungkin, itu cara Tuhan untuk membentuk hati saya, menempanya begitu keras hingga menjadikannya menjadi sekuat baja. Mungkin pula, itu cara Tuhan menyadarkan saya bahwa tiada yang lain yang patut dimintai pengharapan kecuali "Ia", Sang Pemilik Kuasa atas semua mahluk ciptaan-Nya.

Saya sudah bisa menerima, menerima dengan penerimaan dan pemahaman yang baik. Tuhan, selalu memiliki alasan-Nya mengapa ia menjadikan perjalanan hidup saya menjadi seperti ini. Merasakan jatuh cinta tanpa pernah sekalipun mendapatkan balas untuk perasaan itu.

Saya sudah bisa, menganggap kamu sebagai bagian dari masa lalu. Tanpa perlu ku bawa lagi ke masa depan untuk ku simpan bersama angan. Saya juga sudah bisa tersenyum setiap kali kamu tiba-tiba hadir dalam ingatan. Tanpa perlu mendamba untuk bisa kembali merajut kenangan indah itu lagi bersama-sama.

Namun, satu hal yang tidak pernah bisa untuk saya lakukan. Menghapusmu selamanya dalam hidupku. Kamu akan selalu menjadi kamu, yang tersimpan dalam ingatanku. Kamu yang ramah. Kamu yang terkadang penuh amarah. Kamu yang sabar. Kamu yang terkadang memicu tengkar. Kamu yang pendiam. Kamu yang terkadang mencipta redam. Kamu yang lucu. Kamu yang terkadang hanya bisa mencipta pilu. Kamu yang penuh tawa. Kamu yang terlampau sering membuat perih luka yang menganga.

Semua masih teringat jelas dalam dalam ingatan. Bahkan meski waktu berlalu begitu cepat tanpa mampu terhitung tangan. Kamu, masih tersimpan dalam ruang ingatan. Suatu waktu, ruang ingatan membawaku ke masa lalu. Berjumpa kamu yang dulu, kamu yang hanya dengan aku, tanpa dia yang kini menjadi penggantiku. Kamu yang hanya melihat kearahku, tanpa pernah beralih pandang untuk mencari dia, seseorang yang kini menjadikan aku hanya sepenggal sejarah di kehidupanmu. Kamu yang hanya menjadikanku satu-satunya dihidupmu, tanpa pernah beralih untuk menduakanku.

Ruang ingatan terkadang membuatku meneteskan air mata. Menjadikan saya menjadi seorang objek yang tersakiti karena cinta yang tak pernah mendapat balasan yang sama. Kadang pula ia membisik telingaku untuk tak jatuh dan terpenjara oleh luka yang sama. Karenanya ia membangunkan diding tinggi nan kokoh, agar saya tak lagi terjerat pada cinta yang bodoh. Namun nyatanya, saya tak pernah mampu untuk itu. Saya tak pernah mampu untuk menghapusmu.

Biarlah ruang ingatan itu tetap berada disana. Ditempatnya, bersama kamu kenangan yang dijaganya. Selamanya, sampai saya menua dan ruang ingatan itu punah dengan sendirinya.

Pasuruan, 24 Maret 2020